Internasional

China: Sulit Bekerja Sama Bila AS Todongkan 'Pisau di Leher'

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
25 September 2018 14:08
Kapan perundingan dagang dimulai kembali tergantung pada
Foto: REUTERS/Damir Sagolj/File Photo
Beijing, CNBC Indonesia - Seorang pejabat senior China pada hari Selasa (25/9/2018) mengatakan sulit melanjutkan diskusi perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) sementara Washington menaruh "sebuah pisau di leher China". Dia menyampaikan hal tersebut sehari setelah kedua negara menjatuhkan bea masuk baru untuk produk impor satu sama lain.

Kapan perundingan dimulai kembali tergantung pada "kesediaan" AS, kata Wakil Menteri Perdagangan Wang Shouwen dalam konferensi pers, dilansir dari Reuters.



Bea impor AS terhadap produk impor China senilai US$200 miliar (Rp 2.979 triliun) dan bea impor balasan dari Beijing untuk produk impor AS, termasuk gas alam cair (liquefied natural gas/LNG), senilai US$60 miliar resmi diberlakukan per hari Senin (24/9/2018). Kisruh dagang antara kedua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu pun meningkat dan melemahkan pasar keuangan global.

China juga menuduh AS melakukan "perundungan/ bully dagang" dan mengintimidasi negara lain agar mengikuti kemauannya, menurut dokumen perselisihan yang dipublikasikan oleh Kabinet Pemerintah China pada hari Senin.

"Kritik tajam [dari Beijing pada hari Senin] menunjukkan bahwa China mungkin lebih memilih untuk menunggu pemerintah AS saat ini, ketimbang melanjutkan negosiasi yang berpotensi sia-sia," tulis Mizuho Bank dalam catatan kepada kliennya.

"Atas dasar perkembangan ini, kemungkinan kedua belah pihak tidak akan melanjutkan negosiasi selama beberapa waktu, setidaknya sampai ada perubahan berarti dalam suasana politik kedua belah pihak."

China: Sulit Berdagang Bila AS Todongkan 'Pisau di Leher'Jurus RI Hadapi Perang Dagang (Foto: Aristya Rahadian Krisabella)
Beberapa ronde diskusi China-AS dalam beberapa bulan belakangan tidak membuahkan hasil. Negosiasi baru yang diprediksi dilakukan dalam beberapa pekan ke depan juga telah dibatalkan setelah Beijing pekan lalu kabarnya memutuskan untuk tidak mengirim delegasi ke Washington.

Tidak ada yang menyebut semua diskusi dagang sebelumnya percuma, tetapi AS telah mengabaikan pemahaman bersamanya dengan China, kata Wang.

China tidak tahu mengapa AS berubah pikiran setelah mencapai kesepakatan dagang dengan China sebelumnya, kata Wang. Dia merujuk pada diskusi yang dilakukan pada bulan Mei, ketika kerangka kerja mulai diselesaikan.

Pengekspor AS, termasuk pemasok LNG, "tentu saja" akan dirugikan. Namun, pembalasan Beijing akan memberi peluang bagi negara pengekspor LNG lainnya, kata Wang, seraya menambahkan bahwa Australia adalah sumber bahan bakar penting untuk China.



"China adalah negara yang besar dan kuat, jadi entah konfrontasi dengan China secara ekonomi maupun militer, harga yang dibayar mahal," tulis surat kabar negara Global Times dalam sebuah editorial hari Selasa.

"Dengan demikian, ini adalah prospek menarik bagi negara lain termasuk Amerika Serikat untuk hidup berdampingan dengan damai bersama China," tulis surat kabar yang diterbitkan oleh People's Daily, media milik Partai Komunis itu.
(prm) Next Article Trump Kompori Lagi Isu Perang Dagang dengan China

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular