Perusahaan AS Sebut Pindahkan Pabrik ke Vietnam tak Feasible
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
18 June 2019 14:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah besar perusahaan Amerika Serikat (AS) mengatakan mereka memiliki beberapa alternatif selain China untuk memproduksi pakaian, elektronik, dan barang-barang konsumen lainnya saat pemerintahan Presiden Donald Trump menyiapkan bea impor baru untuk seluruh produk China.
Komentar itu disampaikan pada hari pertama, Senin (17/6/2019), dari total tujuh hari dengar pendapat atas rencana Trump untuk mengenakan bea impor tambahan sebesar 25% terhadap produk-produk China senilai US$300 miliar.
Mengambil produk dari negara lain akan menaikkan biaya, dalam banyak kasus lebih dari tarif impor 25%, kata beberapa saksi dalam sebuah panel yang dihadiri para pejabat dari kantor Perwakilan Dagang AS, Departemen Perdagangan, Departemen Luar Negeri, dan lembaga federal lainnya.
Trump dan anggota kabinetnya mengatakan bahwa bea masuk, jika diberlakukan, akan mempercepat perpindahan manufaktur keluar dari China.
Tetapi, banyak saksi dalam keterangan lisan dan tertulis mengatakan memindahkan bisnis ke Vietnam dan ke negara-negara lain tidak akan "feasible" untuk waktu bertahun-tahun, karena kurangnya keterampilan dan infrastruktur di lokasi tersebut. China tetap mendominasi produksi global dalam berbagai industri mulai dari sepatu hingga produk-produk elektronik.
"(Bea impor) 25% itu hanya akan menghantam kepala kita," kata Rick Helfenbein, Presiden American Apparel and Footwear Association, dilansir dari CNBC International.
"Jika kami bisa memindahkan lebih banyak produk dari China, kami akan melakukannya, tetapi kami belum mampu," lanjutnya.
Marc Schneider, chief executive perusahaan distributor sepatu dan pakaian Kenneth Cole Productions, mengatakan tarif impor 25% akan menghapus laba perusahaan dan mengorbankan lapangan pekerjaan.
"Kami akan menurunkan kualitas alas kaki, menaikkan harga, dan tidak menghasilkan apa-apa dengan memindahkannya ke negara lain," kata Schneider.
(prm) Next Article Benarkah Perang Dagang AS-China Untungkan Vietnam?
Komentar itu disampaikan pada hari pertama, Senin (17/6/2019), dari total tujuh hari dengar pendapat atas rencana Trump untuk mengenakan bea impor tambahan sebesar 25% terhadap produk-produk China senilai US$300 miliar.
Mengambil produk dari negara lain akan menaikkan biaya, dalam banyak kasus lebih dari tarif impor 25%, kata beberapa saksi dalam sebuah panel yang dihadiri para pejabat dari kantor Perwakilan Dagang AS, Departemen Perdagangan, Departemen Luar Negeri, dan lembaga federal lainnya.
Tetapi, banyak saksi dalam keterangan lisan dan tertulis mengatakan memindahkan bisnis ke Vietnam dan ke negara-negara lain tidak akan "feasible" untuk waktu bertahun-tahun, karena kurangnya keterampilan dan infrastruktur di lokasi tersebut. China tetap mendominasi produksi global dalam berbagai industri mulai dari sepatu hingga produk-produk elektronik.
"(Bea impor) 25% itu hanya akan menghantam kepala kita," kata Rick Helfenbein, Presiden American Apparel and Footwear Association, dilansir dari CNBC International.
"Jika kami bisa memindahkan lebih banyak produk dari China, kami akan melakukannya, tetapi kami belum mampu," lanjutnya.
![]() |
Marc Schneider, chief executive perusahaan distributor sepatu dan pakaian Kenneth Cole Productions, mengatakan tarif impor 25% akan menghapus laba perusahaan dan mengorbankan lapangan pekerjaan.
"Kami akan menurunkan kualitas alas kaki, menaikkan harga, dan tidak menghasilkan apa-apa dengan memindahkannya ke negara lain," kata Schneider.
(prm) Next Article Benarkah Perang Dagang AS-China Untungkan Vietnam?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular