Kalah dengan Baja Impor, Baja Lokal Teknologinya Butut

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
12 February 2020 14:01
Baja impor jadi momok yang menghantui industri baja lokal, ada persoalan teknologi.
Foto: Seorang pekerja bekerja di sebuah tungku di pabrik baja Dalian Special Steel Co Ltd di Dalian, provinsi Liaoning, Cina 8 April 2018. REUTERS / Stringer / File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang blak-blakan bahwa industri baja lokal memang masih kalah bersaing dari sisi kualitas maupun harga dengan produk impor. Selain itu, industri baja Indonesia bermasalah dengan teknologi yang belum bisa menyesuaikan dengan kondisi terkini.

"Salah satu hal terpenting adalah bagaimana kita mendorong industri baja baik BUMN atau swasta bisa melakukan proses update dari teknologi sendiri," kata Agus usai ratas di Istana Negara, Rabu (12/2)

Ia mencontohkan di pesisir Pulau Jawa Indonesia punya pasir besi yang berlimpah. Namun, sayangnya teknologi industri baja lokal belum bisa mengembangkan maksimal pengolahan pasir besi menjadi bijih besi atau bahan perantara produksi besi dan baja.



"Nah itu belum bisa diolah karena teknologi yang kita miliki, oleh industri baja nasional belum sampai situ. Jadi perlu adanya political will dari para industri untuk benahi hal-hal yang berkaitan dengan teknologi," katanya.

Selain teknologi, penataan industri baja lokal ada pada aspek tata niaga seperti pengendalian impor dengan skema tarif maupun non tarif. Khusus non-tarif, perlu ada perbaikan dalam penetapan Standard Nasional Indonesia (SNI) produk besi dan baja.

"Ini tak bisa kita sembarangan tetapkan SNI, karena harus dirumuskan secara baik. Kita harus melihat gambaran umum dari tata niaga baja," katanya.

Dengan pembenahan-pembenahan tadi, maka baja impor akan bisa dikendalikan secara fundamental. Intinya perlu meningkatkan kemampuan daya saing pabrik baja lokal untuk bisa memenuhi permintaan kebutuhan dalam negeri.

"Sebetulnya industri baja nasional itu bisa mensuplai sampai ke 70 persen dari kebutuhan dalam negeri. Sebetulnya kalau dia bisa tingkatkan kapasitas tadi yang selama ini baru 40 persen. 30 Persen sisanya memang belum bisa diproduksi, artinya belum ada pabrikan dalam negeri yang bisa mensuplai," katanya.

"Pengaturan impor baja pada intinya untuk menahan agar pasokan dalam negeri tetap dalam porsi yang maksimal," katanya.

[Gambas:Video CNBC]




(hoi/hoi) Next Article Teror Baja Impor China-Vietnam, 7 Pabrik RI Setop Produksi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular