Mau Beri BLT US$ 1/Hari, Pak Jokowi? Siapkan Rp 301 T...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 April 2020 07:03
Penduduk miskin bantaran kali Ciliwung
Penduduk bantaran kali Ciliwung (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Dunia memperkirakan akan ada 49 juta orang yang masuk ke jurang kemiskinan ekstrem akibat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Mereka adalah pihak yang sangat membutuhkan intervensi negara.

Pandemi virus corona tidak bisa dibantah adalah sebuah tragedi kesehatan dan kemanusiaan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, jumlah pasien positif corona di kolong langit per 26 April 2020 adalah 2.804.796 orang. Bertambah 84.900 orang dibandingkan posisi per hari sebelumnya.

Sementara jumlah pasien meninggal dunia tercatat 193.710 orang. Bertambah 6.006 orang.


Penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini sangat cepat. Dalam waktu kurang dari empat bulan, sudah lebih dari 200 negara dan teritori terjangkit virus corona. Hampir tidak ada tempat yang aman.

Perkembangan ini membuat pemerintah di berbagai negara terpaksa membatasi aktivitas masyarakat dengan menerapkan pembatasan sosial (social distancing) sampai karantina wilayah (lockdown). Maklum, penyebaran virus akan semakin mudah ketika manusia berkerumun.

Segala bentuk aktivitas yang menciptakan gerombolan manusia pun seperti dianggap haram. Orang-orang dianjurkan untuk bekerja, belajar, dan beribadah di rumah. Kantor dan pabrik ditutup sementara, sekolah diliburkan, restoran tidak melayani makan-minum di tempat, pusat perbelanjaan dan tempat wisata kosong, adalah beberapa contoh dari penerapan social distancing.

Upaya untuk membatasi ruang gerak penyebaran virus ini harus dibayar mahal. Ketika orang tidak berani (atau dilarang) keluar rumah, maka roda ekonomi berputar lambat. Ini yang menyebabkan resesi (atau bahkan depresi) ekonomi sepertinya tidak mungkin lagi dihindari.


"Pandemi virus corona adalah akan menjadi krisis yang berbeda dalam hal dampak sosial-ekonomi. Kami memperkirakan pandemi ini akan membuat 49 juta orang di seluruh dunia masuk ke level kemiskinan ekstrem pada 2020," sebut Carolina Sanchez-Paramo, Direktur Bank Dunia, dalam tulisannya di blog resmi, belum lama ini.


Pandangan klise yang ada selama ini adalah virus corona tidak pandang bulu. Virus ini menyerang pedagang asongan sampai Pangeran Charles. Tidak pilih kasih.

Namun pendapat ini tidak benar. Meski virus corona memang bisa menulari orang yang tinggal di gubuk derita hingga Istana Buckingham, tetapi dampaknya sangat berbeda.

Kelas menengah, apalagi kelas atas seperti Pangeran Charles, masih bisa bekerja di rumah dan makan enak. Bahkan mungkin tidak sedikit yang malah mengalami kenaikan berat badan karena kebanyakan ngemil.


Namun bagi penduduk miskin, bekerja dari rumah adalah sebuah kemustahilan. Jika mereka tidak keluar rumah dan mencari kerja, maka tidak bisa makan. Apa yang didapat hari ini menentukan apa yang terjadi besok. Living hand to mouth.

Penduduk miskin akan terpukul dua kali gara-gara pandemi virus corona. Pukulan pertama adalah risiko tertular virus, karena mereka tidak bisa berdiam diri di rumah (kalau yang masih punya rumah).

Hantaman kedua adalah aktivitas masyarakat yang mati suri membuat penduduk miskin (yang kebanyakan bekerja di sektor informal) ikut sulit mencari nafkah. Penduduk miskin dihajar oleh risiko kesehatan dan risiko ekonomi, yang dua-duanya sangat mungkin membuat nyawa melayang.


Negara harus hadir untuk mereka. Negara harus memberi dukungan untuk mengurangi risiko ekonomi dalam bentuk bantuan tunai.

Bank Dunia menyarankan kelompok masyarakat miskin dan hampir miskin layak mendapat bantuan setidaknya US$ 1 per hari. Besaran itu adalah batas minimal untuk bisa bertahan hidup dari hari ke hari.

"Misalnya dengan menyediakan Bantuan Langsung Tunai kepada rumah tangga miskin sebesar US$ 1/hari. Rumah tangga non-miskin juga perlu diberikan dukungan, karena dampak pandemi virus corona juga dirasakan oleh mereka," tulis Sanchez-Paramo.


Berapa jumlah penduduk miskin dan hampir miskin di Indonesia? Berapa dana yang harus disediakan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokow) jika mau memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) US$ 1 per hari?

Per September 2019, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah penduduk miskin di Indonesia adalah 24,79 juta orang. Sementara jumlah penduduk hampir miskin menurut perhitungan Bank Dunia pada 2018 adalah 64,7 juta orang. Jadi mereka yang layak mendapat BLT berjumlah 89,49 juta jiwa.


Untuk menentukan asumsi kurs dolar Amerika Serikat (AS), bisa menggunakan kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor. Rata-rata kurs tengah BI sepanjang 2020 adalah Rp 14.616,73.

Dengan demikian, kebutuhan untuk BLT adalah Rp 1,23 triliun per hari. Katakanlah BLT mulai diberikan 1 Mei sampai 31 Desember, akhir tahun anggaran 2020, yang berarti ada 244 hari.

Jadi kebutuhan dana untuk BLT US$ 1 per hari sampai akhir tahun adalah Rp 301,33 triliun. Jika pemerintah tetap mempertahankan stimulus fiskal yang tahun ini sebesar Rp 405,1 triliun, maka BLT yang ideal tersebut sudah memakan 74,38%.

Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan realokasi anggaran stimulus kalau mau memberikan stimulus sesuai saran Bank Dunia. Atau opsi lain adalah menambah anggaran stimulus yang berarti memperlebar defisit anggaran dengan menambah utang.

Sebuah pilihan yang sulit...



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular