
Kisah Kabinet Zaken & Menteri Anak Muda di Kabinet Jokowi
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
04 July 2019 10:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) melontarkan keinginannya untuk merekrut anak muda potensial untuk menduduki kursi menteri dalam 5 tahun ke depan periode kepemimpinannya bersama Wakil Presiden terpilih Ma'ruf Amin.
Menurut Presiden, zaman yang berubah begitu cepat, membutuhkan peran anak muda yang dinamis dan energik untuk bisa beradaptasi dan kemudian membawa Indonesia unggul di tengah arus perubahan teknologi yang sangat pesat.
Beberapa contoh anak muda yang sukses, sebut saja Nadiem Makarim (founder Go-Jek) dan Achmad Zaky (founder Bukalapak). Keduanya berhasil meraih kesuksesan dengan memanfaatkan derasnya arus perkembangan teknologi.
"Bisa saja ada menteri umur 20 - 25 tahun. Tapi dia harus mengerti manajerial, manajemen, mampu mengeksekusi program yang ada. Karena saat ini dan ke depan perlu orang-orang dinamis." kata Jokowi.
Peluang Jokowi mengubah struktur kabinet di periode kedua memang terbuka cukup lebar, mengingat kepala negara sudah mulai mempertimbangkan untuk mengganti beberapa menteri, menurut sumber CNBC Indonesia.
Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Amin, Erick Thohir beberapa waktu lalu sempat angkat bicara mengenai potensi adanya menteri muda dalam kabinet Jokowi selanjutnya.
"Oh, mungkin dong [kabinet diisi oleh menteri muda]. Pasti," kata Erick pada pertengahan Mei lalu.
Kabinet Jokowi jilid II diharapkan diisi oleh menteri pembantu presiden yang berasal dari teknokrat maupun kaum profesional dalam bidangnya masing-masing, yang betul-betul merumuskan persoalan bangsa tanpa campur tangan kepentingan.
Istilah di atas disebut Kabinet Zaken. Pernyataan tersebut sempat dikemukakan oleh Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Buya Ahmad Syafii.
Kabinet Zaken adalah kabinet yang jajaran menterinya bukan dari representasi partai politik, tapi berasal dari kalangan ahli.
Zaken kabinet sejatinya pernah muncul di medio 1957 hingga 1959, setelah negara mengalami ketidakstabilan, menurut makalah berjudul Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Masa Kabinet Djuanda 1957 - 1959 yang ditulis Febta Pratama Aman.
Beberapa kabinet model ini di antaranya Kabinet Djuanda (9 April 1957-5 Juli 1959), Kabinet Natsir (6 September 1950-21 Maret 1951), dan Kabinet Wilopo (3 April 1952-3 Juni 1953).
Lantas, bagaimana sepak terjang anak muda yang sudah terlebih dahulu menjadi penyelenggara negara? Apa plus minusnya? Bagaimana pula tanggapan para pengusaha?
Anak Muda Jadi Menteri, Kenapa Tidak
Berkaca dari pengalaman di beberapa negara, sejumlah menteri usia muda mampu melakukan tugasnya dengan baik tanpa terkendala faktor usia.
Misalnya di Malaysia, ada nama Syed Saddiq Syed Abdul Rahman yang menjadi Menteri Belia dan Sukan (Menteri Pemuda dan Olahraga). Usia Syed Saddiq sesuai dengan jabatannya, baru 26 tahun. Syed Saddiq menjadi menteri termuda dalam sejarah Negeri Jiran.
Meski muda, tetapi kinerja Syed Saddiq tidak bisa dipandang sebelah mata. Bahkan Karim Raslan dalam kolomnya di South China Morning Post menyebut Syed Saddiq yang cemerlang adalah calon pemimpin Malaysia masa depan.
Raslan menulis dalam berbagai kesempatan, Syed Saddiq terlihat selalu mendampingi Perdana Menteri Mahathir Mohammad. Bahkan Syed Saddiq tidak canggung memanggilnya Cikgu Mahathir (Pak Guru Mahathir).
Sepertinya Mahathir sedang mencari sosok penggantinya yang layak memimpin Negeri Harimau Malaya. Meski mungkin masih terlalu dini, tetapi bisa jadi Mahathir sedang 'memoles' Syed Saddiq.
Beralih ke Eropa, anak-anak muda juga sudah banyak yang mendapat kepercayaan duduk di posisi krusial. Bahkan ada yang menjadi kepala negara.
Adalah Sebastian Kurz yang menjabat sebagai Kanselir Austria. Saat ini Kurz berusia 32 tahun, tetapi kala dilantik pada 2017 umurnya baru 30 tahun.
Kurz pun menjadi Kanselir Austria termuda sepanjang sejarah. Tidak cuma itu, Kurz juga berstatus sebagai kepala negara termuda saat ini.
Sementara di Italia, ada nama Luigi Di Maio yang menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri. Di Maio saat ini berusia 32 tahun, tetapi kala dilantik menjadi pendamping Perdana Menteri Giuseppe Conte, laki-laki kelahiran Avellino ini baru berusia 31 tahun.
Jadi, sudah ada contoh kasus di mana anak muda ternyata mampu mengemban amanat sebagai pejabat negara. Bahkan sudah ada setara dengan Jokowi, kepala negara.
Namun posisi menteri, ibarat anak, tidak boleh coba-coba. Kalau Jokowi yakin ada anak muda yang potensial dan dinilai siap memimpin kementerian, maka silakan saja. Siapa tahu hasilnya memuaskan.
Plus Minus Anak Muda Jadi Menteri
Memiliki menteri muda bukan berarti menjadi jawaban atas masalah yang ada. Terdapat plus minus apabila Jokowi benar-benar menunjuk menteri muda di kursi kabinet selanjutnya.
"Ada kekuatan dan kelemahannya," ungkap Kepala Ekonom BCA David Sumual saat berbincang dengan CNBC Indonesia, Rabu (3/7/2019).
Dari sisi manajerial, kata David, mungkin saja anak-anak muda yang telah membuktikan kualitasnya karena mampu mengatasi masalah perusahaan. Namun, sistem manajerial pemerintahan dan korporasi berbanding 180 derajat.
"Birokrasi pemerintah itu berbeda, karena ada unsur budaya, sosial dan politik. Dalam menghadapi suatu perubahan, setiap pandangan itu bisa berbeda. Itu hanya dari satu kementerian saja. Butuh pengalaman," kata David.
Kekhawatiran David tak lepas dari Data Kepegawaian Negara (BKN) per akhir 2018, yang menyebutkan bahwa jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Indonesia untuk kelompok umur 41 - 60 tahun masih mendominasi sebesar 2.896.821 orang atau 69,21% dari total PNS 4.185.503 orang.
"Ibaratnya ini sama dengan kurikulum tahun 1970, tapi dipakai sekarang. Tidak ada perubahan. Apakah siap aparaturnya kalau ada perubahan yang masif? Jadi memang harus siap dari aparaturnya untuk perubahan," jelas David.
Lantas, bagaimana keuntungan memiliki menteri muda?
Menurut David, anak-anak muda yang jauh lebih mudah beradaptasi dengan kondisi sekitar bukan tidak mungkin mampu mencetuskan suatu kebijakan yang bisa menguntungkan Indonesia.
"Kalau anak muda itu mereka dinamis. Misalnya, mengenai investasi. Supaya lebih cepat, mereka bisa menggunakan teknologi terkini dan ini marak ada di mana-mana. Singapura itu izin bisa hitungan jam, kita masih hitungan hari," jelasnya.
David tak memungkiri, wajah menteri muda di lingkungan pemerintahan bisa mengubah sedikit paradigma pemerintah yang terbilang rigid. Namun, dia mengingatkan bahwa setiap perubahan memiliki konsekuensi yang harus dipertanggungjawabkan.
"Setiap ada perubahan itu, kita khawatir terjadi guncangan. Banyak sekali perubahan itu berimplikasi terhadap dampak politik. Perubahan harus dilakukan secara terukur, karena stabilitas itu penting," tegasnya
Apa Kata Pengusaha?
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani mengaku mendukung penuh rencana Jokowi merekrut anak muda menjadi menteri. Namun, sosok yang dipilih tetap harus melalui berbagai pertimbangan.
"Termasuk orang seperti Nadiem yang sangat kompeten. Kalau dia mau kontribusi untuk negara, kenapa tidak?," kata Shinta saat berbincang dengan tim CNBC Indonesia dalam program Squawk Box, Rabu (3/7/2019).
"Selama dalam portofolio yang telat, bukan hanya usia namum juga rekam jejak. Kalau bisa usia muda, kenapa tidak," jelasnya.
Shinta pun mencontohkan, seperti nama Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda (HIPMI) Bahlil Lahaladia yang heboh digosipkan menjadi salah satu kandidat terkuat untuk menjadi 'pembantu' Jokowi di periode kedua.
Isu tersebut bahkan muncul sendiri dari Jokowi, yang mengisyaratkan Bahlil Lahaladia akan masuk jajaran kabinet periode kedua pemerintahan. Menurut Shinta, tak ada yang salah dengan rencana tersebut.
"Presiden sempat sampaikan dia [Bahlil Lahaladia] calon kuat yang sangat kompeten, anak muda dari Papua, juga Ketua Umum HIPMI. Saya rasa dia salah satu calon kuat menteri muda," jelasnya.
Meski begitu, Ketua Komite Tetap Ketenagakerjaan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bob Azzam justru memandang bahwa calon menteri selanjutnya harus berasal dari kalangan profesional.
Apabila memang kepala negara berencana merekrut menteri yang berasal dari dunia usaha, maka diharapkan pilihan Jokowi mengarah pada kumpulan asosiasi yang selama ini menjadi partner pemerintah.
"Saya usulkan dari kalangan profesional. Kalangan bisnis, di ambil dari Kadin kemudian Apindo. Supaya sense of business-nya ada," kata Bob.
Simak bagaimana kans anak muda untuk masuk kabinet.
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article Jajaran Menteri Termuda di Belahan Dunia, Umurnya 22 Tahun
Menurut Presiden, zaman yang berubah begitu cepat, membutuhkan peran anak muda yang dinamis dan energik untuk bisa beradaptasi dan kemudian membawa Indonesia unggul di tengah arus perubahan teknologi yang sangat pesat.
Beberapa contoh anak muda yang sukses, sebut saja Nadiem Makarim (founder Go-Jek) dan Achmad Zaky (founder Bukalapak). Keduanya berhasil meraih kesuksesan dengan memanfaatkan derasnya arus perkembangan teknologi.
"Bisa saja ada menteri umur 20 - 25 tahun. Tapi dia harus mengerti manajerial, manajemen, mampu mengeksekusi program yang ada. Karena saat ini dan ke depan perlu orang-orang dinamis." kata Jokowi.
![]() |
Peluang Jokowi mengubah struktur kabinet di periode kedua memang terbuka cukup lebar, mengingat kepala negara sudah mulai mempertimbangkan untuk mengganti beberapa menteri, menurut sumber CNBC Indonesia.
Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Amin, Erick Thohir beberapa waktu lalu sempat angkat bicara mengenai potensi adanya menteri muda dalam kabinet Jokowi selanjutnya.
"Oh, mungkin dong [kabinet diisi oleh menteri muda]. Pasti," kata Erick pada pertengahan Mei lalu.
Kabinet Jokowi jilid II diharapkan diisi oleh menteri pembantu presiden yang berasal dari teknokrat maupun kaum profesional dalam bidangnya masing-masing, yang betul-betul merumuskan persoalan bangsa tanpa campur tangan kepentingan.
![]() |
Istilah di atas disebut Kabinet Zaken. Pernyataan tersebut sempat dikemukakan oleh Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Buya Ahmad Syafii.
Kabinet Zaken adalah kabinet yang jajaran menterinya bukan dari representasi partai politik, tapi berasal dari kalangan ahli.
Zaken kabinet sejatinya pernah muncul di medio 1957 hingga 1959, setelah negara mengalami ketidakstabilan, menurut makalah berjudul Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Masa Kabinet Djuanda 1957 - 1959 yang ditulis Febta Pratama Aman.
Lantas, bagaimana sepak terjang anak muda yang sudah terlebih dahulu menjadi penyelenggara negara? Apa plus minusnya? Bagaimana pula tanggapan para pengusaha?
Anak Muda Jadi Menteri, Kenapa Tidak
Berkaca dari pengalaman di beberapa negara, sejumlah menteri usia muda mampu melakukan tugasnya dengan baik tanpa terkendala faktor usia.
Misalnya di Malaysia, ada nama Syed Saddiq Syed Abdul Rahman yang menjadi Menteri Belia dan Sukan (Menteri Pemuda dan Olahraga). Usia Syed Saddiq sesuai dengan jabatannya, baru 26 tahun. Syed Saddiq menjadi menteri termuda dalam sejarah Negeri Jiran.
![]() |
Meski muda, tetapi kinerja Syed Saddiq tidak bisa dipandang sebelah mata. Bahkan Karim Raslan dalam kolomnya di South China Morning Post menyebut Syed Saddiq yang cemerlang adalah calon pemimpin Malaysia masa depan.
Raslan menulis dalam berbagai kesempatan, Syed Saddiq terlihat selalu mendampingi Perdana Menteri Mahathir Mohammad. Bahkan Syed Saddiq tidak canggung memanggilnya Cikgu Mahathir (Pak Guru Mahathir).
Sepertinya Mahathir sedang mencari sosok penggantinya yang layak memimpin Negeri Harimau Malaya. Meski mungkin masih terlalu dini, tetapi bisa jadi Mahathir sedang 'memoles' Syed Saddiq.
Beralih ke Eropa, anak-anak muda juga sudah banyak yang mendapat kepercayaan duduk di posisi krusial. Bahkan ada yang menjadi kepala negara.
![]() |
Adalah Sebastian Kurz yang menjabat sebagai Kanselir Austria. Saat ini Kurz berusia 32 tahun, tetapi kala dilantik pada 2017 umurnya baru 30 tahun.
Kurz pun menjadi Kanselir Austria termuda sepanjang sejarah. Tidak cuma itu, Kurz juga berstatus sebagai kepala negara termuda saat ini.
Sementara di Italia, ada nama Luigi Di Maio yang menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri. Di Maio saat ini berusia 32 tahun, tetapi kala dilantik menjadi pendamping Perdana Menteri Giuseppe Conte, laki-laki kelahiran Avellino ini baru berusia 31 tahun.
Jadi, sudah ada contoh kasus di mana anak muda ternyata mampu mengemban amanat sebagai pejabat negara. Bahkan sudah ada setara dengan Jokowi, kepala negara.
Namun posisi menteri, ibarat anak, tidak boleh coba-coba. Kalau Jokowi yakin ada anak muda yang potensial dan dinilai siap memimpin kementerian, maka silakan saja. Siapa tahu hasilnya memuaskan.
Plus Minus Anak Muda Jadi Menteri
Memiliki menteri muda bukan berarti menjadi jawaban atas masalah yang ada. Terdapat plus minus apabila Jokowi benar-benar menunjuk menteri muda di kursi kabinet selanjutnya.
"Ada kekuatan dan kelemahannya," ungkap Kepala Ekonom BCA David Sumual saat berbincang dengan CNBC Indonesia, Rabu (3/7/2019).
Dari sisi manajerial, kata David, mungkin saja anak-anak muda yang telah membuktikan kualitasnya karena mampu mengatasi masalah perusahaan. Namun, sistem manajerial pemerintahan dan korporasi berbanding 180 derajat.
"Birokrasi pemerintah itu berbeda, karena ada unsur budaya, sosial dan politik. Dalam menghadapi suatu perubahan, setiap pandangan itu bisa berbeda. Itu hanya dari satu kementerian saja. Butuh pengalaman," kata David.
Kekhawatiran David tak lepas dari Data Kepegawaian Negara (BKN) per akhir 2018, yang menyebutkan bahwa jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Indonesia untuk kelompok umur 41 - 60 tahun masih mendominasi sebesar 2.896.821 orang atau 69,21% dari total PNS 4.185.503 orang.
"Ibaratnya ini sama dengan kurikulum tahun 1970, tapi dipakai sekarang. Tidak ada perubahan. Apakah siap aparaturnya kalau ada perubahan yang masif? Jadi memang harus siap dari aparaturnya untuk perubahan," jelas David.
Lantas, bagaimana keuntungan memiliki menteri muda?
Menurut David, anak-anak muda yang jauh lebih mudah beradaptasi dengan kondisi sekitar bukan tidak mungkin mampu mencetuskan suatu kebijakan yang bisa menguntungkan Indonesia.
"Kalau anak muda itu mereka dinamis. Misalnya, mengenai investasi. Supaya lebih cepat, mereka bisa menggunakan teknologi terkini dan ini marak ada di mana-mana. Singapura itu izin bisa hitungan jam, kita masih hitungan hari," jelasnya.
David tak memungkiri, wajah menteri muda di lingkungan pemerintahan bisa mengubah sedikit paradigma pemerintah yang terbilang rigid. Namun, dia mengingatkan bahwa setiap perubahan memiliki konsekuensi yang harus dipertanggungjawabkan.
"Setiap ada perubahan itu, kita khawatir terjadi guncangan. Banyak sekali perubahan itu berimplikasi terhadap dampak politik. Perubahan harus dilakukan secara terukur, karena stabilitas itu penting," tegasnya
Apa Kata Pengusaha?
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani mengaku mendukung penuh rencana Jokowi merekrut anak muda menjadi menteri. Namun, sosok yang dipilih tetap harus melalui berbagai pertimbangan.
"Termasuk orang seperti Nadiem yang sangat kompeten. Kalau dia mau kontribusi untuk negara, kenapa tidak?," kata Shinta saat berbincang dengan tim CNBC Indonesia dalam program Squawk Box, Rabu (3/7/2019).
![]() |
"Selama dalam portofolio yang telat, bukan hanya usia namum juga rekam jejak. Kalau bisa usia muda, kenapa tidak," jelasnya.
Shinta pun mencontohkan, seperti nama Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda (HIPMI) Bahlil Lahaladia yang heboh digosipkan menjadi salah satu kandidat terkuat untuk menjadi 'pembantu' Jokowi di periode kedua.
Isu tersebut bahkan muncul sendiri dari Jokowi, yang mengisyaratkan Bahlil Lahaladia akan masuk jajaran kabinet periode kedua pemerintahan. Menurut Shinta, tak ada yang salah dengan rencana tersebut.
"Presiden sempat sampaikan dia [Bahlil Lahaladia] calon kuat yang sangat kompeten, anak muda dari Papua, juga Ketua Umum HIPMI. Saya rasa dia salah satu calon kuat menteri muda," jelasnya.
![]() |
Meski begitu, Ketua Komite Tetap Ketenagakerjaan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bob Azzam justru memandang bahwa calon menteri selanjutnya harus berasal dari kalangan profesional.
Apabila memang kepala negara berencana merekrut menteri yang berasal dari dunia usaha, maka diharapkan pilihan Jokowi mengarah pada kumpulan asosiasi yang selama ini menjadi partner pemerintah.
"Saya usulkan dari kalangan profesional. Kalangan bisnis, di ambil dari Kadin kemudian Apindo. Supaya sense of business-nya ada," kata Bob.
Simak bagaimana kans anak muda untuk masuk kabinet.
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article Jajaran Menteri Termuda di Belahan Dunia, Umurnya 22 Tahun
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular