Kasus Corona Rekor Lagi, RI Kena Gelombang Serangan Kedua?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 July 2020 06:14
Kampung Belajar New Normal di Pinang Indah, Tangerang Kota, Banten (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Kampung Belajar New Normal di Pinang Indah, Tangerang Kota, Banten (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) menggila. Sejak sekira sebulan terakhir, muncul pertanyaan. Apakah dunia tengah berhadapan dengan gelombang serangan kedua (second wave outbreak) dari virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut?

Kasus corona secara global memang dalam tren meningkat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, jumlah pasien positif corona per 5 Juli 2020 adalah 11.125.245 orang. Bertambah 132.921 orang (1,21%) dibandingkan hari sebelumnya.

Namun pada 4 Juli, penambahan pasien dalam sehari mencapai 282.319 orang. Ini menjadi rekor tertinggi sejak WHO mencatat kasus corona pada 20 Januari.

Amerika Serikat (AS) masih menjadi negara dengan jumlah kasus corona terbanyak di kolong langit. Per 4 Juli, US Centers for Disease Control and Prevention mencatat jumlah pasien positif corona adalah 2.789.678 orang. Bertambah 57.147 orang (2,09%) dibandingkan sehari sebelumnya.

Tambahan pasien 57.147 dalam sehari adalah rekor tertinggi sejak AS melaporkan kasus corona perdana pada 21 Januari. Sedangkan pertumbuhan 2,09% menjadi laju tercepat sejak 17 Mei.

Berdasarkan studi terhadap 60.000 sampel yang dikumpulkan WHO, diketahui bahwa sekitar sepertiga virus corona sudah mengalami mutasi. Virus corona hasil mutasi ini diberi nama D614G dan disebut lebih mudah untuk menginfeksi sel tubuh. Ini yang membuat virus lebih mudah menyebar dengan luas.

"Namun sejauh ini belum ada bukti bahwa mutasi tersebut menyebabkan gejala yang lebih parah," ujar Maria Van Kerkhove, Kepala Teknis Covid-19 WHO, seperti dikutip dari Reuters.

Sebenarnya penyebaran virus corona mulai melambat pada April. Perkembangan ini membuat berbagai negara mulai melonggarkan pembatasan sosial (social distancing) agar masyarakat bisa kembali beraktivitas dan roda ekonomi berputar lagi.

Akan tetapi, kasus corona kembali melonjak sejak awal Juni. Maklum, virus akan lebih mudah menyebar kala terjadi peningkatan interaksi dan kontak antar-manusia akibat pelonggaran social distancing.

Oleh karena itu, muncul kekhawatiran bahwa saat ini dunia tengah menghadapi second wave outbreak virus corona. Belajar dari pengalaman flu Spanyol, serangan gelombang kedua lebih ganas ketimbang yang pertama, memakan lebih banyak korban jiwa.

Pada edisi 4 Juli, The Economist merilis tajuk yang menarik. Media kenamaan asal Negeri Paman Sam itu menyebut dunia tidak mengalami gelombang serangan kedua. Sebab yang pertama belum selesai dan itu akan menjadi yang terakhir.

"Ketika ada negara yang dinilai berhasil menangani pandemi corona seperti China, Taiwan, atau Vietnam, ada negara lain seperti di kawasan Amerika Latin dan Asia Selatan yang masih mencatatkan kasus tinggi. Sementara di AS ada risiko kasus semakin tidak terkendali dan di Afrika mungkin baru tahap awal. Eropa sepertinya berada di tengah-tengah. Dunia sedang tidak mengalami gelombang serangan kedua, karena yang pertama tidak akan selesai," tulis tajuk tersebut.

Berdasarkan kajian tim dari Massachusetts Institute of Technology, yang meneliti kasus corona di 84 negara, ditemukan bahwa setiap satu kasus yang dilaporkan terdapat 12 yang masih tersembunyi. Oleh karena itu, jumlah pasien positif corona di seluruh dunia diperkirakan bisa mencapai 200- 600 juta pada musim semi 2021 dengan korban jiwa 1,4-3,7 juta orang. Saat itu, sekitar 90% populasi dunia masih rentan terinfeksi.

Oleh karena itu, seluruh penduduk bumi harus menerima kenyataan hidup berdampingan dengan virus corona. Harus ada adaptasi pola hidup baru.

Mungkin dalam beberapa waktu ke depan kita belum bisa berkumpul dalam jumlah besar di tempat yang tertutup. Bersentuhan dengan orang lain juga sebisa mungkin dihindari dulu. Intinya, harus menjaga jarak.

Memakai masker juga sangat penting untuk mencegah penyebaran. Memang rasanya tidak nyaman, bernapas yang adalah aktivitas paling dasar dari makhluk hidup dibuat sulit. Namun kita harus rela, agar penularan virus tidak kian meluas.

"Covid-19 masih akan ada di sini untuk beberapa waktu. Mereka yang rentan menjadi takut untuk keluar rumah dan inovasi akan terhambat, sehingga ekonomi sulit mencapai pertumbuhan potensialnya.

"Masih banyak orang yang akan jatuh sakit bahkan meninggal dunia. Nantinya Anda mungkin akan kehilangan minat untuk mencari kabar terbaru tentang pandemi ini. Namun pandemi ini tidak akan kehilangan minatnya kepada Anda," pungkas tajuk The Economist.

Bagaimana dengan di Indonesia? Gugus Tugas Percepatan Penaganan Covid-19 melaporkan jumlah pasien positif corona per 5 Juli adalah 63.749 orang. Bertambah 1.607 orang (2,59%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Tambahan pasien baru sebanyak 1.607 orang dalam sehari adalah rekor tertinggi sejak Indonesia mencatatkan kasus pertama pada 1 Maret. Sedangkan kenaikan 2,59% menjadi yang tertinggi sejak 2 Juli.

So, apakah Indonesia tengah berjuang melawan gelombang serangan kedua virus corona? Seperti yang disebut oleh tajuk The Economist, Indonesia juga belum selesai dengan gelombang pertama.

Kalau menuntaskan gelombang pertama diartikan terjadi perlambatan jumlah kasus yang signifikan, maka Indonesia belum mengalami itu. Terlihat bahwa kurva kasus corona di Tanah Air belum pernah melandai secara stabil. Ada kalanya terjadi perlambatan, tetapi tidak lama karena kemudian kasus meningkat kembali.

Dalam 14 hari terakhir (22 Juni-5 Juli), rata-rata penambahan pasien baru positif corona adalah 1.275,57 orang per hari. Dari sisi persentase, rata-ratanya adalah 2,38% per hari.

Selama 14 hari sebelumnya (8-21 Juni), rata-rata penambahan pasien baru adalah 1.050,36 per hari atau 2,8% per hari. Secara nominal memang naik, tetapi persentasenya turun lho.

Kabar baik? Nanti dulu...

Pada 14 hari sebelumnya (25 Mei-7 Juni), rata-rata penambahan pasien baru adalah 636,79 orang atau 2,43% per hari. Jadi ada kenaikan dari sisi nominal maupun persentase. Belum ada tren penurunan yang ajeg.

Jadi jangan dulu mengambil kesimpulan bahwa Indonesia sedang bergulat dengan gelombang serangan kedua. Wong gelombang pertama saja belum tuntas dan mungkin tidak akan pernah tuntas sampai ada vaksin atau obat mujarab untuk menghalau virus corona...

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular