
Internasional
BUMN Ini Mampu Kalahkan Keperkasaan Visa dan Mastercard
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
09 November 2018 12:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri keuangan India pada hari Kamis (08/11/18) mengatakan Mastercard dan Visa kehilangan pangsa pasar jaringan pembayaran domestik. Hal itu disampaikannya beberapa bulan setelah Mastercard mengeluh kepada pemerintah Amerika Serikat (AS) bahwa Perdana Menteri India Narendra Modi menggunakan nasionalisme untuk mempromosikan saingan lokal.
Menteri Keuangan Arun Jaitley berbicara tentang pertumbuhan yang melonjak dari RuPay dan Unified Payment Interface (UPI) dua tahun setelah Modi membuat keputusan tiba-tiba untuk menggantikan uang kertas bernilai tinggi dalam upaya untuk membasmi kekayaan yang tak dipajaki.
RuPay dan Unified Payment Interface (UPI) adalah jaringan transfer dalam negeri India yang memungkinkan transfer dana antarbank yang cepat
Modi mengatakan ketika orang India menggunakan RuPay, mereka melayani negara karena biaya transaksinya tetap di India, dan dapat digunakan untuk membantu membangun jalan, sekolah dan rumah sakit. Pernyataan ini membuat khawatir Mastercard yang merupakan pemroses pembayaran terbesar kedua di dunia.
"Hari ini Visa dan Mastercard kehilangan pangsa pasar di India dari sistem pembayaran yang dikembangkan secara lokal, UPI dan Kartu RUPAY, yang pasarnya telah mencapai 65% dari seluruh pembayaran yang dilakukan melalui kartu debit dan kredit," tulis Jaitley dalam postingan Facebook, dilansir dari Reuters.
Visa menolak berkomentar. Mastercard tidak menanggapi email yang meminta komentar.
RuPay memproses pembayaran antara bank dan merchant untuk pembelian yang dilakukan dengan kartu kredit atau debit, sementara UPI langsung mentransfer dana antara dua rekening bank yang terhubung ke ponsel.
Pernyataan Jaitley itu mengacu pada volume transaksi, bukan nilainya.
Meskipun RuPay, yang dimiliki oleh banyak bank India dan asing dan menyumbang lebih dari setengah jumlah kartu debit dan kredit India, sumber industri mengatakan Visa dan Mastercard masih memproses sebagian besar nilai transaksi pembayaran di negara tersebut.
Transaksi pembayaran India bernilai US$51 miliar pada bulan Agustus, menurut data bank sentral.
Jaitley mengatakan total transaksi RuPay telah melonjak menjadi 84,3 miliar rupee (US$1,16 miliar) per September, dari 11 miliar rupee sebelum demonetisasi. Total transaksi yang dilakukan menggunakan UPI telah melonjak menjadi 598 miliar rupee (US$8,26 miliar) dari 500 juta rupee pada Oktober 2016, sekitar waktu pada saat peluncuran.
Reuters melaporkan minggu lalu bahwa Mastercard mengeluh kepada Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat pada 21 Juni mengenai Modi yang "mengasosiasikan penggunaan kartu RuPay dengan nasionalisme, mengklaim hal ini dapat berfungsi sebagai 'sejenis pengabdian nasional'."
Catatan Mastercard mengatakan walau dorongan pembayaran digital Modi "terpuji", pemerintah India telah mengadopsi "serangkaian tindakan proteksionis" untuk merugikan perusahaan global.
Kabar itu memicu reaksi di media sosial melawan Mastercard di India, salah satu pasar pertumbuhan pembayaran terbesar di dunia.
Beberapa orang mengatakan di Twitter, mereka telah meminta bank mereka untuk mengganti Mastercard mereka dengan RuPay, dengan beberapa menggunakan hashtag #BoycottMastercard untuk menyuarakan perhatian mereka.
Satu pengguna mengirim gambar Mastercard yang sudah terpotong-potong, sementara yang lain bernama Ramesh mengunggah gambar dengan logo Mastercard di toilet. Seorang juru bicara untuk cabang Delhi dari partai Modi yang berkuasa, Partai Bharatiya Janata, mengatakan dia telah meminta banknya untuk membatalkan Mastercard dan beralih ke RuPay.
Mastercard tidak menanggapi permintaan Reuters untuk berkomentar tentang reaksi di media sosial.
(prm) Next Article BI Paparkan Sederet Keunggulan GPN Dibanding Visa & Master
Menteri Keuangan Arun Jaitley berbicara tentang pertumbuhan yang melonjak dari RuPay dan Unified Payment Interface (UPI) dua tahun setelah Modi membuat keputusan tiba-tiba untuk menggantikan uang kertas bernilai tinggi dalam upaya untuk membasmi kekayaan yang tak dipajaki.
"Hari ini Visa dan Mastercard kehilangan pangsa pasar di India dari sistem pembayaran yang dikembangkan secara lokal, UPI dan Kartu RUPAY, yang pasarnya telah mencapai 65% dari seluruh pembayaran yang dilakukan melalui kartu debit dan kredit," tulis Jaitley dalam postingan Facebook, dilansir dari Reuters.
Visa menolak berkomentar. Mastercard tidak menanggapi email yang meminta komentar.
RuPay memproses pembayaran antara bank dan merchant untuk pembelian yang dilakukan dengan kartu kredit atau debit, sementara UPI langsung mentransfer dana antara dua rekening bank yang terhubung ke ponsel.
Pernyataan Jaitley itu mengacu pada volume transaksi, bukan nilainya.
Meskipun RuPay, yang dimiliki oleh banyak bank India dan asing dan menyumbang lebih dari setengah jumlah kartu debit dan kredit India, sumber industri mengatakan Visa dan Mastercard masih memproses sebagian besar nilai transaksi pembayaran di negara tersebut.
![]() |
Jaitley mengatakan total transaksi RuPay telah melonjak menjadi 84,3 miliar rupee (US$1,16 miliar) per September, dari 11 miliar rupee sebelum demonetisasi. Total transaksi yang dilakukan menggunakan UPI telah melonjak menjadi 598 miliar rupee (US$8,26 miliar) dari 500 juta rupee pada Oktober 2016, sekitar waktu pada saat peluncuran.
Reuters melaporkan minggu lalu bahwa Mastercard mengeluh kepada Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat pada 21 Juni mengenai Modi yang "mengasosiasikan penggunaan kartu RuPay dengan nasionalisme, mengklaim hal ini dapat berfungsi sebagai 'sejenis pengabdian nasional'."
Catatan Mastercard mengatakan walau dorongan pembayaran digital Modi "terpuji", pemerintah India telah mengadopsi "serangkaian tindakan proteksionis" untuk merugikan perusahaan global.
Kabar itu memicu reaksi di media sosial melawan Mastercard di India, salah satu pasar pertumbuhan pembayaran terbesar di dunia.
Beberapa orang mengatakan di Twitter, mereka telah meminta bank mereka untuk mengganti Mastercard mereka dengan RuPay, dengan beberapa menggunakan hashtag #BoycottMastercard untuk menyuarakan perhatian mereka.
Mastercard tidak menanggapi permintaan Reuters untuk berkomentar tentang reaksi di media sosial.
(prm) Next Article BI Paparkan Sederet Keunggulan GPN Dibanding Visa & Master
Most Popular