Bos Pertamina Gusar, Blok Rokan Nasibnya Kayak Mahakam

Wahyu Daniel, CNBC Indonesia
09 March 2020 07:04
Sampai saat ini, Pertamina tidak diberi lampu hijau oleh Chevron untuk masuk mengebor demi menjaga produksi blok tersebut.
Foto: detikFinance/Muhammad Idris
Jakarta, CNBC Indonesia - Mulai Agustus 2021, blok minyak raksasa Rokan di provinsi Riau akan diambil alih PT Pertamina (Persero) dari PT Chevron Pacific Indonesia (CPI). Ada masalah yang dihadapi Pertamina dalam transisi pengambilalihan blok minyak ini.

Sampai saat ini, Pertamina tidak diberi lampu hijau oleh Chevron untuk masuk mengebor demi menjaga produksi blok tersebut. Kedua perusahaan migas ini belum sepakat untuk menjaga produksi di masa transisi perubahan kepemilikan.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, sebelumnya pernah mengungkapkan harapannya Chevron, agar tetap menjaga produksi di blok Rokan, sehingga tidak menurun. Arifin menyebut jika ada hal-hal yang belum disepakati, pihaknya meminta agar Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) bisa merespons turunnya produksi.

"Kalau memang ada hal yang belum tersepakati kita minta KKKS sekarang ini harus bisa merespon kekurangan produksi dan itu ada Kepmennya untuk bisa menjaga produksi," jelas Arifin belum lama ini.



Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, mengungkapkan dirinya gusar blok Rokan akan bernasib seperti blok Mahakam, produksinya ambles turun saat diambil alih Pertamina. Blok Mahakam diambil Pertamina dari Total pada Januari 2018 lalu. Saat itu Pertamina telat masuk ke Blok Mahakam dan tak ada proses transisi, sehingga tak bisa mengejar angka produksi seperti sebelumnya.

"Jangan nanti ada tudingan Pertamina disalahkan kalau produksi blok Rokan turun," jelas Nicke, Jumat lalu di Jakarta.

Bos Pertamina Gusar, Blok Rokan Nasibnya Kayak MahakamFoto: Istimewa


Nicke mengatakan, sejak tahun lalu, Pertamina berupaya melakukan negosiasi dengan Chevron agar bisa masuk ke Rokan untuk menjaga produksi saat masa transisi. Namun sampai saat ini pihak Chevron tidak mau sehingga belum ada kesepakatan.

"Padahal secara aturan, ada Peraturan Menteri ESDM Nomor 24 Tahun 2018 yang menyatakan bahwa operator atau kontraktor wajib berinvestasi dan menjaga produksi sampai kontraknya berakhir. Seluruh biaya investasi juga diganti dengan cost recovery. Kami sangat berharap ada itikad baik dari kontraktor. Ini masalahnya sama persis dengan Mahakam," tuturnya.

Blok Rokan merupakan salah satu ladang minyak andalan RI. Dulu, blok ini pernah berjaya karena produksi minyaknya yang paling tinggi di antara blok migas lainnya. Blok Rokan meliputi wilayah yang luasnya mencapai 220 km2 dengan lebih dari 96 sumur minyak. Tiga di antaranya memiliki potensi minyak yang besar yaitu sumur Duri, Minas dan Bekasap.

Dari data Pertamina, produksi minyak blok Rokan memang menurun, dari 338 ribu barel per hari (bph) di 2012 menjadi tinggal 190 ribu bph di 2019. Nicke mengatakan, penurunan produksi ini karena tidak ada kegiatan pengeboran baru yang dilakukan di blok Rokan.

Data Pertamina tersebut mengungkapkan, jumlah aktivitas pengeboran di blok Rokan turun dari 625 pengeboran di 2014, menjadi 280 pengeboran di 2015, lalu 119 pengeboran di 2016, hingga akhirnya 0 pengeboran di 2019.

Pertamina memprediksi, pada Agustus 2021 saat alih kelola Rokan ke Pertamina, diperkirakan angka produksi rata-rata akan berada di kisaran 140 ribu bph.


Sebelumnya, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto, mengatakan saat ini tengah mencari jalan keluar terkait hal ini.

"Sekarang sedang dicari berbagai solusi untuk itu, jadi dengan Pertamina dan Chevron sedang dengan diskusi," ungkap Dwi.

Dwi mengatakan, skenario yang bisa dilakukan yakni Chevron melakukan investasi. Saat ini pihaknya sedang menunggu proposal dari Chevron.

"Chevron sendiri yang akan investasi. Sehingga di akhir proyek kita bagaimana mengompensasi unrecovered cost sisa yang belum terkelola," jelasnya.

[Gambas:Video CNBC]


(wed) Next Article Transisi Rokan, Chevron Singgung Soal Investasi Pertamina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular