Industri Manufaktur RI Masih Nyungsep, Paling Parah se-Asia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 July 2020 12:25
Pabrik Peleburan Alumunium Inalum, Kuala Tanjung, Sumatera Utara (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)
Foto: Pabrik Peleburan Alumunium Inalum, Kuala Tanjung, Sumatera Utara (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Jalan Indonesia menuju pemulihan ekonomi setelah pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) sepertinya masih panjang. Sebab motor utama pendorong pertumbuhan ekonomi masih 'mogok'.

Dari sisi lapangan usaha, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia ditopang oleh industri pengolahan alias manufaktur. Pada kuartal I-2020, sektor ini menyumbang hampir 20% dari kue perekonomian nasional.

Namun sektor ini sepertinya masih belum bisa diharapkan. Kemarin, IHS Markit mengumumkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia periode Juni 2020 berada di 39,1. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 28,6.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau di bawah 50, artinya dunia usaha belum melakukan ekspansi. Masih kontraksi.

Walaupun membaik, tetapi PMI manufaktur Indonesia masih kalah dibandingkan negara-negara Asia lainnya. Ini menjadi bukti bahwa laju pemulihan industri manufaktur di Tanah Air ternyata berjalan lambat.

"Angka PMI Juni menunjukkan bahwa pelemahan sektor manufaktur Indonesia agak mereda karena pelonggaran pembatasan sosial untuk mencegah penularan virus corona. Dengan rencana pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) lebih lanjut, sentimen dunia usaha membaik.

"Akan tetapi, jalan menuju pemulihan akan sangat menantang. Survei kami menunjukkan bahwa produksi dan permintaan sudah turun signifikan sehingga butuh waktu untuk mengembalikannya. Pabrik-pabrik juga masih mengurangi karyawan pada bulan lalu," papar Bernard Aw, Principal Economist IHS Markit, seperti dikutip dari siaran tertulis.

Pada Juni, produksi manufaktur masih turun sehingga kontraksi terjadi selama empat bulan beruntun. Penjualan juga menurun signifikan, terutama untuk pasar ekspor.

Perusahaan masih berupaya mengurangi biaya produksi di tengah anjloknya penjualan, termasuk memangkas pegawai. Penyerapan tenaga kerja masih rendah, bahkan masih terjadi penurunan.

Pembelian bahan baku juga belum menunjukkan kenaikan, perusahaan masih memilih menghabiskan stok yang ada. Pada saat yang sama, stok barang jadi tidak banyak berkurang karena lemahnya permintaan.

Rantai pasok pun masih mengalami gangguan, waktu pengiriman naik meski sudah ada pelonggaran PSBB. Di lapangan, pengusaha mengungkapkan masih ada hambatan dalam pengiriman barang karena petugas tetap menerapkan kontrol ketat.

Oleh karena itu, hampir dapat dipastikan bahwa ekonomi Indonesia bakal mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) pada kuartal II-2020, karena mesin utama pendorong pertumbuhan masih 'mogok'. Pemerintah memperkirakan ekonomi Tanah Air terkontraksi -3,1% pada periode April-Juni 2020.

Harapan untuk pulih pada kuartal III-2020 memang masih terbuka, tetapi itu tergantung dari bagaimana situasi penyebaran virus corona. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melaporkan, jumlah pasien positif corona per 1 Juni 2020 adalah 57.770 orang. Bertambah 1.385 orang (2,46%) dibandingkan hari sebelumnya.

Kalau lonjakan kasus terus terjadi, maka bukan tidak mungkin PSBB akan kembali diketatkan. Apalagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah memberi wanti-wanti agar tidak tidak terburu-buru melonggarkan PSBB.

Kemarin, Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengumumkan perpanjangan masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi. Keran aktivitas publik masih dibuka, tetapi belum ada penambahan. Restoran, mal, dan tempat-tempat umum boleh beroperasi dengan kapasitas maksimal 50%, belum bisa lebih.

"Dalam rapat Gugus tadi, disimpulkan bahwa PSBB transisi, yang itu artinya semua kegiatan berlangsung masih dengan kapasitas 50%, akan diteruskan 14 hari ke depan. Jadi, PSBB di Jakarta diperpanjang selama 14 hari ke depan, dan kita akan evaluasi lagi sesudah kita mendapatkan perkembangan terbaru," kata Anies.

Mengutip data Bonza, tingkat reproduksi (Rt) virus corona di Ibu Kota adalah 1,12. Artinya seorang pasien positif corona masih bisa menulari orang lain. Ketika Rt di bawah 1 baru boleh dibilang penularan sudah tidak terjadi.

Namun, bukan berarti tidak ada harapan. Secara nasional, rata-rata Rt per 2 Juli pukul 09:15 WIB sudah di bawah 1, tepatnya 0,99. Kalau ini bisa dipertahankan, apalagi ditekan, maka tidak perlu khawatir PSBB akan diketatkan lagi sehingga aktivitas masyarakat bisa semakin dilonggarkan.

Tidak sulit untuk menekan penyebaran virus corona. Cukup dengan disiplin menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan. Tiga hal itu niscaya akan menjaga harapan pemulihan ekonomi nasional.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular