Jual Rumah Sekarang Susah Laku, Penjualan Ambles 70%

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
03 June 2020 11:48
Awal Desember 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat capaian Program Satu Juta Rumah sebanyak 765.120 unit rumah, didominasi oleh pembangunan rumah bagi  masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar 70 persen, atau sebanyak 619.868 unit, sementara rumah non-MBR yang terbangun sebesar 30 persen, sebanyak 145.252 unit.
Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sekitar 20 persen merupakan rumah yang dibangun oleh Kementerian PUPR berupa rusunawa, rumah khusus, rumah swadaya maupun bantuan stimulan prasarana dan utilitas (PSU), 30 persen lainnya dibangun oleh pengembang perumahan subsidi yang mendapatkan fasilitas KPR FLPP, subsisdi selisih bunga dan bantuan uang muka. Selebihnya dipenuhi melalui pembangunan rumah non subsidi oleh pengembang.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengungkapkan, rumah tapak masih digemari kelas menengah ke bawah.
Kontribusi serapan properti oleh masyarakat menengah ke bawah terhadap total penjualan properti mencapai 70%.
Serapan sebesar 200.000 unit ini, akan terus meningkat pada tahun 2018 menjadi 250.000 unit.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Selama masa pandemi Covid-19, permintaan rumah cenderung turun drastis. Hal ini berdampak pada penurunan harga rumah.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengembang dan Pemukiman Peurmahan Rakyat Seluruh Indonesia (Sekjen Apersi) Daniel Djumali mengungkapkan penurunan penjualan yang tajam akibat keputusan masyarakat dalam menahan pengeluaran untuk kebutuhan papan.

"Untuk permintaan perumahan menengah atas, baik baru atau bekas akibat Covid-19 turun drastis, mungkin sekitar 40%, bahkan 70%. Tapi permintaan rumah subsidi MBR (Masyarakat berpenghasilan rendah) cenderung stabil, kalau ada penurunan paling turun 20-25%," kata Daniel dalam program Squawk Box CNBC Indonesia, Rabu (3/6).



Menurunnya permintaan dari properti kalangan atas sangat berpengaruh terhadap banyak pengembang. Namun, properti di sektor menengah ke bawah masih bisa menjadi penyelamat. Daniel melihat imbauan pemerintah agar masyarakat tidak mudik cukup berpengaruh terhadap permintaan rumah bagi MBR.

"Masyarakat MBR yang sudah punya THR dan tidak mudik sehingga bisa menabung dan membeli MBR yang diimpikan. Misal DP 1%-5% dan angsuran seharga kos-kosan. Dengan angsuran bulanan, MBR bisa punya rumah sendiri dengan pengelolaan sama karena harganya seharga kos-kosan," sebutnya.

Demi bisa bertahan untuk tetap bisa memasarkan unitnya, para pengembang harus bisa berinovasi. Daniel menyebut saat ini sudah ada pergeseran metode penjualan, dari yang semula menggunakan metode kertas maupun brosur namun kini via online.

"Sekarang via WA, jadi otomatis pengembang properti untuk marketing, kirim proposal brosur, gambar, disain rumah lewat itu. Nanti pembeli datang ke lokasi liat langsung. Kalau udah datang dan serius bisa langsung closing penjualan," papar Daniel.


[Gambas:Video CNBC]




(hoi/hoi) Next Article Siap-Siap! Tsunami Pasar Properti Belum akan Berakhir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular