
Internasional
Hong Kong Berdarah, Polisi Tembak Pengunjuk Rasa
Wangi Sinintya Mangkuto & Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
02 October 2019 06:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Demonstrasi masa pro demokrasi Hong Kong makin menjadi Selasa (1/10/2019). Bahkan, karena nekad berunjuk rasa di hari nasional China, eskalasi kekerasan meningkat antara pengunjuk rasa dan aparat kepolisian.
Dalam laporannya Reuters menuliskan sejumlah pengunjuk rasa, yang kebanyakan remaja, terkena tembakan polisi. Sebanyak 31 orang terluka dan dua orang kritis.
"Polisi Hong Kong, mereka semuanya hilang akal," kata seorang pengunjuk rasa Jerry, 26 tahun. "Mereka hanya mengikuti arahan. Mereka bilang melindungi yang tinggal tapi mereka melihat orang sebagai objek,".
Sementara itu dalam pernyataan pers ke media, polisi mengatakan apa yang dilakukan aparat adalah upaya pertahanan diri. "Sekelompok besar pembuat onar menyerang polisi di (wilayah) Tsuen Wan," kata polisi.
"Polisi sudah memberi peringatan, tapi mereka tetap menyerang. Seorang polisi bahkan berada dalam bahaya. Untuk menolong mereka dan yang lain, polisi membalas si penyerang,".
Dalam sebuah potongan video yang diunggah di media sosial, terlihat seorang pri berusia 18 tahun yang tidak disebutkan namanya mengayunkan tongkat ke polisi.
Ketika rekaman diperlambat, sebuah cahaya putih muncul di ujung laras pistol yang menuju ke dada pemrotes, dari jarak satu meter. Pemrotes tersandung polisi lain dan jatuh terlentang.
Dalam video itu, pemrotes yang terbaring selama beberapa saat kemudian melepas topengnya seraya memanggil bantuan dengan lemah, mengatakan dadanya sakit dan meminta ke rumah sakit. seorang polisi kemudian berlutut di sampingnya dan mulai merawat luka pengunjuk rasa.
Sebelumnya, permintaan pengunjuk rasa untuk berkumpul ditolak oleh pihak berwenang karena 1 Oktober merupakan peringatan ke-70 Republik Rakyat China (RRC). Namun sayangnya, masa tetap melakukan aksi demonstrasi.
Beberapa demonstran terlihat memegang tanda yang mengatakan "Bukan Hari Nasionalku, Bangga menjadi orang Inggris sejak 1841" di luar konsulat Inggris di Admiralty, sebagaimana dilansir dari CNBC Internasional.
Untuk membubarkan demonstrasi polisi sebelumnya telah memukul mundur dengan menembakkan gas air mata hingga peluru karet. Kemarin, kebakaran dan toko-toko yang rusak terlihat di banyak titik di kota Hong Kong.
Demonstrasi di pusat keuangan global itu sudah terjadi selama 18 minggu berturut-turut. Protes awalnya dimulai sebagai protes damai, namun kerap berakhir dengan kekerasan di tiap akhir pekan.
Gejolak itu dipicu oleh UU Ekstradisi yang sekarang dibatalkan, yang akan memungkinkan kriminal Hong Kong di ekstradisi ke daratan China. Demo kini berubah menjadi upaya demokratisasi Hong Kong.
BERLANJUT KE HAL 2 >>>>
Dalam laporannya Reuters menuliskan sejumlah pengunjuk rasa, yang kebanyakan remaja, terkena tembakan polisi. Sebanyak 31 orang terluka dan dua orang kritis.
"Polisi Hong Kong, mereka semuanya hilang akal," kata seorang pengunjuk rasa Jerry, 26 tahun. "Mereka hanya mengikuti arahan. Mereka bilang melindungi yang tinggal tapi mereka melihat orang sebagai objek,".
Sementara itu dalam pernyataan pers ke media, polisi mengatakan apa yang dilakukan aparat adalah upaya pertahanan diri. "Sekelompok besar pembuat onar menyerang polisi di (wilayah) Tsuen Wan," kata polisi.
"Polisi sudah memberi peringatan, tapi mereka tetap menyerang. Seorang polisi bahkan berada dalam bahaya. Untuk menolong mereka dan yang lain, polisi membalas si penyerang,".
Dalam sebuah potongan video yang diunggah di media sosial, terlihat seorang pri berusia 18 tahun yang tidak disebutkan namanya mengayunkan tongkat ke polisi.
Ketika rekaman diperlambat, sebuah cahaya putih muncul di ujung laras pistol yang menuju ke dada pemrotes, dari jarak satu meter. Pemrotes tersandung polisi lain dan jatuh terlentang.
Dalam video itu, pemrotes yang terbaring selama beberapa saat kemudian melepas topengnya seraya memanggil bantuan dengan lemah, mengatakan dadanya sakit dan meminta ke rumah sakit. seorang polisi kemudian berlutut di sampingnya dan mulai merawat luka pengunjuk rasa.
Sebelumnya, permintaan pengunjuk rasa untuk berkumpul ditolak oleh pihak berwenang karena 1 Oktober merupakan peringatan ke-70 Republik Rakyat China (RRC). Namun sayangnya, masa tetap melakukan aksi demonstrasi.
Beberapa demonstran terlihat memegang tanda yang mengatakan "Bukan Hari Nasionalku, Bangga menjadi orang Inggris sejak 1841" di luar konsulat Inggris di Admiralty, sebagaimana dilansir dari CNBC Internasional.
Untuk membubarkan demonstrasi polisi sebelumnya telah memukul mundur dengan menembakkan gas air mata hingga peluru karet. Kemarin, kebakaran dan toko-toko yang rusak terlihat di banyak titik di kota Hong Kong.
Demonstrasi di pusat keuangan global itu sudah terjadi selama 18 minggu berturut-turut. Protes awalnya dimulai sebagai protes damai, namun kerap berakhir dengan kekerasan di tiap akhir pekan.
Gejolak itu dipicu oleh UU Ekstradisi yang sekarang dibatalkan, yang akan memungkinkan kriminal Hong Kong di ekstradisi ke daratan China. Demo kini berubah menjadi upaya demokratisasi Hong Kong.
BERLANJUT KE HAL 2 >>>>
Next Page
Dikecam Inggris dan AS
Pages
Most Popular