 
					
					
						Jokowi Mau Tuntaskan CAD 3 Tahun, Malaikat Setengah Dewa?
                    Hidayat Setiaji, 
                CNBC Indonesia
    
    21 November 2019 12:03
    
    
        
    
 
                
                    
                    
                    
                    
                                        
                    
                                        
                                                                                                
                            Mari kita sedikit menelisik transaksi berjalan. Pada kuartal III-2019, transaksi berjalan Indonesia mencatatkan defisit US$ 7,66 miliar atau 2,66% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Ada dua 'penyumbang' terbesar dalam defisit tersebut. Pertama adalah pendapatan primer yang tekor US$ 8,43 miliar dan kedua jasa-jasa yang minus US$ 2,27 miliar,
Untuk pos pendapatan primer, terjadi defisit US$ 2,81 miliar di pendapatan investasi portofolio sementara pendapatan investasi langsung minus US$ 4,63 miliar. Intinya, Indonesia membayar lebih banyak ketimbang yang diterima dari investasi yang masuk, baik itu di sektor keuangan maupun sektor riil.
  
  
  
  
Oleh karena itu, Indonesia harus mampu lebih mandiri, lebih berdikari baik di pasar modal maupun pasar becek. Dengan begitu, transaksi berjalan tidak perlu tertekan akibat pembayaran dividen ke luar negeri.
Di pasar modal, sudah ada perkembangan positif di bursa saham karena per kemarin, 68% perdagangan sudah dikuasai oleh investor domestik. Namun di pasar obligasi pemerintah yang terlihat justru sebaliknya.
Per 19 November, kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara (SBN) adalah 38,91%. Naik dibandingkan posisi awal tahun yaitu 37,32%.
Di Malaysia, kepemilikan investor asing terhadap obligasi pemerintah 'hanya' 22,1% per akhir September. Sementara di Thailand, porsi kepemilikan asing hanya 17% pada akhir 2018.
Baca: Pasar SUN Koreksi, Kepemilikan Asing Malah Rekor Tertinggi
Sementara di sektor riil, Penanaman Modal Asing (PMA) masih mendominasi. Pada kuartal III-2019, PMA tercatat Rp 105 triliun dari total investasi Rp 205,7 triliun atau 51,04%.
(aji/dru)
        
    
         
                        
                    
                
            Ada dua 'penyumbang' terbesar dalam defisit tersebut. Pertama adalah pendapatan primer yang tekor US$ 8,43 miliar dan kedua jasa-jasa yang minus US$ 2,27 miliar,
Untuk pos pendapatan primer, terjadi defisit US$ 2,81 miliar di pendapatan investasi portofolio sementara pendapatan investasi langsung minus US$ 4,63 miliar. Intinya, Indonesia membayar lebih banyak ketimbang yang diterima dari investasi yang masuk, baik itu di sektor keuangan maupun sektor riil.
Di pasar modal, sudah ada perkembangan positif di bursa saham karena per kemarin, 68% perdagangan sudah dikuasai oleh investor domestik. Namun di pasar obligasi pemerintah yang terlihat justru sebaliknya.
Per 19 November, kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara (SBN) adalah 38,91%. Naik dibandingkan posisi awal tahun yaitu 37,32%.
Di Malaysia, kepemilikan investor asing terhadap obligasi pemerintah 'hanya' 22,1% per akhir September. Sementara di Thailand, porsi kepemilikan asing hanya 17% pada akhir 2018.
Baca: Pasar SUN Koreksi, Kepemilikan Asing Malah Rekor Tertinggi
Sementara di sektor riil, Penanaman Modal Asing (PMA) masih mendominasi. Pada kuartal III-2019, PMA tercatat Rp 105 triliun dari total investasi Rp 205,7 triliun atau 51,04%.
(aji/dru)
Next Page
        
            Asing Masih Sangat Dominan        
    Pages
        
    
        Tags  
    
    
		Related Articles	
    
        Recommendation
         
    
     
    
    Most Popular
 
					 
					