Sampai April 2019, Serapan Biodiesel Capai 28% Target
02 May 2019 18:06

Jakarta, CNBC Indonesia- Pemerintah mencatat, terhitung sejak Januari 2019 sampai dengan 22 April 2019, serapan biodiesel ada di kisaran 1,74 juta kiloliter (kl).
"Itu sekitar 28% dari target yang sebesar 6,2 juta kl," ujar Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Feby Andriah saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (2/5/2019).
Adapun, Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan menuturkan, setelah delapan bulan sejak penerapan perluasannya, dalam kuartal I 2019, pihaknya tidak menemukan kendala yang signifikan.
"Sampai saat ini masih tetap berjalan dengan baik, hal ini terlaksana karena dukungan pihak pemerintah, juga GAIKINDO, Aptrindo, Pertamina, dan BU BBM lain," kata Paulus ketika dijumpai di Jakarta, Kamis (2/5/2019).
Sementara, biodiesel untuk ekspor, selama kuartal I 2019 tercatat sebesar 173.543 kl, terutama ke negara Uni Eropa (EU) dan China. Jumlah ini meningkat jika dibanding dengan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 97.455 kl.
Kendati demikian, Paulus mengakui terdapat beberapa kendala yang terjadi di Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Paulus menjelaskan, untuk Amerika Serikat, adanya tuduhan subsidi dan dumping. Beberapa perusahaan Indonesi telah mengadukan kasus yang pihaknya nilai tidak adil ke Court of International Trade (CIT) di New York, dan sudah mendapat dukungan oleh Kementerian Perdagangan RI.
Sedangkan untuk di UE, ada tuduhan subsidi. Seperti diketahui, UE telah menuduh Indonesia melakukan subsidi untuk biodiesel yang diekspor ke UE. Kendati demikian, pihaknya telah mengisi questionaire dan pihak UE telah melakukan verifikasi. Saat ini, Indonesia tengah menunggu kesimpulan dari verifikasi tersebut.
"Kendala lainnya adalah dengan diterbitkannya EU Renewable Energy Directive II dan Delegated Act. Dalam hal ini, Aprobi mendukung sepenuhnya langkah-langkah yang sedang dan akan diambil oleh Pemerintah," pungkas Paulus.
[Gambas:Video CNBC]
(gus)
"Itu sekitar 28% dari target yang sebesar 6,2 juta kl," ujar Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Feby Andriah saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (2/5/2019).
Adapun, Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan menuturkan, setelah delapan bulan sejak penerapan perluasannya, dalam kuartal I 2019, pihaknya tidak menemukan kendala yang signifikan.
"Sampai saat ini masih tetap berjalan dengan baik, hal ini terlaksana karena dukungan pihak pemerintah, juga GAIKINDO, Aptrindo, Pertamina, dan BU BBM lain," kata Paulus ketika dijumpai di Jakarta, Kamis (2/5/2019).
Sementara, biodiesel untuk ekspor, selama kuartal I 2019 tercatat sebesar 173.543 kl, terutama ke negara Uni Eropa (EU) dan China. Jumlah ini meningkat jika dibanding dengan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 97.455 kl.
Kendati demikian, Paulus mengakui terdapat beberapa kendala yang terjadi di Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Paulus menjelaskan, untuk Amerika Serikat, adanya tuduhan subsidi dan dumping. Beberapa perusahaan Indonesi telah mengadukan kasus yang pihaknya nilai tidak adil ke Court of International Trade (CIT) di New York, dan sudah mendapat dukungan oleh Kementerian Perdagangan RI.
Sedangkan untuk di UE, ada tuduhan subsidi. Seperti diketahui, UE telah menuduh Indonesia melakukan subsidi untuk biodiesel yang diekspor ke UE. Kendati demikian, pihaknya telah mengisi questionaire dan pihak UE telah melakukan verifikasi. Saat ini, Indonesia tengah menunggu kesimpulan dari verifikasi tersebut.
"Kendala lainnya adalah dengan diterbitkannya EU Renewable Energy Directive II dan Delegated Act. Dalam hal ini, Aprobi mendukung sepenuhnya langkah-langkah yang sedang dan akan diambil oleh Pemerintah," pungkas Paulus.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
B20 Diklaim Berhasil, Negara Hemat Rp 28,4 Triliun di 2018
(gus)