Respons Prabowo, Bos SKK Migas: Jangan Hanya Lihat Stok BBM!

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
16 January 2019 21:53
Cadangan atau stok bahan bakar minyak (BBM) nasional hanya kuat bertahan untuk 20 hari, benarkah begitu?
Foto: Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Dwi Soetjipto. (CNBC Indonesia/Anastasia Arvirianty)
Jakarta, CNBC Indonesia - Tim pemenangan pasangan Calon Presiden Prabowo-Sandiaga Uno mengatakan kondisi perminyakan RI sudah harus masuk ruang perawatan ICU.

Bahkan, calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menilai Indonesia sangat rentan karena memiliki cadangan pangan hingga pertahanan yang sangat terbatas.

Menurutnya, cadangan atau stok bahan bakar minyak (BBM) nasional hanya kuat bertahan untuk 20 hari, benarkah begitu?

Menanggapi hal ini, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, soal cadangan pada dasarnya tidak bisa melihat kekuatan pasokan energi hanya dari stok BBM yang ada di negara saja.

"20 hari itu kan cadangan BBM yang tersimpan, tapi kan selain BBM, ada crude juga, dan crude sendiri kan ada produksi secara rutin, kemudian letak geografis bagaimana posisi Indonesia dan Singapura yang begitu dekat. Jadi, saya kira kita tidak bisa melihat kekuatan supply energi kita hanya dari BBM saja," ujar Dwi kepada media saat dijumpai dalam paparan kinerja SKK Migas, di Jakarta, Rabu (16/1/2019).

Lebih lanjut, ia mengatakan, produksi minyak di Indonesia sendiri mencapai 700 ribu barel per hari, dan hal itu berkelanjutan, ditambah sumur-sumur pengeboran di Indonesia juga ada banyak. Jadi, menurutnya, ia tidak melihat sesuatu hal yang bisa membuat produksi mendadak berhenti dan tidak bisa menghasilkan minyak.

"Cadangan terbukti migas pun juga tidak semakin menurun. Proses ini kan berkelanjutan, kalau selama itu tidak ada masalah, ya tidak jadi persoalan," tutur Dwi.

Sehingga, menurutnya, jika ada masalah yang terjadi ketika penggunaannya naik atau turun atau ada gangguan, variabelnya penyebabnya ada banyak, tidak bisa dilihat dari aspek cadangan saja, karena hal tersebut adalah rangkaian dari proses yang berkelanjutan.

Memang, dulu sempat ada rencana untuk meningkatkan cadangan minyak/BBM menjadi 1-3 bulan, tetapi hal itu butuh investasi yang tidak sedikit.

Di tempat berbeda, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto menambahkan, pemerintah saat ini punya program untuk kendaraan menggunakan bahan bakar yang lebih ramah, misalnya B20, kemudian akan menyusul nanti B100, atau yang berbahan gas, dan ada mobil listrik juga, saat ini semuanya sedang dalam tahap studi.

"Nanti kalau kita bangun kilang besar-besar, terus semua kendaraan sudah jadi kendaraan listrik, kan malah jadi mubazir, malah jadi cost kan itu," tandas Djoko.

[Gambas:Video CNBC]



(dob/dob) Next Article Prabowo Vs Jokowi di Pilpres 2019 Bikin Penjualan Mobil Lesu?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular