
Kaleidoskop Internasional 2019
Tsunami Demo Hong Kong, dari Protes RUU ke Tuntutan Merdeka
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
31 December 2019 10:21

Pada 29 September terjadi konfrontasi paling intens antara aparat dan juga pendemo. Kerusuhan terus terjadi dan memuncak pada 1 Oktober, saat perayaan hari ulang tahun China.
Pada tanggal tersebut, polisi untuk pertama kalinya menembak seorang demonstran pro-demokrasi. Demonstran ditembak dari jarak dekat, saat adu fisik terjadi antara pendemo dan polisi.
Pemimpin Hong Kong Carrie Lam mengeluarkan aturan darurat pada 4 Oktober yang melarang demonstran mengenakan masker wajah. Aturan ini semakin membuat massa marah pada pemerintah.
Di 29 Oktober, pemerintah Hong Kong kemudian melarang aktivis pro demokrasi Joshua Wong mencalonkan diri dalam pemilihan lokal, Ini juga semakin membuat pendemo mengamuk di kota itu.
Pada 3 November, seorang pria mengamuk dengan pisau ditangannya, meninggalkan setidaknya lima orang terluka. Serangan pisau lainnya terjadi beberapa hari kemudian, dan seorang politisi pro-Beijing pun terluka.
Pada 7 November, dalam kasus serupa pertama di kota itu, seorang pelajar China yang ditangkap saat protes pro-demokrasi di Hong Kong dan dijatuhi hukuman selama enam minggu penjara. Pasalnya ia memiliki senjata yang disebut aparat "ofensif".
Di 8 November, seorang mahasiswa Hong Kong meninggal setelah mengalami cedera kepala, ketika ia jatuh dalam bentrokan dengan polisi lima hari sebelumnya. Mahasiswa tersebut bernama Alex Chow dan berumur 22 tahun.
Setelah akhir pekan bentrokan, kekacauan lebih lanjut terjadi lagi pada 11 November, menjadi salah satu bentrokan paling ganas sejak awal kerusuhan. Seorang petugas polisi menembak seorang demonstran bertopeng dalam sebuah insiden yang ditampilkan langsung di Facebook.
Demonstran bereaksi dengan mengamuk di sekitaran stasiun kereta api, membarikade jalan-jalan dan merusak toko. Seorang lelaki juga diserang dengan cairan yang mudah terbakar oleh demonstran karena adu mulut soal demo.
Pendemo juga melukai Sekretaris Pengadilan Hong Kong Teresa Cheng. Perempuan itu dikabarkan mendapat luka serius karena tindakan anarkis pendemo.
Akibat kekerasan yang terus meningkat, sejumlah kantor memulangkan karyawannya lebih cepat. Bank global seperti HSBC bahkan menyerukan karyawan untuk bekerja dari rumah.
Bukan hanya itu, sekolah dan universitas juga ditutup sementara. Alasannya adalah untuk meminimalisir korban jiwa.
(sef/sef)
Pada tanggal tersebut, polisi untuk pertama kalinya menembak seorang demonstran pro-demokrasi. Demonstran ditembak dari jarak dekat, saat adu fisik terjadi antara pendemo dan polisi.
Pemimpin Hong Kong Carrie Lam mengeluarkan aturan darurat pada 4 Oktober yang melarang demonstran mengenakan masker wajah. Aturan ini semakin membuat massa marah pada pemerintah.
Pada 3 November, seorang pria mengamuk dengan pisau ditangannya, meninggalkan setidaknya lima orang terluka. Serangan pisau lainnya terjadi beberapa hari kemudian, dan seorang politisi pro-Beijing pun terluka.
Pada 7 November, dalam kasus serupa pertama di kota itu, seorang pelajar China yang ditangkap saat protes pro-demokrasi di Hong Kong dan dijatuhi hukuman selama enam minggu penjara. Pasalnya ia memiliki senjata yang disebut aparat "ofensif".
Di 8 November, seorang mahasiswa Hong Kong meninggal setelah mengalami cedera kepala, ketika ia jatuh dalam bentrokan dengan polisi lima hari sebelumnya. Mahasiswa tersebut bernama Alex Chow dan berumur 22 tahun.
Setelah akhir pekan bentrokan, kekacauan lebih lanjut terjadi lagi pada 11 November, menjadi salah satu bentrokan paling ganas sejak awal kerusuhan. Seorang petugas polisi menembak seorang demonstran bertopeng dalam sebuah insiden yang ditampilkan langsung di Facebook.
Demonstran bereaksi dengan mengamuk di sekitaran stasiun kereta api, membarikade jalan-jalan dan merusak toko. Seorang lelaki juga diserang dengan cairan yang mudah terbakar oleh demonstran karena adu mulut soal demo.
Pendemo juga melukai Sekretaris Pengadilan Hong Kong Teresa Cheng. Perempuan itu dikabarkan mendapat luka serius karena tindakan anarkis pendemo.
Akibat kekerasan yang terus meningkat, sejumlah kantor memulangkan karyawannya lebih cepat. Bank global seperti HSBC bahkan menyerukan karyawan untuk bekerja dari rumah.
Bukan hanya itu, sekolah dan universitas juga ditutup sementara. Alasannya adalah untuk meminimalisir korban jiwa.
(sef/sef)
Next Page
Dampak Demo: Resesi Hong Kong
Pages
Most Popular