Internasional

Jet Mata-mata AS Bahayakan Penerbangan Komersial di LCS?

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
12 August 2020 15:47
Militer AS di Laut Cina Selatan (Tangkapan layar twitter @USPacificFleet)
Foto: Militer AS di Laut Cina Selatan (Tangkapan layar twitter @USPacificFleet)

Jakarta, CNBC Indonesia - Seorang sumber militer China menyebut latihan pengintaian jarak dekat yang dilakukan Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) di Laut China Selatan bisa menimbulkan risiko bagi penerbangan pesawat komersial yang membawa penumpang melalui kawasan.

Hal itu disampaikan sumber itu pasca AS dilaporkan telah meningkatkan kegiatan pengintaiannya di dekat wilayah China baru-baru ini.

"Militer AS memiliki beberapa jenis pesawat pengintai yang dikembangkan di platform pesawat komersial, dan mereka biasanya mengikuti penerbangan pesawat sipil sebagai perlindungan ketika mendekati wilayah udara China," kata seorang sumber yang dekat dengan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) kepada South China Morning Post (SCMP), Rabu (12/8/2020).

Pesawat pengintai AS memang telah meningkatkan latihannya di dekat pantai selatan China dalam beberapa pekan terakhir. Salah satu tipe pesawat yang digunakan untuk adalah tipe E-8C. Pesawat itu pernah melakukan kegiatan operasi di malam hari pada 5 Agustus.

Akibat kejadian itu, Menteri Pertahanan China Wei Fenghe langsung menelepon Menteri Pertahanan AS, Mark Esper. Mereka disebut mengobrol selama selama 90 menit. Namun tidak ada detail lainnya soal percakapan keduanya.

Sumber SCMP hanya mengatakan bahwa pesawat Joint Surveillance Target Attack Radar System E-8C awalnya diidentifikasi oleh sistem radar kontrol udara di provinsi selatan Guangzhou sebagai pesawat komersial. Pesawat itu terbang pada ketinggian lebih dari 9.000 meter (29.500 kaki) di atas Laut China Selatan.

Pesawat itu baru diketahui merupakan pesawat militer Amerika ketika terbang dekat dengan ibu kota provinsi Guangdong, menurut sumber itu.

"Itu mungkin saja menyebabkan kecelakaan atau kesalahan penilaian di tengah meningkatnya ketegangan antara militer China dan AS," kata sumber itu.

"Menggunakan pesawat sipil sebagai perlindungan adalah operasi umum bagi Amerika dan sekutu dekat mereka, Israel. Tapi Laut China Selatan adalah salah satu wilayah udara internasional tersibuk di dunia, yang dapat membahayakan pesawat sipil."

Lu Li-shih, mantan instruktur di Akademi Angkatan Laut Taiwan di Kaohsiung, juga setuju dengan pendapat sumber itu. Ia mengatakan banyak angkatan laut dan angkatan udara memainkan trik untuk menutupi aktivitas militer mereka. Sayangnya hal itu dapat menyebabkan masalah keselamatan bagi maskapai penerbangan dan kapal sipil jika operator militer di darat gagal melakukan pengulangan verifikasi.

"Perang memungkinkan penipuan. Ada beberapa kecelakaan yang terjadi ketika pasukan pertahanan rudal di darat gagal memverifikasi dengan hati-hati pesawat yang mengganggu," kata Lu.

Salah satu kejadian yang membahayakan tersebut terjadi pada 7 Januari tahun ini. Di mana sebuah pesawat penumpang Boeing 737 milik Ukraina Airlines ditembak jatuh oleh pasukan Iran segera setelah lepas landas dari Teheran. Semua (176) penumpang dan awaknya tewas dalam kejadian. Iran mengatakan pesawat itu telah disalahartikan sebagai "target musuh" dalam kasus "kesalahan manusia".

Kecelakaan serupa terjadi pada 1 September 1983 ketika Boeing 747 Korean Air Lines ditembak jatuh oleh Su-15 Soviet dalam perjalanan dari New York ke Seoul. Semua (269) penumpang dan awak tewas dalam insiden itu. Kecelakaan itu sendiri terjadi karena angkatan udara Soviet menanggap pesawat tersebut sebagai "jet mata-mata AS yang mengganggu".

Sebagai bentuk pencegahan akan terjadinya insiden serupa, sumber militer China itu mengatakan bahwa PLA telah meminta militer AS untuk membentuk mekanisme komunikasi yang mirip dengan yang ada antara militer China dan India yang mencakup beberapa tingkat komando.


(res)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS dan China Konflik di Laut China Selatan, Ini Pesan RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular