Ini Ramalan Ekonomi Teranyar IMF, Ngeri Nggak Ada Sedapnya!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 April 2020 05:57
Komplek Istana Presiden Perketat Pemerikasaa Suhu Tubuh Terkait Virus Corona. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Komplek Istana Presiden Perketat Pemerikasaa Suhu Tubuh Terkait Virus Corona. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Penyebaran virus yang begitu cepat dan luas membuat pemerintah di berbagai negara terpaksa membatasi aktivitas dan mobilitas publik. Maklum, virus menular seiring intensitas interaksi dan kontak antar-manusia.

Kini, ratusan juta atau bahkan mungkin miliaran orang harus 'terkurung' di rumah. Bekerja, belajar, dan beribadah di rumah.

Kodrat manusia sebagai makhluk sosial seakan dicabut, karena sekarang yang harus dilakukan justru social distancing. Kontak sosial dengan manusia lain, apalagi dalam jumlah banyak dan jarak yang dekat, menjadi hal yang tabu.


Bahkan beberapa negara seperti India dan Filipina menerapkan kebijakan yang lebih ekstrem yaitu karantina wilayah alias lockdown. Warga sama sekali tidak boleh keluar rumah kecuali untuk urusan mendesak, transportasi publik tidak beroperasi, kantor dan pabrik ditutup, sekolah diliburkan, dan berbagai pantangan lainnya. Aparat keamanan siap menindak tegas siapa saja yang berani melanggar.

Berbagai kebijakan pembatasan aktivitas publik ini membuat roda perekonomian berjalan sangat lambat, atau bahkan mungkin hampir berhenti sama sekali. Krisis kesehatan dan kemanusiaan bertransformasi menjadi krisis ekonomi.

"Seiring kebijakan penanggulangan virus, berbagai negara memberlakukan karantina dan social distancing. Dunia memasuki fase Lockdown Besar (Great Lockdown). Magnitudo dan kesepakatan kejatuhan aktivitas bisnis mengikutinya, dan ini belum pernah dialami sepanjang hidup kita. Lockdown Besar adalah resesi terbesar setelah Depresi Besar, dan jauh lebih buruk ketimbang krisis keuangan global," sebut Gopinath.


(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular