Ada Harapan! Manufaktur RI Membaik Walau Masih Kontraksi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 July 2020 09:33
Sales marketing menawarkan produk mobil di Tunas Daihatsu Tebet, Jakarta, Selasa (16/6). Pandemi corona membuat angka penjualan mobil di Indonesia mengalami penurunan drastis. Penjualan mobil bulan lalu anjlok hingga 95 persen bila periode yang sama tahun 2019.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang diperoleh detikOto dari PT Astra International Tbk, pada bulan kelima tahun 2020, industri otomotif hanya mampu mengirim 3.551 unit mobil baru. Angka ini merosot 95 % dibanding bulan Mei 2019, di mana saat itu mencapai 84.109 unit. Angka ini merupakan penjualan berupa wholesales atau distribusi dari pabrik ke dealer. Seperti diketahui, banyak pabrik otomotif di Indonesia yang berhenti produksi sementara di tengah pandemi COVID-19. Wajar jika distribusinya pada Mei 2020 anjlok drastis. Adapun mengatasi penurunan banyak pabrikan otomotif  menawarkan paket penjualan khusus demi mendongkrak penjualan. Rendi selaku supervisor di Tunas Daihatsu Tebet mengatakan
Foto: Penjualan Kendaraan (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas manufaktur Indonesia membaik pada Juni 2020. Namun belum bisa keluar dari zona kontraksi.

Pada Rabu (1/7/2020), IHS Markit mengumumkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia periode Juni 2020 berada di 39,1. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 28,6.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau di bawah 50, artinya dunia usaha belum melakukan ekspansi. Masih kontraksi.

"Angka PMI Juni menunjukkan bahwa pelemahan sektor manufaktur Indonesia agak mereda karena pelonggaran pembatasan sosial untuk mencegah penularan virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Dengan rencana pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) lebih lanjut, sentimen dunia usaha membaik.

"Akan tetapi, jalan menuju pemulihan akan sangat menantang. Survei kami menunjukkan bahwa produksi dan permintaan sudah turun signifikan sehingga butuh waktu untuk mengembalikannya. Pabrik-pabrik juga masih mengurangi karyawan pada bulan lalu," papar Bernard Aw, Principal Economist IHS Markit, seperti dikutip dari siaran tertulis.

Pada Juni, produksi manufaktur masih turun sehingga kontraksi terjadi selama empat bulan beruntun. Penjualan juga menurun signifikan, terutama untuk pasar ekspor.

Perusahaan masih berupaya mengurangi biaya produksi di tengah anjloknya penjualan, termasuk memangkas pegawai. Penyerapan tenaga kerja masih rendah, bahkan masih terjadi penurunan.

Pembelian bahan baku juga belum menunjukkan kenaikan, perusahaan masih memilih menghabiskan stok yang ada. Pada saat yang sama, stok barang jadi tidak banyak berkurang karena lemahnya permintaan.

Rantai pasok pun masih mengalami gangguan, waktu pengiriman naik meski sudah ada pelonggaran PSBB. Di lapangan, pengusaha mengungkapkan masih ada hambatan dalam pengiriman barang karena petugas tetap menerapkan kontrol ketat.

Akan tetapi ada harapan karena pengusaha melihat pelonggaran PSBB akan meningkatkan permintaan. Ini akan direspons dengan peningkatan produksi, tetapi bertahap. Sekitar 73% responden menyatakan akan meningkatkan produksi dalam 12 bulan ke depan.


(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Roda Ekonomi Dunia Sudah Pulih? Nggak Semuanya Cassandra!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular