Internasional

IMF: Bea Impor Mobil AS Bisa Rusak Pemulihan Ekonomi Dunia

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
12 April 2019 16:10
Perang dagang baru yang dipicu oleh bea masuk otomotif yang diterapkan Amerika Serikat (AS) akan lebih merugikan pertumbuhan ekonomi global.
Foto: Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath berbicara di kantornya selama Pertemuan Musim Semi Kelompok Bank Dunia dan IMF di Washington, AS, 11 April 2019. (REUTERS / James Lawler Duggan)
Washington, CNBC Indonesia - Perang dagang baru yang dipicu oleh bea masuk otomotif yang diterapkan Amerika Serikat (AS) akan lebih merugikan pertumbuhan ekonomi global ketimbang yang telah diakibatkan oleh perang dagang antara AS-China.

Tarif impor otomotif akan memengaruhi ekspor dari lebih banyak negara dan membuat banyak negara ikut mengenakan tarif balasan atas barang-barang AS.

Demikian disampaikan kepala ekonom Dana Moneter Internasional (IMF) Gita Gopinath kepada Reuters dalam sebuah wawancara, Kamis (11/4/2019).

"Kami prihatin tentang apa yang akan diakibatkan oleh bea impor otomotif terhadap ekonomi global pada saat kita sedang dalam fase pemulihan," kata Gopinath di sela-sela pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia di Washington.


Jika perang dagang meluas ke sektor otomotif, hal itu juga akan mengganggu sebagian besar rantai pasokan manufaktur global, katanya.

"Jadi itu sebenarnya akan jauh lebih merugikan untuk ekonomi dunia dibandingkan hanya perang dagang AS-China saat ini," kata Gopinath, wanita kelahiran India yang juga seorang profesor di Universitas Harvard itu.

Presiden AS Donald Trump telah mengancam akan menjatuhkan bea masuk sekitar 25% pada kendaraan impor dan suku cadang mobil dengan alasan keamanan nasional. Ia bermaksud menerapkan undang-undang perdagangan 1962 yang bertujuan melindungi pangkalan industri militer era Perang Dingin, mengutip Reuters.

Trump sendiri secara terbuka telah mengaku mengancam mitra dagangnya, termasuk Jepang dan Uni Eropa, dengan bea masuk otomotif agar mereka mau mengadakan negosiasi dagang. Selain itu, baru-baru ini Trump juga mengancam akan mengenakan bea mobil di Meksiko kecuali jika negara itu mau meningkatkan keamanan di perbatasan AS.

Jika Trump benar-benar memberlakukan tarif otomotif, ekonomi negara itu akan terdampak parah pada paruh kedua 2019.

IMF sebelumnya telah memprediksikan bahwa pada paruh kedua itu ada rebound dalam pertumbuhan global yang didukung oleh jeda kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve dan bank sentral utama lainnya.

IMF: Bea Impor Mobil AS Bisa Rusak Pemulihan Ekonomi DuniaFoto: Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath berbicara di kantornya selama Pertemuan Musim Semi Kelompok Bank Dunia dan IMF di Washington, AS, 11 April 2019. (REUTERS / James Lawler Duggan)

Menurut World Economic Outlook IMF yang dirilis pada hari Selasa, rebound pertumbuhan akan berlanjut hingga tahun 2020, tetapi IMF telah memperingatkan bahwa prospeknya "terancam" dan rentan terhadap berbagai risiko.

Gopinath mengatakan banyak sekali risiko yang membayangi pertumbuhan global, di mana perang dagang adalah yang paling besar.

Risiko lainnya termasuk meningkatnya utang perusahaan dan pemerintah, adanya tekanan di beberapa pasar negara berkembang yang besar dan ketidakjelasan jalan keluar Inggris dari Uni Eropa (Brexit).

Hubungan AS-China bisa jadi penawar

Meski mengatakan perang dagang AS-China bukanlah risiko terberat, namun Gopinath menyebut hal itu bisa berpengaruh besar dalam pertumbuhan global. Apalagi jika bea masuk yang telah diterapkan dihapuskan.

Dalam perkiraan terbaru IMF, lembaga itu berpendapat saat ini bea masuk 25% terhadap US$ 50 miliar barang China dan tarif impor 10% pada US$ 200 miliar barang China masih berlaku.

Saat ini kedua ekonomi terbesar dunia itu masih gencar melakukan perundingan dagang. Tujuannya adalah untuk melahirkan perjanjian damai bagi perang dagang.

"Jika ternyata semua tarif impor antara China dan AS yang diberlakukan tahun lalu dihapuskan, maka itu akan menjadi positif bagi prospek pertumbuhan," katanya.


Gopinath juga mengatakan dampak hubungan dagang kedua negara pada pertumbuhan sangat tergantung pada isi kesepakatan. 


Apabila kesepakatan yang dibuat tidak bisa menjadi solusi bagi perang dagang dalam jangka panjang, maka akan ada ketidakpastian yang menyelimuti investasi bisnis, yang mana telah menyebabkan perlambatan ekonomi pada 2018.

"Kami telah mendesak adanya resolusi yang cepat dan jangka panjang dari perang dagang," katanya. "Bukan sesuatu yang akan ditinjau kembali setiap tiga atau enam bulan."
(prm) Next Article Awas, Trump Diam-diam Siapkan Bea Impor Otomotif untuk Eropa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular