Siap-Siap! Tsunami Pasar Properti Belum akan Berakhir

Tito Bosnia, CNBC Indonesia
22 May 2020 18:13
Awal Desember 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat capaian Program Satu Juta Rumah sebanyak 765.120 unit rumah, didominasi oleh pembangunan rumah bagi  masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar 70 persen, atau sebanyak 619.868 unit, sementara rumah non-MBR yang terbangun sebesar 30 persen, sebanyak 145.252 unit.
Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sekitar 20 persen merupakan rumah yang dibangun oleh Kementerian PUPR berupa rusunawa, rumah khusus, rumah swadaya maupun bantuan stimulan prasarana dan utilitas (PSU), 30 persen lainnya dibangun oleh pengembang perumahan subsidi yang mendapatkan fasilitas KPR FLPP, subsisdi selisih bunga dan bantuan uang muka. Selebihnya dipenuhi melalui pembangunan rumah non subsidi oleh pengembang.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengungkapkan, rumah tapak masih digemari kelas menengah ke bawah.
Kontribusi serapan properti oleh masyarakat menengah ke bawah terhadap total penjualan properti mencapai 70%.
Serapan sebesar 200.000 unit ini, akan terus meningkat pada tahun 2018 menjadi 250.000 unit.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar properti diproyeksikan masih akan tertekan di triwulan II-2020 menyusul pandemi Covid-19 yang masih mengganggu aktivitas perekonomian.

CEO Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda menyebut hal ini menyusul catatan nilai penjualan perumahan primer pada triwulan I-2020 untuk Jabodebek dan Banten yang anjlok hingga 50,1%. Ia memprediksi penurunan penjualan properti akan lebih dalam dibandingkan triwulan I-2020.

"Dari riset kami, kontribusi penurunan terdalam ini kan 1,5 bulan baru dampaknya di pertengahan Februari sampai Maret. Jadi di triwulan II relatif penurunannya paling dalam, mungkin lebih dari 50,1%," ujarnya dalam virtual video interview dengan CNBC Indonesia, Jumat (22/05/20).

Namun IPW optimistis, pemulihan ekonomi mulai kembali terjadi di triwulan III-2020, diproyeksikan pada 3 bulan terakhir tahun ini, industri properti mulai kembali tahap awal pemulihan.

Ia membandingkan kondisi pasar properti di Indonesia saat ini, sangat berbeda dengan yang terjadi di tahun 1998. Di masa tersebut, permintaan terhadap properti nihil, dengan kondisi suku bunga yang melejit.

"Krisis 1998 itu nggak ada daya beli, kalau ini krisis alam dimana financial dan perbankan belum mengalami crash. Kalau ini short crash, jadi artinya menunggu saja kondisi normal, karena industri saat ini daya beli masih ada, suku bunga sudah turun dan harga juga tengah mencari keseimbangan," katanya.

Menurutnya, kondisi pemulihan industri properti di tengah masih adanya pandemi, akan sangat berbeda nantinya dengan masuknya siklus new normal.

Dimana para pengembang saat ini mulai melakukan tren penjualan lewat digital, serta selanjutnya melakukan protokol kesehatan penuh jika pemulihan ekonomi terjadi saat melakukan promosi langsung ke konsumen di gallery-gallery milik para pengembang.

Bank Indonesia (BI) juga memproyeksikan kenaikan harga properti yang melambat di triwulan II-2020. Hal ini sejalan dengan penurunan penjualan yang cukup tajam di 3 bulan pertama properti di triwulan I-2020.


[Gambas:Video CNBC]




(hoi/hoi) Next Article Jual Rumah Sekarang Susah Laku, Penjualan Ambles 70%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular