
Awas Makin Ribut! China Usir USS Mustin di Laut China Selatan

Jakarta, CNBC Indonesia - China dan Amerika Serikat (AS) kembali terlibat perselisihan di Laut China Selatan pada pekan ini, di saat ketegangan mereka di wilayah yang disengketakan tersebut masih tinggi.
Perselisihan baru itu muncul setelah AS mengerahkan kapal perusak berpeluru kendali (guided-missile destroyer) USS Mustin (DDG-89) ke perairan yang diklaim China sebagai miliknya, meski angkatan laut China telah mengeluarkan peringatan sebelumnya.
Militer China mengatakan kapal perusak AS itu berlayar ke perairan teritorial China di dekat pulau Xisha (Paracel). Sebagai tanggapan, Komando Teater Selatan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) telah mengirim angkatan laut dan udara serta mengusir kapal Angkatan Laut AS itu.
"China memiliki kedaulatan yang tak terbantahkan atas pulau-pulau di Laut China Selatan dan perairan yang berdekatan di wilayah tersebut, dan pasukan komando selalu siaga tinggi untuk secara tegas melindungi kedaulatan nasional dan menjaga perdamaian dan stabilitas di wilayah Laut China Selatan," kata Juru bicara PLA Kolonel Senior Li Huamin, Jumat pagi (28/8/2020).
Pengerahan kapal AS yang dilakukan pada Kamis itu, terjadi setelah China meluncurkan rudal Dongfeng di Laut China Selatan pada Rabu pagi, sebagaimana dilaporkan secara eksklusif oleh South China Morning Post.
Peluncuran rudal itu merupakan bagian dari latihan militer yang dilakukan China di kawasan tersebut.
Sebagaimana diketahui, China telah mengumumkan melakukan latihan di sedikitnya empat perairan pada waktu bersamaan selama sepekan terakhir. Salah satunya dilakukan di Laut China Selatan. Untuk menjaga kelancaran latihan itu, China juga telah mengeluarkan peringatan agar kapal asing menjaga jarak dari lokasi latihan mereka.
Namun, menurut pernyataan dari Armada Pasifik AS, USS Mustin (DDG-89) sengaja berlayar di perairan guna menolak klaim maritim China dan memperkuat hukum laut di perairan internasional.
"Peluncuran kapal itu juga dimaksudkan untuk memastikan jalur pelayaran penting di daerah itu tetap bebas dan terbuka," katanya, menegaskan kembali tujuannya untuk mempromosikan kebebasan navigasi.
Sebelumnya pada bulan lalu AS juga telah menyebut klaim China atas jalur air yang digunakan untuk lalu lintas perdagangan internasional itu, melanggar hukum yang ditentukan Pengadilan Permanen Arbitrase di Den Haag pada 2016. Ada sedikitnya US$ 3 triliun perdagangan yang melalui kawasan itu setiap tahunnya.
Atas dasar itu juga AS telah berulang kali mengatakan bahwa pasukannya akan terus beroperasi di Laut China Selatan setiap hari, seperti yang telah mereka lakukan selama lebih dari satu abad terakhir.
AS juga mengecam peluncuran rudal China, menyebutnya sebagai langkah yang mengancam perdamaian dan keamanan di wilayah tersebut.
"Tindakan Beijing, termasuk uji coba rudal, semakin mengguncang situasi di Laut China Selatan," kata Departemen Pertahanan AS, Pentagon, dalam sebuah pernyataan, Kamis.
(res)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Klaim Ditentang AS di Laut China Selatan, China: Provokator
