
Jual Rumah Sekarang Susah Laku, Penjualan Ambles 70%
Ferry Sandi, CNBC Indonesia
03 June 2020 11:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama masa pandemi Covid-19, permintaan rumah cenderung turun drastis. Hal ini berdampak pada penurunan harga rumah.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengembang dan Pemukiman Peurmahan Rakyat Seluruh Indonesia (Sekjen Apersi) Daniel Djumali mengungkapkan penurunan penjualan yang tajam akibat keputusan masyarakat dalam menahan pengeluaran untuk kebutuhan papan.
"Untuk permintaan perumahan menengah atas, baik baru atau bekas akibat Covid-19 turun drastis, mungkin sekitar 40%, bahkan 70%. Tapi permintaan rumah subsidi MBR (Masyarakat berpenghasilan rendah) cenderung stabil, kalau ada penurunan paling turun 20-25%," kata Daniel dalam program Squawk Box CNBC Indonesia, Rabu (3/6).
Menurunnya permintaan dari properti kalangan atas sangat berpengaruh terhadap banyak pengembang. Namun, properti di sektor menengah ke bawah masih bisa menjadi penyelamat. Daniel melihat imbauan pemerintah agar masyarakat tidak mudik cukup berpengaruh terhadap permintaan rumah bagi MBR.
"Masyarakat MBR yang sudah punya THR dan tidak mudik sehingga bisa menabung dan membeli MBR yang diimpikan. Misal DP 1%-5% dan angsuran seharga kos-kosan. Dengan angsuran bulanan, MBR bisa punya rumah sendiri dengan pengelolaan sama karena harganya seharga kos-kosan," sebutnya.
Demi bisa bertahan untuk tetap bisa memasarkan unitnya, para pengembang harus bisa berinovasi. Daniel menyebut saat ini sudah ada pergeseran metode penjualan, dari yang semula menggunakan metode kertas maupun brosur namun kini via online.
"Sekarang via WA, jadi otomatis pengembang properti untuk marketing, kirim proposal brosur, gambar, disain rumah lewat itu. Nanti pembeli datang ke lokasi liat langsung. Kalau udah datang dan serius bisa langsung closing penjualan," papar Daniel.
(hoi/hoi) Next Article Siap-Siap! Tsunami Pasar Properti Belum akan Berakhir
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengembang dan Pemukiman Peurmahan Rakyat Seluruh Indonesia (Sekjen Apersi) Daniel Djumali mengungkapkan penurunan penjualan yang tajam akibat keputusan masyarakat dalam menahan pengeluaran untuk kebutuhan papan.
"Untuk permintaan perumahan menengah atas, baik baru atau bekas akibat Covid-19 turun drastis, mungkin sekitar 40%, bahkan 70%. Tapi permintaan rumah subsidi MBR (Masyarakat berpenghasilan rendah) cenderung stabil, kalau ada penurunan paling turun 20-25%," kata Daniel dalam program Squawk Box CNBC Indonesia, Rabu (3/6).
Menurunnya permintaan dari properti kalangan atas sangat berpengaruh terhadap banyak pengembang. Namun, properti di sektor menengah ke bawah masih bisa menjadi penyelamat. Daniel melihat imbauan pemerintah agar masyarakat tidak mudik cukup berpengaruh terhadap permintaan rumah bagi MBR.
"Masyarakat MBR yang sudah punya THR dan tidak mudik sehingga bisa menabung dan membeli MBR yang diimpikan. Misal DP 1%-5% dan angsuran seharga kos-kosan. Dengan angsuran bulanan, MBR bisa punya rumah sendiri dengan pengelolaan sama karena harganya seharga kos-kosan," sebutnya.
Demi bisa bertahan untuk tetap bisa memasarkan unitnya, para pengembang harus bisa berinovasi. Daniel menyebut saat ini sudah ada pergeseran metode penjualan, dari yang semula menggunakan metode kertas maupun brosur namun kini via online.
"Sekarang via WA, jadi otomatis pengembang properti untuk marketing, kirim proposal brosur, gambar, disain rumah lewat itu. Nanti pembeli datang ke lokasi liat langsung. Kalau udah datang dan serius bisa langsung closing penjualan," papar Daniel.
(hoi/hoi) Next Article Siap-Siap! Tsunami Pasar Properti Belum akan Berakhir
Most Popular