
Ada Lonjakan Ekspor Masker, BUMN Ngaku Tak Lagi Ekspor!
Monica Wareza, CNBC Indonesia
16 March 2020 17:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menampik masih adanya ekspor masker yang dilakukan oleh perusahaan pelat merah hingga Februari 2020. Kendati data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pagi ini menunjukkan adanya lonjakan ekspor masker pada periode tersebut.
Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga mengatakan sudah tak ada lagi ekspor masker di Februari. Bahkan, perusahaan pengekspor masker juga sudah diminta menghentikan penjualan ke luar negeri meski pemesanan lama sudah mengantre.
"Itu, Februari nggak ada ya, tapi kalau Januari memang terakhir dulu itu, itu pesanan sebelumnya, terakhir. Tapi setelah itu kan kita sudah minta sudah tidak ada lagi ekspor-ekspor, jadi memang yang kami ketahui itu Januari terakhir, kalau Februari sih nggak. Januari kita masih proses yang lama, pemesanan yang lama dan sudah kita hentikan juga," kata Arya di Jakarta, Senin (16/3/2020).
Sebaliknya, saat ini perusahaan BUMN justru menunggu impor bahan baku masker dan masker dari China dan India untuk memenuhi kebutuhan masker di dalam negeri. Permintaan impor ini dilakukan oleh anak usaha PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
"Perusahaan yang membuat masker, ini kan untuk kainnya, ada kainnya khusus itu dari India diambil. Dari China sih belum bisa, tapi kita lagi usaha terus karena mereka kan penghasil masker, kita lagi usaha, lagi dinegosiasikan dengan China lah. Dan kita lihat kondisi mereka juga, kan mereka sekarang sudah mengalami penurunan masalah flu (corona) ini ya," terangnya.
Adapun menurut data BPS terjadi lonjakan ekspor masker sepanjang Februari 2020 lalu yang tergambar dari naiknya ekspor barang tekstil jadi lainnya yang ada dalam golongan barang HS 63.
Nilai ekspor ini tercatat naik menjadi US$ 89,8 juta dari sebelumnya di Januari senilai US$ 17,8 juta di Januari.
"Kalau kenaikan barang tekstil di antaranya komoditas masker masuk di sini. HS 63," kata Yunita Rusanti, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS siang ini.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan perusahaan BUMN pada April 2020 akan memproduksi masker sebanyak 6 juta pcs guna mengantisipasi penyebaran virus corona di Indonesia.
Erick mengatakan kendala saat ini ialah bahan baku untuk masker yang biasanya diandalkan dari China. BUMN farmasi, katanya, akan memproduksi 6 juta masker pada April mendatang guna mengantisipasi penyebaran virus corona di Tanah Air.
"Hanya dari BUMN saja. Yang kita akan produksi 6 juta, bahan bakunya masih ada. Makanya kemarin saya bilang kalau [bahan baku dari ] China habis kita cari Eropa, sekarang Eropa mulai kejadian seperti ini ya kita mesti cari di India atau dari ini..Makanya ke depan masalah bahan baku masker ini yang kertas kecil itu kita kalau bisa buat sendiri kenapa tergantung negara lain," tegas Erick, di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (11/3/2020).
Menurut Erick, stock masker saat ini jumlahnya naik turun tergantung dengan kebutuhan masyarakat di tengah wabah corona di Indonesia.
(hoi/hoi) Next Article Ekspor Masker Resmi Dilarang, RI Juga Siap-Siap Impor
Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga mengatakan sudah tak ada lagi ekspor masker di Februari. Bahkan, perusahaan pengekspor masker juga sudah diminta menghentikan penjualan ke luar negeri meski pemesanan lama sudah mengantre.
"Itu, Februari nggak ada ya, tapi kalau Januari memang terakhir dulu itu, itu pesanan sebelumnya, terakhir. Tapi setelah itu kan kita sudah minta sudah tidak ada lagi ekspor-ekspor, jadi memang yang kami ketahui itu Januari terakhir, kalau Februari sih nggak. Januari kita masih proses yang lama, pemesanan yang lama dan sudah kita hentikan juga," kata Arya di Jakarta, Senin (16/3/2020).
Sebaliknya, saat ini perusahaan BUMN justru menunggu impor bahan baku masker dan masker dari China dan India untuk memenuhi kebutuhan masker di dalam negeri. Permintaan impor ini dilakukan oleh anak usaha PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
"Perusahaan yang membuat masker, ini kan untuk kainnya, ada kainnya khusus itu dari India diambil. Dari China sih belum bisa, tapi kita lagi usaha terus karena mereka kan penghasil masker, kita lagi usaha, lagi dinegosiasikan dengan China lah. Dan kita lihat kondisi mereka juga, kan mereka sekarang sudah mengalami penurunan masalah flu (corona) ini ya," terangnya.
Adapun menurut data BPS terjadi lonjakan ekspor masker sepanjang Februari 2020 lalu yang tergambar dari naiknya ekspor barang tekstil jadi lainnya yang ada dalam golongan barang HS 63.
Nilai ekspor ini tercatat naik menjadi US$ 89,8 juta dari sebelumnya di Januari senilai US$ 17,8 juta di Januari.
"Kalau kenaikan barang tekstil di antaranya komoditas masker masuk di sini. HS 63," kata Yunita Rusanti, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS siang ini.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan perusahaan BUMN pada April 2020 akan memproduksi masker sebanyak 6 juta pcs guna mengantisipasi penyebaran virus corona di Indonesia.
Erick mengatakan kendala saat ini ialah bahan baku untuk masker yang biasanya diandalkan dari China. BUMN farmasi, katanya, akan memproduksi 6 juta masker pada April mendatang guna mengantisipasi penyebaran virus corona di Tanah Air.
"Hanya dari BUMN saja. Yang kita akan produksi 6 juta, bahan bakunya masih ada. Makanya kemarin saya bilang kalau [bahan baku dari ] China habis kita cari Eropa, sekarang Eropa mulai kejadian seperti ini ya kita mesti cari di India atau dari ini..Makanya ke depan masalah bahan baku masker ini yang kertas kecil itu kita kalau bisa buat sendiri kenapa tergantung negara lain," tegas Erick, di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (11/3/2020).
Menurut Erick, stock masker saat ini jumlahnya naik turun tergantung dengan kebutuhan masyarakat di tengah wabah corona di Indonesia.
(hoi/hoi) Next Article Ekspor Masker Resmi Dilarang, RI Juga Siap-Siap Impor
Most Popular