
Pasar SUN Koreksi, Kepemilikan Asing Malah Rekor Tertinggi

Data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan menunjukkan jumlah kepemilikan investor asing mencapai Rp 1.022 triliun dari total beredar Rp 2.651 triliun per 13 September.
Angka yang juga sudah mencapai rekor tertinggi baru itu naik 14,44% dari posisi akhir 2018, seiring dengan bertambahnya jumlah SUN beredar pemerintah 11,95% dari Rp 2.368 triliun. Sebelumnya, rekor kepemilikan investor asing berada pada Rp 1.019,36 triliun per 2 Agustus.
Sayangnya, kepemilikan investor asing tersebut tidak dibarengi dengan positifnya pasar. Hari ini, harga obligasi rupiah pemerintah justru terkoreksi setelah dihajar berbagai sentimen negatif di pasar keuangan, dari mulai minyak mentah, data produksi industri China, melambatnya neraca perdagangan, serta cukai rokok di dalam negeri.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain. Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 6,5 basis poin (bps) menjadi 6,67%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 16 Sep'19
Seri | Jatuh tempo | Yield 13 Sep'19 (%) | Yield 16 Sep'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 16 Sep'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.605 | 6.67 | 6.50 | 6.6541 |
FR0078 | 10 tahun | 7.203 | 7.238 | 3.50 | 7.2593 |
FR0068 | 15 tahun | 7.651 | 7.676 | 2.50 | 7.6616 |
FR0079 | 20 tahun | 7.732 | 7.755 | 2.30 | 7.7585 |
Avg movement | 3.70 |
Sumber: Refinitiv
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah. Indeks tersebut turun 0,54 poin (0,2%) menjadi 261,4 dari posisi akhir pekan lalu 2.
Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 540 bps, melebar dari posisi akhir pekan lalu 530 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun 6,6 bps hingga 1,83% dari posisi akhir pekan lalu 1,89%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada beberapa pasang seri, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada yield tenor 2 tahun-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 16 Sep'19
Seri | Benchmark | Yield 13 Sep'19 (%) | Yield 16 Sep'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 1.961 | 1.966 | 3 bulan-5 tahun | 27.4 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.802 | 1.749 | 2 tahun-5 tahun | 5.7 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.761 | 1.707 | 3 tahun-5 tahun | 1.5 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.751 | 1.692 | 3 bulan-10 tahun | 13.3 |
UST 2028 | 10 Tahun | 1.899 | 1.833 | 2 tahun-10 tahun | -8.4 |
Sumber: Refinitiv
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya turun 115 poin (1,82%) menjadi 6.219 dan 0,54% menjadi Rp 14.035 per dolar AS untuk rupiah.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, penguatan terjadi secara luas sehingga membuat yield mayoritas obligasi negaranya turun.
Hal tersebut mencerminkan investor global sedang memburu obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen negatif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 13 Sep'19 (%) | Yield 16 Sep'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.375 | 7.415 | 4.00 |
China | 3.094 | 3.108 | 1.40 |
Jerman | -0.453 | -0.477 | -2.40 |
Prancis | -0.18 | -0.199 | -1.90 |
Inggris | 0.76 | 0.716 | -4.40 |
India | 6.63 | 6.691 | 6.10 |
Jepang | -0.155 | -0.157 | -0.20 |
Malaysia | 3.34 | 3.355 | 1.50 |
Filipina | 4.731 | 4.823 | 9.20 |
Rusia | 7.01 | 7 | -1.00 |
Singapura | 1.757 | 1.798 | 4.10 |
Thailand | 1.615 | 1.585 | -3.00 |
Amerika Serikat | 1.899 | 1.833 | -6.60 |
Afrika Selatan | 8.1 | 8.225 | 12.50 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/ags) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor