
Ini Tahapan Proyek Tol Bekasi-Banten di Atas Laut
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
12 July 2019 18:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berencana membangun tol yang menghubungkan Bekasi-Banten di atas perairan utara Jakarta. Tol ini nantinya juga berfungsi sebagai tanggul laut.
Proyek ini merupakan bagian dari program yang bernama Pembangunan Terpadu Pesisir Ibu Kota Negara (PTPIN) atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD). Program ini, dari tahun 2014 ke tahun 2018 direalisasikan dengan pembangunan tanggul pantai dan tanggul sungai sebagai fase awal.
Pada tahap awal, telah dibangun tanggul sepanjang 20,1 km untuk melindungi area-area yang kritis, seperti di Muara Baru, Penjaringan yang tanahnya rendah dari permukaan laut. Proyek itu menjadi bagian dari NCICD yang totalnya meliputi 7 fase.
"Itu fase 3, kemudian kita merencanakan sampai fase 7. Maka perlu diperpanjang MoU. Sudah ditandatangani 3 pihak, itu akan kita laksanakan sampai fase 7," ungkap Dirjen Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR, Hari Suprayogi, di Jakarta (12/7/2019).
MoU yang dimaksud adalah kesepakatan untuk melanjutkan NCICD bersama Kementerian Infrastruktur dan Manajemen Air Belanda (MIW) dan Korea International Cooperation Agency (KOICA).
"Di situ yang sedang kita laksanakan, MoU yang sebelumnya kan sudah berakhir, dalam MoU itu sudah kita laksanakan perkembangannya kita bagi dalam fase," katanya.
Ia menjelaskan, untuk saat ini, fase 4 sampai fase 7 meliputi review masterplan, desain, termasuk rencana pendanaan. Saat ini, Kementerian PUPR juga telah menyampaikan kerangka kajian ini kepada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
"Sudah dilaporkan Pak Menteri ke Menko, seperti yang saya sampaikan barusan kerangkanya seperti itu. Kalau Beliau setuju ya kita lanjutkan. Berapa-berapanya ya nanti," katanya.
Staf Khusus Menteri PUPR Bidang SDA, Firdaus Ali, pernah mengatakan bahwa khusus untuk perencanaan saja, butuh waktu beberapa tahun.
"Perencanaan selesai dalam 3-4 tahun ini karena kita berharap tahun 2025 sudah mulai pekerjaan fisiknya," kata Firdaus Ali kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Selasa (2/7/2019).
Artinya, hingga tahap perencanaan disusun dengan matang, belum akan dilakukan pekerjaan fisik. Yang jelas, saat ini para pihak sudah deal untuk melanjutkan NCICD Tahap II.
"Kan kita lagi mematangkan semuanya. Itu kan pekerjaan yang tidak akan selesai dalam waktu jangka pendek. Itu kan paling cepat 20-30 tahun baru selesai," imbuhnya.
(hoi/hoi) Next Article Desain Tanggul Laut Jilid II: Tol Hingga Kereta di Reklamasi
Proyek ini merupakan bagian dari program yang bernama Pembangunan Terpadu Pesisir Ibu Kota Negara (PTPIN) atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD). Program ini, dari tahun 2014 ke tahun 2018 direalisasikan dengan pembangunan tanggul pantai dan tanggul sungai sebagai fase awal.
Pada tahap awal, telah dibangun tanggul sepanjang 20,1 km untuk melindungi area-area yang kritis, seperti di Muara Baru, Penjaringan yang tanahnya rendah dari permukaan laut. Proyek itu menjadi bagian dari NCICD yang totalnya meliputi 7 fase.
"Itu fase 3, kemudian kita merencanakan sampai fase 7. Maka perlu diperpanjang MoU. Sudah ditandatangani 3 pihak, itu akan kita laksanakan sampai fase 7," ungkap Dirjen Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR, Hari Suprayogi, di Jakarta (12/7/2019).
MoU yang dimaksud adalah kesepakatan untuk melanjutkan NCICD bersama Kementerian Infrastruktur dan Manajemen Air Belanda (MIW) dan Korea International Cooperation Agency (KOICA).
"Di situ yang sedang kita laksanakan, MoU yang sebelumnya kan sudah berakhir, dalam MoU itu sudah kita laksanakan perkembangannya kita bagi dalam fase," katanya.
Ia menjelaskan, untuk saat ini, fase 4 sampai fase 7 meliputi review masterplan, desain, termasuk rencana pendanaan. Saat ini, Kementerian PUPR juga telah menyampaikan kerangka kajian ini kepada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
"Sudah dilaporkan Pak Menteri ke Menko, seperti yang saya sampaikan barusan kerangkanya seperti itu. Kalau Beliau setuju ya kita lanjutkan. Berapa-berapanya ya nanti," katanya.
Staf Khusus Menteri PUPR Bidang SDA, Firdaus Ali, pernah mengatakan bahwa khusus untuk perencanaan saja, butuh waktu beberapa tahun.
"Perencanaan selesai dalam 3-4 tahun ini karena kita berharap tahun 2025 sudah mulai pekerjaan fisiknya," kata Firdaus Ali kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Selasa (2/7/2019).
Artinya, hingga tahap perencanaan disusun dengan matang, belum akan dilakukan pekerjaan fisik. Yang jelas, saat ini para pihak sudah deal untuk melanjutkan NCICD Tahap II.
"Kan kita lagi mematangkan semuanya. Itu kan pekerjaan yang tidak akan selesai dalam waktu jangka pendek. Itu kan paling cepat 20-30 tahun baru selesai," imbuhnya.
(hoi/hoi) Next Article Desain Tanggul Laut Jilid II: Tol Hingga Kereta di Reklamasi
Most Popular