
Mau Beri BLT US$ 1/Hari, Pak Jokowi? Siapkan Rp 301 T...
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 April 2020 07:03

Pandangan klise yang ada selama ini adalah virus corona tidak pandang bulu. Virus ini menyerang pedagang asongan sampai Pangeran Charles. Tidak pilih kasih.
Namun pendapat ini tidak benar. Meski virus corona memang bisa menulari orang yang tinggal di gubuk derita hingga Istana Buckingham, tetapi dampaknya sangat berbeda.
Kelas menengah, apalagi kelas atas seperti Pangeran Charles, masih bisa bekerja di rumah dan makan enak. Bahkan mungkin tidak sedikit yang malah mengalami kenaikan berat badan karena kebanyakan ngemil.
Namun bagi penduduk miskin, bekerja dari rumah adalah sebuah kemustahilan. Jika mereka tidak keluar rumah dan mencari kerja, maka tidak bisa makan. Apa yang didapat hari ini menentukan apa yang terjadi besok. Living hand to mouth.
Penduduk miskin akan terpukul dua kali gara-gara pandemi virus corona. Pukulan pertama adalah risiko tertular virus, karena mereka tidak bisa berdiam diri di rumah (kalau yang masih punya rumah).
Hantaman kedua adalah aktivitas masyarakat yang mati suri membuat penduduk miskin (yang kebanyakan bekerja di sektor informal) ikut sulit mencari nafkah. Penduduk miskin dihajar oleh risiko kesehatan dan risiko ekonomi, yang dua-duanya sangat mungkin membuat nyawa melayang.
Negara harus hadir untuk mereka. Negara harus memberi dukungan untuk mengurangi risiko ekonomi dalam bentuk bantuan tunai.
Bank Dunia menyarankan kelompok masyarakat miskin dan hampir miskin layak mendapat bantuan setidaknya US$ 1 per hari. Besaran itu adalah batas minimal untuk bisa bertahan hidup dari hari ke hari.
"Misalnya dengan menyediakan Bantuan Langsung Tunai kepada rumah tangga miskin sebesar US$ 1/hari. Rumah tangga non-miskin juga perlu diberikan dukungan, karena dampak pandemi virus corona juga dirasakan oleh mereka," tulis Sanchez-Paramo.
(aji/aji)
Namun pendapat ini tidak benar. Meski virus corona memang bisa menulari orang yang tinggal di gubuk derita hingga Istana Buckingham, tetapi dampaknya sangat berbeda.
Kelas menengah, apalagi kelas atas seperti Pangeran Charles, masih bisa bekerja di rumah dan makan enak. Bahkan mungkin tidak sedikit yang malah mengalami kenaikan berat badan karena kebanyakan ngemil.
Namun bagi penduduk miskin, bekerja dari rumah adalah sebuah kemustahilan. Jika mereka tidak keluar rumah dan mencari kerja, maka tidak bisa makan. Apa yang didapat hari ini menentukan apa yang terjadi besok. Living hand to mouth.
Penduduk miskin akan terpukul dua kali gara-gara pandemi virus corona. Pukulan pertama adalah risiko tertular virus, karena mereka tidak bisa berdiam diri di rumah (kalau yang masih punya rumah).
Hantaman kedua adalah aktivitas masyarakat yang mati suri membuat penduduk miskin (yang kebanyakan bekerja di sektor informal) ikut sulit mencari nafkah. Penduduk miskin dihajar oleh risiko kesehatan dan risiko ekonomi, yang dua-duanya sangat mungkin membuat nyawa melayang.
Negara harus hadir untuk mereka. Negara harus memberi dukungan untuk mengurangi risiko ekonomi dalam bentuk bantuan tunai.
Bank Dunia menyarankan kelompok masyarakat miskin dan hampir miskin layak mendapat bantuan setidaknya US$ 1 per hari. Besaran itu adalah batas minimal untuk bisa bertahan hidup dari hari ke hari.
"Misalnya dengan menyediakan Bantuan Langsung Tunai kepada rumah tangga miskin sebesar US$ 1/hari. Rumah tangga non-miskin juga perlu diberikan dukungan, karena dampak pandemi virus corona juga dirasakan oleh mereka," tulis Sanchez-Paramo.
(aji/aji)
Next Page
Butuh Rp 301 T untuk BLT
Pages
Most Popular