
Round Up
Serangan Iran, Kata Ayatollah, Ujar Trump & Perang Dunia III
Yuni Astutik & Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
09 January 2020 07:55

Menurut seorang kolumnis di media Inggris the Guardian, Nesrine Malik, perang antara AS-Iran mungkin terjadi. Namun, bukan sejenis perang besar yang bisa disebut Perang Dunia III. Ini dikarenakan Iran terlalu lemah untuk AS dan Iran akan menjadi negara yang semakin tertindas apabila perang meletus.
"Jauh dari diskusi para analis Barat yang menyatakan pembunuhan ini akan mempengaruhi pemilihan ulang atau pemakzulan Presiden Trump, atau dari pertanyaan moral apakah perburuan adalah alat sah kebijakan luar negeri, kehidupan akan menjadi semakin berbahaya bagi jutaan orang di Timur Tengah."
"Tetapi pembunuhannya akan memiliki hasil yang asimetris - nyawa Amerika akan berjalan seperti biasa, sementara Timur Tengah akan semakin tidak stabil." jelasnya dalam tulisannya berjudul "To believe there'll be world war three is to swallow US propaganda" yang dimuat di Guardian, Senin.
Lebih lanjut, dalam tulisan itu Malik mengatakan bahwa kematian Soleimani memang benar akan menjadi pengalihan, sebagaimana yang banyak dikatakan analis Barat. Namun, itu hanya bersifat sementara.
Ia juga kembali menegaskan bahwa ketegangan yang meningkat tidak akan menjelma menjadi Perang Dunia III.
"Pembunuhan Suleimani dapat memecahkan masalah sementara, nyata atau dikhususkan untuk tujuan Public Relations Gedung Putih, tetapi pukulan balik tidak akan dirasakan oleh mereka yang membuat tren "perang dunia ketiga" di media sosial."
"Ini tidak akan menjadi perang dunia baru - pembicaraan semacam itu hanya menunjukkan seberapa efektif mesin propaganda Amerika dalam memproduksi kesan bahwa ada ancaman pemusnahan dari Teheran."
Sejalan dengan Malik, analis Stan Grant juga mengatakan kemunculan Perang Dunia III akibat ketegangan AS-Iran terlalu berlebihan. Ia menyebut peran media sosial dan pemberitaan media yang tiada henti telah membuat ketakutan yang menyebar menjadi berlebihan.
"Zaman kita dikutuk oleh hiperbola, histeria, dan ke-alay-an. Menyalahkan keadaan di media sosial dan siklus pemberitaan selama 24 hari dalam 7 hari, di mana satu komentar ekstrim memancing komentar yang lainnya." katanya dalam tulisannya yang berjudul "Could tension between the US and Iran spark World War 3?" yang diposting di ABC News, Selasa.
"Demikian pula dengan perselisihan Amerika-Iran. Ini telah menghasilkan tagar Twitter: #WorldWarThree."
Grant menyatakan, sebuah kelucuan untuk berpikir Perang Dunia III akan lahir dari perselisihan kedua negara, mengingat baik dari segi populasi maupun ekonomi dan kekuatan militer, Iran kalah jauh dari AS.
"Populasinya adalah seperempat ukuran Amerika, ekonominya tidak sampai 2% ekonomi AS. Senjata-senjatanya yang ketinggalan jaman bukan tandingan kekuatan militer terkuat yang pernah ada di dunia." jelasnya, merujuk pada kekuatan militer Negeri Paman Sam.
"Konflik dengan Iran saja tidak akan mengakhiri abad dominasi Amerika - AS tetap menjadi ekonomi terbesar di dunia dan sejauh ini militernya yang paling kuat."
(sef/sef)
"Jauh dari diskusi para analis Barat yang menyatakan pembunuhan ini akan mempengaruhi pemilihan ulang atau pemakzulan Presiden Trump, atau dari pertanyaan moral apakah perburuan adalah alat sah kebijakan luar negeri, kehidupan akan menjadi semakin berbahaya bagi jutaan orang di Timur Tengah."
"Tetapi pembunuhannya akan memiliki hasil yang asimetris - nyawa Amerika akan berjalan seperti biasa, sementara Timur Tengah akan semakin tidak stabil." jelasnya dalam tulisannya berjudul "To believe there'll be world war three is to swallow US propaganda" yang dimuat di Guardian, Senin.
Ia juga kembali menegaskan bahwa ketegangan yang meningkat tidak akan menjelma menjadi Perang Dunia III.
"Pembunuhan Suleimani dapat memecahkan masalah sementara, nyata atau dikhususkan untuk tujuan Public Relations Gedung Putih, tetapi pukulan balik tidak akan dirasakan oleh mereka yang membuat tren "perang dunia ketiga" di media sosial."
"Ini tidak akan menjadi perang dunia baru - pembicaraan semacam itu hanya menunjukkan seberapa efektif mesin propaganda Amerika dalam memproduksi kesan bahwa ada ancaman pemusnahan dari Teheran."
Sejalan dengan Malik, analis Stan Grant juga mengatakan kemunculan Perang Dunia III akibat ketegangan AS-Iran terlalu berlebihan. Ia menyebut peran media sosial dan pemberitaan media yang tiada henti telah membuat ketakutan yang menyebar menjadi berlebihan.
"Zaman kita dikutuk oleh hiperbola, histeria, dan ke-alay-an. Menyalahkan keadaan di media sosial dan siklus pemberitaan selama 24 hari dalam 7 hari, di mana satu komentar ekstrim memancing komentar yang lainnya." katanya dalam tulisannya yang berjudul "Could tension between the US and Iran spark World War 3?" yang diposting di ABC News, Selasa.
"Demikian pula dengan perselisihan Amerika-Iran. Ini telah menghasilkan tagar Twitter: #WorldWarThree."
Grant menyatakan, sebuah kelucuan untuk berpikir Perang Dunia III akan lahir dari perselisihan kedua negara, mengingat baik dari segi populasi maupun ekonomi dan kekuatan militer, Iran kalah jauh dari AS.
"Populasinya adalah seperempat ukuran Amerika, ekonominya tidak sampai 2% ekonomi AS. Senjata-senjatanya yang ketinggalan jaman bukan tandingan kekuatan militer terkuat yang pernah ada di dunia." jelasnya, merujuk pada kekuatan militer Negeri Paman Sam.
"Konflik dengan Iran saja tidak akan mengakhiri abad dominasi Amerika - AS tetap menjadi ekonomi terbesar di dunia dan sejauh ini militernya yang paling kuat."
(sef/sef)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular