Di Tengah Wabah Corona, RI Masih Impor Binatang Hidup!

Lidya Julita S, CNBC Indonesia
16 March 2020 14:30
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor sepanjang Februari 2020 sebesar US$ 11,6 miliar.
Foto: Hewan
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor sepanjang Februari 2020 sebesar US$ 11,6 miliar. Nilai ini turun sebesar 5,11% dibandingkan Februari 2019 dan turun 18,69% dibandingkan Januari 2020.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti mengatakan, jika dilihat dari penggunaan barangnya, semua impor mengalami penurunan baik secara tahunan maupun dibandingkan bulan sebelumnya.

Untuk impor barang konsumsi turun 12,81% (YoY) dan turun 39,91% (mtm). Bahan baku penolong turun 1,5% (yoy) dan 15,89% (mtm) dan impor barang modal turun 16,44% (yoy) dan turun 18,03% (mtm).

Untuk barang konsumsi yang mengalami penurunan cukup besar adalah tank, other armored fighting vehicles, buah pir hingga non sport footwear.



Sedangkan untuk bahan baku yang mengalami penurunan impor adalah komoditas ron88 yang berasal dari Singapura dan Malaysia hingga propan yang biasanya digunakan untuk gas LPG.

"Kemudian barang modal yang tadi turun 18,03% antara lain untuk telepon seluler turun, lalu laptop including notebooks dan sub notebooks, kemudian furnise dan oven lalu boiler turun juga. Jadi beberapa barang modal yang turun yang dominan mtm," ujar Yunita di kantornya, Senin (16/3/2020).

Sementara, impor non migas yang mengalami penurunan impor terbesar adalah golongan barang mesin dan perlengkapan elektrik, kemudian peralatan mekanis hingga plastik. Sedangkan peningkatan impor non migas terbesar adalah golongan barang gula, serelia hingga bahan bakar mineral.

Berikut adalah top 10 barang non migas yang paling banyak di impor sepanjang Februari 2020:

1. Mesin dan peralatan mekanis US$ 1,91 miliar
2. Mesin dan perlengkapan elektrik US$ 1,24 miliar
3. Plastik dan barang dari plastik US$ 572 juta
4. Kendaraan dan bagiannya US$ 443,4 juta
5. Bahan kimia organik US$ 402,7 juta
6. Serealia US$ 336,8 juta
7. Gula dan kembang gula US$ 253,1 juta
8. Bahan bakar mineral US$ 142,4 juta
9. Bijih, terak, dan abu logam US$ 63,9 juta
10. Binatang hidup US$ 48,1 juta




[Gambas:Video CNBC]





(dru) Next Article Pak Jokowi Benar, Indonesia Jangan Lagi Menjual Tanah Air!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular