Impor Premium 2018 Turun, Karena Pertalite Cs atau Dibatasi?

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
26 December 2018 18:44
Impor BBM Premium disebut turun di 2018 karena Pertalite Cs, faktanya ada pembatasan BBM Premium di akhir tahun
Foto: Ilustrasi Pengisian BBM di SPBU Pertamina (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, volume impor Ron 88 (Premium) sampai pada November 2018 diketahui sebesar 8,2 juta KL.

Angka ini turun dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar 9,4 juta KL. Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar kepada media ketika dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (26/12/2018).



Ia yakin, turunnya angka impor premium ini karena mulai banyak konsumen yang hijrah ke Pertalite dan Pertamax Cs atau bensin dengan Ron 90 ke atas. "Hal ini disebabkan adanya migrasi konsumen yang tadinya menggunakan Premium ke BBM yang non-subsidi seperti Pertalite dan Pertamax," jelasnya. 

Sebagai bukti, Arcandra menjelaskan, untuk volume impor Ron 92 secara nasional tercatat mengalami peningkatan yang cukup tinggi, dari yang tadinya sebesar 6,6 juta KL sepanjang Januari-November 2017, menjadi 8,5 juta KL di periode yang sama tahun ini.

Sebenarnya, kebijakan impor BBM tidak berada di tangan konsumen. Melainkan pemerintah dan PT Pertamina (Persero) sebagai penyedia, impor disesuaikan dengan kebutuhan dan kuota.

Ditelusuri lagi ke awal tahun, kuota bensin Premium sempat menjadi polemik di 2018 ini. Di awal tahun, pemerintah untuk menekan subsidi BBM sebenarnya menetapkan alokasi BBM Premium hanya 7,5 juta KL hingga akhir tahun.

Tapi kisaran April-Mei teriakan soal kelangkaan Premium di beberapa kota besar mulai mencuat, ini bahkan memancing isu pergantian direktur utama PT Pertamina (Persero), yang posisinya saat itu serba salah, ingin tekan subsidi di tengah laju kenaikan harga minyak dunia.

Sampai Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Elia Massa Manik akhirnya dicopot, baru di tengah tahun akhirnya pemerintah menambah kuota BBM Premium 4,3 juta KL. Sehingga jika ditotal kuota BBM di 2018 jadi 11,8 juta KL.

Jadi, benarkah karena banyak yang hijrah ke Pertalite atau semata-mata hasil dari pembatasan Premium di awal tahun?

Adapun, sebelumnya, meski harga minyak dunia turun, defisit migas RI masih membengkak dibanding periode serupa tahun lalu. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan di November mencapai US$ 2,05 miliar. Angka defisit tersebut menjadi yang paling dalam sepanjang tahun ini, dan dalam lima tahun terakhir. Sedangkan, secara kumulatif untuk periode Januari hingga November 2018 mencapai US$ 12,153 miliar atau setara Rp 176,2 triliun. 

Defisit migas ini juga lagi-lagi menyebabkan neraca dagang RI defisit di November ini. 

"Jadi neraca perdagangan kembali defisit US$ 2,05 miliar. Ini defisit cukup dalam. Defisit yang utama adalah defisit migas US$ 1,5 miliar tapi non migas juga alami defisit US$ 583 juta," ujar Kepala BPS Suhariyanto saat paparan di kantornya, Senin (17/12/2018).

Defisit membengkak karena impor yang melonjak, yakni mencapai US$ 27,8 miliar hingga November 2018. Naik 28% dari periode serupa tahun lalu yang hanya US$ 21,7 miliar. 

Suhariyanto tak memungkiri, defisit tersebut tak lepas dari pengaruh kinerja perdagangan migas yang dalam beberapa bulan terakhir terus mengalami defisit karena impor minyak yang terus membengkak.

"Defisit yang utama adalah defisit migas US$ 1,5 miliar," ungkap Suhariyanto dalam konferensi pers, Senin (17/12/2018).

Impor Premium 2018 Turun, Karena Pertalite Cs atau Dibatasi?Foto: Infografis/Tenggelam dalam impor BBM, Defisit migas RI Tembus Rp 176 T/Aristya Rahadian Krisabella

(gus/gus) Next Article Impor Minyak & BBM Pertamina Sentuh Rp 213 T di 2018

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular