Internasional

Perang Dagang Belum Usai, Bea Impor Otomotif AS Membayangi

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
19 February 2019 06:54
Departemen Perdagangan AS mengirim laporan kepada Presiden Donald Trump yang dapat membuatnya menerapkan bea impor otomotif yang tinggi.
Foto: Presiden AS, Donald Trump (REUTERS/Leah Millis)
Jakarta, CNBC Indonesia - Saat seluruh dunia menantikan hasil perundingan dagang panjang antara Amerika Serikat (AS) dan China, bayangan pengenaan bea impor baru dari Negeri Paman Sam mulai menghantui.

Departemen Perdagangan Amerika Serikat (AS) mengirim laporan kepada Presiden AS Donald Trump, Minggu (17/2/2019), yang dapat membuatnya menerapkan bea impor tinggi terhadap mobil dan suku cadang impor.

Seorang juru bicara untuk Departemen Perdagangan AS pada Minggu malam mengatakan lembaga itu tidak akan mengungkapkan rincian laporan keamanan nasional yang disebut "Section 232".

Trump memiliki waktu 90 hari untuk memutuskan apakah akan menindaklanjuti rekomendasi tersebut.


Para pejabat industri otomotif memperkirakan laporan itu berpotensi menyebabkan diterapkannya bea masuk terhadap kendaraan yang dirakit sepenuhnya atau pada teknologi dan komponen yang terkait dengan kendaraan listrik, otomatis, terhubung, dan berbagi.

Pelaku industri otomotif telah memperingatkan bahwa bea impor 25% terhadap jutaan mobil dan suku cadang impor akan membuat harga kendaraan naik hingga ribuan dolar. Selain itu, pengenaan bea masuk tersebut berpotensi menyebabkan hilangnya ratusan ribu lapangan kerja di seluruh AS.

Perang Dagang Belum Usai, Bea Impor Otomotif AS MembayangiFoto: REUTERS/Rebecca Cook

Laporan Pusat Riset Otomotif pada hari Jumat pekan lalu menunjukkan bahwa pengenaan bea masuk 25% akan mengorbankan 366.900 pekerjaan terkait otomotif dan industri terkait di AS, dilansir dari Reuters.

Selain itu, harga kendaraan yang terkena bea impor akan naik rata-rata US$2.750 (Rp 38,8 juta) , termasuk harga kendaraan yang dirakit di AS.

Kenaikan harga tersebut diperkirakan dapat menurunkan penjualan tahunan mobil hingga 1,3 juta unit dan memaksa banyak konsumen memilih membeli mobil bekas, menurut lembaga think tank tersebut.

Asosiasi Pabrikan Motor dan Suku Cadang AS, yang mewakili pemasok suku cadang, memperingatkan bahwa bea masuk akan memangkas investasi di AS saat industri otomotif masih terguncang oleh penurunan penjualan, bea impor Trump terhadap baja dan aluminium serta suku cadang impor dari China.

"Berbagai bea masuk ini, bila dikenakan, dapat memindahkan pengembangan dan implementasi teknologi otomotif ke luar negeri, dan membuat Amerika tertinggal," ujar asosiasi dalam sebuah pernyataan.

"Tidak ada satu pun perusahaan di industri otomotif dalam negeri yang meminta dilakukannya penyelidikan ini."

Asosiasi pabrikan mobil besar mengatakan tahun lalu bahwa dampak kumulatif bagi AS akan berupa kenaikan harga tahunan mencapai US$83 miliar.

Selain itu, asosiasi juga mengatakan tidak ada bukti bahwa impor otomotif mengancam keamanan nasional.


Departemen Perdagangan memulai penyelidikannya Mei 2018 lalu atas permintaan Trump. Tujuan dari penyelidikan yang disebut Section 232 ini adalah untuk menentukan dampak impor tersebut terhadap keamanan nasional.

Trump pada hari Jumat mengatakan bea impor melindungi industri dan juga membantu AS mendapatkan kesepakatan perdagangan.

"Saya menyukai bea impor namun saya juga senang menggunakannya dalam negosiasi," katanya.

Saksikan video mengenai Indonesia bisa menjadi hub otomotif global berikut ini.

[Gambas:Video CNBC]


(prm) Next Article Bea Impor Trump Mengancam, BMW Akan Buka Pabrik Lagi di AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular