
Bos BKPM Senang Ekonomi Global Melambat, Kenapa?
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
23 January 2019 17:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Perlambatan pertumbuhan ekonomi global baru-baru ini "sangat disambut baik," kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong kepada CNBC di Davos, Rabu (23/1/2019). Ia juga memperingatkan risiko keuangan telah menumpuk di China dan sekitarnya.
"Saya akan mengucapkan 'terima kasih' kepada Tuhan atas perlambatan ekonomi global," kata Lembong kepada CNBC.
"Karena dalam pandangan saya, ledakan ekonomi yang sebelumnya disinkronkan secara global dibangun di atas beberapa risiko keuangan yang meningkat, khususnya sektor shadow banking yang di luar kendali di China dan bubble saham teknologi dan investasi," katanya, berbicara di World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss.
"Jadi, dari sudut pandang kebijakan, saya pikir koreksi terhadap saham teknologi dan kampanye penghapusan utang (deleveraging) di China, yang mungkin menyebabkan perlambatan, sangat disambut baik. Ya, ekonomi (global) cukup melambat tetapi saya pikir risiko keuangan yang membangun sebelumnya sedang ditangani," katanya, melansir CNBC International.
Indonesia adalah ekonomi terbesar di Asia Tenggara, tetapi negara ini melihat ada perubahan sikap dari kekuatan ekonomi dominan China. Investasi asing langsung ke Indonesia dari pasar negara berkembang seperti China melambat tahun lalu, data Bank Indonesia dari kuartal kedua 2018 menunjukkan.
Lembong mengatakan China sekarang menjadi jauh lebih "hati-hati dan memperhitungkan" dalam sikap investasinya di tengah perlambatan ekonomi di negara itu dan prospeknya yang lebih rapuh, terutama mengingat ketegangan perdagangan yang sedang berlangsung dengan Amerika Serikat (AS).
(prm) Next Article AS-China Perang Dagang, BKPM: RI Potensi Dapat Untung
"Saya akan mengucapkan 'terima kasih' kepada Tuhan atas perlambatan ekonomi global," kata Lembong kepada CNBC.
"Karena dalam pandangan saya, ledakan ekonomi yang sebelumnya disinkronkan secara global dibangun di atas beberapa risiko keuangan yang meningkat, khususnya sektor shadow banking yang di luar kendali di China dan bubble saham teknologi dan investasi," katanya, berbicara di World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss.
Indonesia adalah ekonomi terbesar di Asia Tenggara, tetapi negara ini melihat ada perubahan sikap dari kekuatan ekonomi dominan China. Investasi asing langsung ke Indonesia dari pasar negara berkembang seperti China melambat tahun lalu, data Bank Indonesia dari kuartal kedua 2018 menunjukkan.
Lembong mengatakan China sekarang menjadi jauh lebih "hati-hati dan memperhitungkan" dalam sikap investasinya di tengah perlambatan ekonomi di negara itu dan prospeknya yang lebih rapuh, terutama mengingat ketegangan perdagangan yang sedang berlangsung dengan Amerika Serikat (AS).
(prm) Next Article AS-China Perang Dagang, BKPM: RI Potensi Dapat Untung
Most Popular