Jokowi Diskon Tarif Listrik Industri yang Produksi 24 Jam

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
12 February 2020 19:00
Pemerintah akan memberikan diskon tarif listrik bagi industri yang beroperasi 24 jam seperti baja.
Foto: Seorang pekerja bekerja di sebuah tungku di pabrik baja Dalian Special Steel Co Ltd di Dalian, provinsi Liaoning, Cina 8 April 2018. REUTERS / Stringer / File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia terus mengupayakan langkah-langkah untuk bisa meningkatkan daya saing industri dalam negeri, termasuk di sektor industri besi dan baja.

Salah satu upaya itu adalah dengan memberikan diskon tarif listrik bagi industri yang beroperasi selama 24 jam sehari, sebagaimana disampaikan Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang, Rabu (12/2/2020).

"Tarif listrik sudah ada keputusan dalam ratas (rapat terbatas), itu menindaklanjuti permohonan Kemenperin kepada kementerian ESDM dan BUMN agar harga listrik untuk industri itu bisa diberikan semacam diskon. Dan industri tidak minta berlebihan," kata Agus dalam konferensi pers di Kementerian Perindustrian, setelah mengadakan rapat terbatas di Istana Presiden.



"Jadi diskon ini untuk industri-industri yang proses produksinya 24 jam. Diskon hanya pada jam-jam tertentu, jam 10 malam sampai jam 5 atau 6 pagi. Poin ini sudah disetujui dalam ratas tadi. Industri seharusnya bisa nikmati ini. Sudah diberikan keputusan oleh bapak presiden (Joko Widodo/Jokowi)," katanya.

Namun, saat ditanya berapa besar diskon yang akan diberikan, Agus enggan untuk menyebutkan angkanya. "Diskon angkanya nanti secara detail akan kami bicarakan," katanya.

Pernyataan itu disampaikan Agus setelah sebelumnya ia mengatakan industri dalam negeri, khususnya industri baja masih kalah bersaing dengan produk impor dari sisi kualitas dan harga. Ini dikarenakan selain biaya listrik dan gas yang mahal, industri baja dan besi dalam negeri juga masih kesulitan bersaing akibat masih memakai teknologi yang kuno dalam proses produksi.

Selain itu, ada juga masalah ketidaktersediaan bahan baku yang murah dibutuhkan industri baja di dalam negeri. Terlebih lagi, dalam hal kualitas dan harga, hasil produksi dalam negeri juga kurang bersaing, sehingga produk baja lokal kalah saing.


"(Kinerja industri baja nasional) masih sangat rendah karena pasar lebih prefer untuk membeli produk impor karena harganya lebih murah dan juga sebagian karena belum adanya upgrade teknologi. Kualitas belum bersaing."


"Ini harus cari jalan keluar." katanya.
(hoi/hoi) Next Article Sedih! Industri Baja RI Sangat Terpuruk, Menunggu Ambruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular