Benarkah Klaim Prabowo Cadangan Minyak & BBM RI Bermasalah?

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
17 January 2019 08:26
Tim pemenangan pasangan Calon Presiden Prabowo-Sandiaga Uno mengatakan kondisi perminyakan RI sudah harus masuk ruang perawatan ICU.
Foto: pertamina-chevron (dok Pertamina)
Jakarta, CNBC Indonesia - Tim pemenangan pasangan Calon Presiden Prabowo-Sandiaga Uno mengatakan kondisi perminyakan RI sudah harus masuk ruang perawatan ICU karena cadangan minyak terbukti RI hanya sisa 3,17 miliar barel.

Bahkan, menurut calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto cadangan atau stok bahan bakar minyak (BBM) nasional hanya kuat bertahan untuk 20 hari. Benarkah begitu?


Pendiri Reforminer Institute sekaligus pengamat migas Pri Agung Rakhmanto mengatakan jumlah cadangan minyak Indonesia tersebut setara untuk bertahan selama 10 hingga 12 tahun.

"10 - 12 tahun saja, itu pun dengan tingkat produksi yang rendah seperti saat ini di kisaran 750 ribu - 780 ribu barel per hari," kata Pri, Rabu (16/1/2019).

Ia melanjutkan, jika produksi lebih besar lagi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sementara tidak ada penambahan cadangan secara signifikan, umur cadangan minyak RI bahkan tak sampai 10 tahun.

Benarkah Klaim Prabowo Cadangan Minyak & BBM RI Bermasalah?Foto: Infografis/10 Raksasa Minyak indonesia selama 2018/Arie Pratama

Meski begitu, Kementerian ESDM mengatakan kini ada perbaikan dari sisi kenaikan rasio cadangan migas di 2018.

Rasio cadangan migas adalah perbandingan antara cadangan migas yang ditemukan dan yang diproduksikan atau biasa disebut Reserve Replacement Ratio/RRR di Indonesia. Sebelumnya, rasio cadangan migas RI hanya 74%. Artinya produksi lebih banyak ketimbang temuan cadangan baru.

Bahkan, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat, ada 45 rencana pengembangan lapangan (plan of development/PoD) yang bisa disetujui di tahun ini, sehingga bisa meningkatkan cadangan migas negara.

Deputi Perencanaan SKK Migas Jaffee Arizon Suardin mengatakan, PoD yang akan disetujui tersebut terdiri dari PoD pertama dan PoD lanjutan untuk optimasi produksi.


"Di antara 45 PoD itu, PoD besar yang akan disetujui misalnya proyek Lapangan Abadi Blok Masela, proyek pengembangan laut dalam (IDD), dan proyek Senoro fase kedua," terang Jaffee kepada media dalam paparan SKK Migas di Jakarta, Rabu (16/1/2019).

Sehingga, lanjut dia, jika seluruh proposal proyek tersebut disetujui tahun ini, maka akan ada tambahan cadangan migas sekitar 2,8 miliar barel setara minyak (BOE), dan otomatis bisa memenuhi pencapaian target reserve replacement ratio/RRR di atas 100%.

"Kalau lancar RRR bisa 300% di 2019," kata Jaffee.

Sedangkan, terkait masalah stok BBM, External Communication Manager PT Pertamina (Persero) Arya Paramita memberikan penjelasan kepada CNBC Indonesia terkait stok BBM ini. Ia mengatakan stok BBM 20 hari adalah rata-rata stok aman.

"Dan itu terus diisi setiap hari, tidak menunggu stok habis. Kenapa 20 hari? Karena disesuaikan dengan perhitungan konsumsi masyarakat," kata Arya.

Stok pun bisa mampu mencukupi kebutuhan di kala kondisi tertetu. Arya mencontohkan, misalnya ketika periode Idul Fitri yang tren permintaannya meningkat, Pertamina menerapkan menjaga stok di level aman di kisaran 20 hari tersebut.

Benarkah Klaim Prabowo Cadangan Minyak & BBM RI Bermasalah?Foto: Infografis/ ICP Terjun Bebas di Penghujung 2018 / Aristya Rahadian Krisabella

"Jadi memang stok aman ada di kisaran 20 hari," pungkas Arya.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto pun ikut buka suara. Ia mengatakan pada dasarnya kekuatan pasokan energi tidak bisa dilihat hanya dari stok BBM yang ada di negara saja.

Lebih lanjut ia mengatakan produksi minyak di Indonesia sendiri mencapai 700.000 barel per hari, dan hal itu berkelanjutan, ditambah sumur-sumur pengeboran di Indonesia juga ada banyak. Jadi, menurutnya, ia tidak melihat sesuatu hal yang bisa membuat produksi mendadak berhenti dan tidak bisa menghasilkan minyak.

"Cadangan terbukti migas pun juga tidak semakin menurun. Proses ini kan berkelanjutan, kalau selama itu tidak ada masalah, ya tidak jadi persoalan," tutur Dwi kepada media saat dijumpai dalam paparan kinerja SKK Migas, di Jakarta, Rabu (16/1/2019).


Di tempat berbeda, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto menambahkan, pemerintah saat ini punya program untuk kendaraan menggunakan bahan bakar yang lebih ramah, misalnya B20, kemudian akan menyusul nanti B100, atau yang berbahan gas, dan ada mobil listrik juga, saat ini semuanya sedang dalam tahap studi.

"Nanti kalau kita bangun kilang besar-besar, terus semua kendaraan sudah jadi kendaraan listrik, kan malah jadi mubazir (kilangnya), malah jadi cost kan itu," tandas Djoko.


(prm) Next Article Melihat Visi & Misi Prabowo-Sandiaga di Pilpres 2019

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular