Internasional

Inflasi Turun 3 Bulan Berturut-turut, Ekonomi China Melambat

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
16 October 2018 17:24
Perlambatan ini ditengarai dampak dari perang dagang.
Foto: REUTERS/Stringer
Jakarta, CNBC IndonesiaInflasi China pada bulan September naik 2,5% dibanding setahun lalu dan 0,7% lebih tinggi dibanding Agustus, menurut data pemerintah yang dipublikasikan Selasa (16/10/2018).

Meskipun begitu, angka inflasi ini turun selama tiga bulan turut-turut. Hal ini menjadi sebuah indikasi melambatnya momentum ekonomi China di tengah peningkatan tensi perdagangan dengan Amerika Serikat (AS).

Inflasi di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini dipantau ketat di tengah ketegangan dagang dengan AS. Pasalnya, cekcok dagang ini telah mempengaruhi beberapa pesanan di raksasa manufaktur Asia ini.

Indeks harga produsen (Producer Price Index/PPI) di bulan September naik 3,6% dari setahun sebelumnya, dibandingkan dengan peningkatan 4,1% di bulan Agustus, menurut Biro Statistik Nasional. Sebuah polling dari Reuters menunjukkan analis memprediksi PPI akan naik 3,5% dibandingkan setahun sebelumnya. Sementara, PPI naik menjadi 0,6% lebih tinggi disbanding bulan lalu.

Indeks harga konsumen (Consumer Price Index/CPI), pengukur harga barang dan jasa, sejalan dengan ekspektasi para analis, menurut polling dari Reuters. Angka tersebut berada di dalam target tahunan 3% dari para pembuat kebijakan.

Kenaikan CPI disebabkan oleh peningkatan harga makanan akibat cuaca buruk dan meroketnya permintaan karena musim perayaan Golden Week, kata biro dalam laporan online yang dikutip CNBC International.

Dalam membalas peningkatan bea masuk yang Washington kenakan ke produk impor China, Beijing juga menerapkan tarif impor terhadap beberapa produk AS. Namun, dampak dari tindakan China nampak terbatas saat ini.

"Tarif impor akan mendorong harga yang berhubungan dengan inflasi, tetapi di sisi lain, China masih memiliki kapasitas yang berlebihan. Artinya permintaan barang dan jasa tidak terlalu kuat," kata Chi Lo, Ekonom Senior di BNP Paribas Asset Management.

"Jadi melewatkan harga tarif impor ke harga domestik akan terbatas," kata Lo kepada CNBC International hari Selasa.

Bank sentral China diprediksi akan menyesuaikan kebijakan moneter untuk menopang pertumbuhan yang melambat. Target pertumbuhan pemerintah China tahun ini adalah sekitar 6,5%.

Sepanjang akhir pekan, gubernur People Bank of China (PBoC) Yi Gang berkata dia melihat "banyak ruang penyesuaian" di suku bunga dan rasio cadangan wajib (reserve requirement ratio) bank karena risiko negatif signifikan dari kisruh dagang bilateral antara China dan AS.
Inflasi Turun 3 Bulan Berturut-turut, Ekonomi China MelambatFoto: CNBC International
Di awal pekan ini, bank sentral memangkas jumlah setoran giro wajib minimum (GWM) bank untuk keempat kalinya sepanjang tahun ini. Langkah ini dinilai dilakukan untuk mendorong likuiditas di sistem keuangan.

(roy/roy) Next Article IMF: Perang dagang bisa pangkas pertumbuhan China 1,6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular