Internasional

Mengenal Perang Suriah, Mengapa Turki dan Rusia Terlibat?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
19 February 2020 12:44
Mengapa Rusia?
Foto: Reuters/Grigory Dukor
Banyak kelompok berbeda yang memiliki tujuan berbeda, di Suriah, termasuk beberapa kelompok yang didukung oleh al-Qaeda dan ISIS.

Secara teori, Rusia ada untuk melawan ISIS. Namun dalam praktiknya, mereka juga menyerang pemberontak anti-Assad lainnya, beberapa di antaranya juga didukung oleh Barat.

Awalnya Rusia terlibat dengan Suriah dimulai dari kisah masa Perang Dingin, ketika Uni Soviet mendapat pengaruh di Suriah pada 1970-an, memberikan bantuan dan senjata. Tetapi setelah runtuhnya Uni Soviet pada 1990-an, pengaruhnya di Suriah berkurang.

Pada tahun 2000, Vladimir Putin menjadi presiden Rusia dan Bashar al-Assad menjadi presiden Suriah. Mereka tidak memiliki hubungan dekat, tetapi pada pertengahan 2000-an, Putin mulai memperluas militer Rusia ke Suriah.

"Putin mulai berpikir tentang mengembangkan Rusia sebagai kekuatan besar lagi," kata Richard Reeve, direktur Program Keamanan Berkelanjutan di sebuah think-tank keamanan Oxford Research Group, dikutip dari BBC Internasional.

Hubungan Rusia dengan Suriah mulai menguat karena hubungan Perang Dingin mereka sebelumnya. Dukungan Rusia di Suriah juga meningkat secara dramatis ketika ada serangkaian pemberontakan di Timur Tengah dimulai pada musim semi 2011.

Hubungan makin dekat saat pemimpin Libya Muammar Gaddafi digulingkan pada 2011. Akibatnya, Presiden Putin mulai mencari sekutu di tempat lain di wilayah ini.

Hal ini juga diamini Margot Light, profesor emeritus dalam hubungan internasional di LSE. Namun, ia menegaskan keterlibatan Rusia di Timur Tengah juga sebagai cara untuk eksistensi di kawasan itu.

"Ingin bernegosiasi untuk mengakhiri konflik, Anda tidak bisa mengabaikan pandangan Rusia tentang bagaimana konflik itu harus diselesaikan. Itu bagian dari tekad, sebagian besar oleh Putin, untuk menunjukkan bahwa Rusia adalah kekuatan kuat yang harus diperhitungkan," kata Margot

"Timur Tengah lebih dekat ke Rusia daripada kita [di Inggris], atau AS, sehingga mereka menemukan kerusuhan di sana sebagai ancaman keamanan."


(sef/sef)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular