
Internasional
Perang Dagang Akan Berlanjut dan Jadi Perang Dingin Baru
Wangi Sinintya, CNBC Indonesia
16 October 2018 18:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama ini banyak ekonom dan investor yang berharapĀ perang dagang hanya sebagai wacana kampanye pemilihan umum (pemilu) sela dan akan berakhir setelah 6 November 2018. Namun, harapan ini semakin dilihat sebagai kesalahan.
Kini banyak yang memperkirakanĀ perang dagang AS-China akan berlangsung dalam jangka panjang dengan sedikit optimisme untuk resolusi.
"Saat datang untuk berdagang, kita mulai mencapai titik di mana orang-orang menetapkan harga dalam kondisi terburuk," ujar Patrik Schowitz, ahli strategi global di JP Morgan Asset Management, Senin (15/10/2018) seperti dilansir dari CNBC International.
"Sekarang, ada cukup banyak pembicaraan bahwa ini akan menjadi situasi baru yang permanen, bahwa kita sedang menuju perang dingin baru," tambah Schowitz. "Jadi saya pikir orang mulai menentukan harga yang mungkin hasilnya akan buruk."
Yves Bonzon, kepala investasi di Julius Baer mengatakan, bank swasta telah percaya bahwa ancaman terhadap keuntungan di perusahaan AS yang terdaftar di S&P 500 akibat ketegangan perdagangan yang meningkat akan cukup untuk menghasilkan gencatan senjata.
"Jadi inilah mengapa, dari awal, kami mengharapkan pemerintah AS untuk mundur beberapa titik, mengklaim beberapa konsesi dari China," Bonzon yang berbasis di Zurich mengatakan kepada wartawan di Hong Kong pekan lalu.
Tapi, dia mengakui, skenario itu tidak main-main.
"Saya pikir kita mungkin agak lambat untuk menyesuaikan dengan realitas baru yang tidak akan berlalu ini," katanya, mengutip dari bertumbuhnya realisasi, bahwa pemerintahan Presiden AS Donald Trump ditentukan dalam upayanya untuk "menyeimbangkan kembali" hubungan negara dengan China.
Memang, prospek pertarungan yang berkepanjangan yang kemungkinan besar akan menguras energi ekonomi dan investasi untuk tahun depan, setidaknya, semakin meningkat.
NEXT
Kini banyak yang memperkirakanĀ perang dagang AS-China akan berlangsung dalam jangka panjang dengan sedikit optimisme untuk resolusi.
"Saat datang untuk berdagang, kita mulai mencapai titik di mana orang-orang menetapkan harga dalam kondisi terburuk," ujar Patrik Schowitz, ahli strategi global di JP Morgan Asset Management, Senin (15/10/2018) seperti dilansir dari CNBC International.
"Jadi inilah mengapa, dari awal, kami mengharapkan pemerintah AS untuk mundur beberapa titik, mengklaim beberapa konsesi dari China," Bonzon yang berbasis di Zurich mengatakan kepada wartawan di Hong Kong pekan lalu.
Tapi, dia mengakui, skenario itu tidak main-main.
"Saya pikir kita mungkin agak lambat untuk menyesuaikan dengan realitas baru yang tidak akan berlalu ini," katanya, mengutip dari bertumbuhnya realisasi, bahwa pemerintahan Presiden AS Donald Trump ditentukan dalam upayanya untuk "menyeimbangkan kembali" hubungan negara dengan China.
Memang, prospek pertarungan yang berkepanjangan yang kemungkinan besar akan menguras energi ekonomi dan investasi untuk tahun depan, setidaknya, semakin meningkat.
![]() |
NEXT
Next Page
Sikap pragmatis
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular