
Internasional
Konflik AS-Iran, Trump Warning Ayatollah: Hati-hati Berbicara
Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
18 January 2020 10:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali memberikan komentar melalui cuitan twitternya. Kali ini tidak lain adalah peringatan kepada pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Ia menegaskan, agar Ayatollah Ali Khamenei untuk sangat berhati-hati dengan kata-kata yang diucapkannya.
"Apa yang disebut 'Pemimpin Tertinggi' Iran, yang belum begitu Agung belakangan ini, memiliki beberapa hal buruk untuk dikatakan tentang Amerika Serikat dan Eropa," tulis Trump yang dikutip, Sabtu (18/1/2020).
Menurutnya, pidato Ayatollah Ali Khamenei saat memimpin Salat Jumat kemarin sangat provokatif dengan mengatakan bahwa AS jahat dan bagian dari terorisme karena telah menyerang Qasem Soleimani, pemimpin Pasukan Quds bagian dari Garda Militer Iran. Tak hanya itu, ucapannya yang menggambarkan Inggris, Prancis, dan Jerman sebagai "antek Amerika," adalah sebuah kesalahan.
"Ekonomi mereka hancur, dan rakyat mereka menderita. Dia harus sangat berhati-hati dengan kata-katanya!," tegas Trump.
Sebagai informasi, pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei untuk pertama kalinya sejak 2012, kembali memimpin salat Jumat di pusat ibu kota Teheran.
Dalam kemunculan pertamanya di publik pascaserangan ke pangkalan militer AS dan insiden salah tembak rudal Iran ke Boeing 737-800 milik Ukraina, ia menyampaikan kembali betapa hebatnya serangan yang dilakukan negara tersebut pada militer Donald Trump.
"Fakta bahwa Iran memiliki kekuatan yang menampar kekuatan dunia (AS) menunjukkan bahwa ada tangan Tuhan (di sana)," katanya pada ribuan orang yang hadir dalam salat tersebut, sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (17/1/2020).
Ia pun kembali menegaskan bahwa pembunuhan Qasem Soleimani, pemimpin Pasukan Quds bagian dari Garda Militer Iran, adalah sebuah aksi terorisme. Menurutnya hal tersebut tak bisa dibiarkan.
Soleimani tewas dalam serangan AS di Bandara Baghdad 3 Januari lalu. Peristiwa ini menjadi awal kemarahan Iran pada AS, yang berujung pada serangan ke pangkalan militer pasukan koalisi di Ayn Al-Ansar dan Irbil 8 Januari lalu.
Dalam khotbah-nya tersebut, ia juga menyayangkan tragedi salah tembak yang dilakukan militer Iran. Di hari yang sama dengan serangan balasan ke AS, sebuah pesawat Boeing 737-800 milik Ukraina tak sengaja tertembak militer Iran.
Namun insiden itu, kata dia, tak boleh membuat semangat menuntut balas kematian Soleimani menjadi berkurang. Bahkan, dijadikan musuh Iran sebagai senjata untuk menyerang negara tersebut.
"Jatuhnya pesawat adalah sebuah kecelakaan yang menyedihkan, itu merasuk hingga ke hati kita," katanya dikutip AFP.
"Tetapi beberapa (oknum) mencoba membingkai ini sehingga kita melupakan pengorbanan Jenderal Soleimani."
Kecelakaan pesawat Boeing yang menewaskan 176 orang ini juga menyebabkan kekacauan di Iran. Demonstrasi terjadi berhari-hari dan meminta Khamenei untuk mundur dan meninggalkan Iran.
(sef/sef) Next Article Awas World War 3! Trump Ancam Hancurkan 52 Wilayah di Iran
Ia menegaskan, agar Ayatollah Ali Khamenei untuk sangat berhati-hati dengan kata-kata yang diucapkannya.
"Apa yang disebut 'Pemimpin Tertinggi' Iran, yang belum begitu Agung belakangan ini, memiliki beberapa hal buruk untuk dikatakan tentang Amerika Serikat dan Eropa," tulis Trump yang dikutip, Sabtu (18/1/2020).
Sebagai informasi, pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei untuk pertama kalinya sejak 2012, kembali memimpin salat Jumat di pusat ibu kota Teheran.
Dalam kemunculan pertamanya di publik pascaserangan ke pangkalan militer AS dan insiden salah tembak rudal Iran ke Boeing 737-800 milik Ukraina, ia menyampaikan kembali betapa hebatnya serangan yang dilakukan negara tersebut pada militer Donald Trump.
"Fakta bahwa Iran memiliki kekuatan yang menampar kekuatan dunia (AS) menunjukkan bahwa ada tangan Tuhan (di sana)," katanya pada ribuan orang yang hadir dalam salat tersebut, sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (17/1/2020).
Ia pun kembali menegaskan bahwa pembunuhan Qasem Soleimani, pemimpin Pasukan Quds bagian dari Garda Militer Iran, adalah sebuah aksi terorisme. Menurutnya hal tersebut tak bisa dibiarkan.
Soleimani tewas dalam serangan AS di Bandara Baghdad 3 Januari lalu. Peristiwa ini menjadi awal kemarahan Iran pada AS, yang berujung pada serangan ke pangkalan militer pasukan koalisi di Ayn Al-Ansar dan Irbil 8 Januari lalu.
Dalam khotbah-nya tersebut, ia juga menyayangkan tragedi salah tembak yang dilakukan militer Iran. Di hari yang sama dengan serangan balasan ke AS, sebuah pesawat Boeing 737-800 milik Ukraina tak sengaja tertembak militer Iran.
Namun insiden itu, kata dia, tak boleh membuat semangat menuntut balas kematian Soleimani menjadi berkurang. Bahkan, dijadikan musuh Iran sebagai senjata untuk menyerang negara tersebut.
"Jatuhnya pesawat adalah sebuah kecelakaan yang menyedihkan, itu merasuk hingga ke hati kita," katanya dikutip AFP.
"Tetapi beberapa (oknum) mencoba membingkai ini sehingga kita melupakan pengorbanan Jenderal Soleimani."
Kecelakaan pesawat Boeing yang menewaskan 176 orang ini juga menyebabkan kekacauan di Iran. Demonstrasi terjadi berhari-hari dan meminta Khamenei untuk mundur dan meninggalkan Iran.
(sef/sef) Next Article Awas World War 3! Trump Ancam Hancurkan 52 Wilayah di Iran
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular