Di Davos, Menperin Klaim Industri Tekstil China Mau ke RI

Samuel Pablo, CNBC Indonesia
23 January 2019 13:40
Salah satu di antaranya adalah pemindahan basis produksi bagi banyak perusahaan manufaktur dari negeri Tirai Bambu ke Indonesia.
Foto: Seorang anggota staf berjalan melewati bendera AS dan China yang ditempatkan untuk konferensi pers bersama oleh A.S. REUTERS/Jason Lee/File Photo
Davos, CNBC Indonesia - Menteri Perindustrian Republik Indonesia Airlangga Hartarto mengatakan perang tarif yang masih terus berlangsung antara Amerika Serikat (AS) dan China telah membuka banyak peluang bagi RI.

Salah satu di antaranya adalah pemindahan basis produksi bagi banyak perusahaan manufaktur dari negeri Tirai Bambu ke Indonesia, demi menghindari tarif tinggi yang dikenakan AS.

Berbicara kepada CNBC International di sela gelaran World Economic Forum (WEF) 2019 di Davos, Swiss, Rabu (23/1/2019) waktu setempat. Airlangga mengungkapkan beberapa industri tekstil dan alas kaki global diketahui mempertimbangkan pemindahan pabrik dari China ke Indonesia.

Di Davos, Menperin Klaim Industri Tekstil China Mau ke RIFoto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto


Selain itu, politikus Partai Golongan Karya itu juga menyebutkan ekspor besi dan baja RI ke AS sepanjang tahun lalu terus meningkat, di tengah tarif tinggi yang diterapkan Presiden AS Donald Trump.

Data Kementerian Perdagangan mencatat, ekspor besi dan baja ke AS naik tajam 87,7% secara tahunan (yoy) pada Januari-November 2018.

Di sisi lain, data sementara Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan lonjakan nilai ekspor alumunium dan produk turunannya (HS 76) ke AS sebesar 55,63% sepanjang tahun lalu.
Di Davos, Menperin Klaim Industri Tekstil China Mau ke RIFoto: konferensi pers Kebijakan pemerintah dalam rangka pengendalian Defisit Neraca Transaksi Berjalan (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Kendati demikian, Airlangga mengatakan perang dagang yang berlarut-larut berdampak buruk bagi perekonomian global dan seluruh negara, tanpa terkecuali.

"Saya pikir pertumbuhan yang lambat saat ini tidak baik untuk semua negara. Ini tidak cukup baik bagi Indonesia untuk menyediakan lapangan kerja bagi rakyat kami," kata Airlangga.

[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Investasi Industri Pengolahan Nonmigas Terus Turun Sejak 2016

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular