Internasional

Perang Dagang, China Tuduh AS Lakukan Bully Perdagangan

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
24 September 2018 17:40
China menuduh Amerika Serikat (AS) melakukan 'bully perdagangan' dan mengintimidasi negara-negara lain untuk menuruti keinginannya melalui berbagai tindakan.
Foto: REUTERS/Thomas Peter/File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia - China menuduh Amerika Serikat (AS) melakukan 'bully perdagangan' dan mengintimidasi negara-negara lain untuk menuruti keinginannya melalui berbagai tindakan, termasuk penerapan tarif. Tuduhan itu disampaikan beberapa jam setelah kedua negara saling menerapkan tarif impor baru terhadap barang-barangnya.

Kantor berita resmi China, Xinhua, pada hari Senin (24/9/2018) mengatakan Washington mengintimidasi negara-negara lain untuk menuruti keinginannya melalui berbagai tindakan, termasuk penerapan tarif.



Namun Beijing juga mengatakan ingin mengulang pembicaraan dagang dengan AS jika pembicaraan dilakukan "berdasarkan saling menghormati dan kesetaraan," kata Xinhua, mengutip dokumen mengenai perselisihan dagang yang diterbitkan Dewan Negara China.

Tarif impor AS pada US$200 miliar (Rp 2.978 triliun) barang China dan tarif balasan pada US$60 miliar barang AS berlaku hari Senin, meskipun bea masuk awal tidak sebanyak bea impor terbaru. Kedua negara telah saling menerapkan bea masuk pada US$50 miliar barang-barang tahun ini.

Produk China yang dikenai tarif impor baru termasuk penyedot debu hingga perangkat penghubung internet, sementara barang AS yang ditargetkan oleh Beijing di antaranya adalah gas alam cair dan tipe pesawat tertentu.

Meski seorang pejabat tinggi Gedung Putih pekan lalu mengatakan bahwa AS ingin terus terhubung dengan China untuk mencari "jalan positif ke depannya," namun tidak satupun dari kedua negara menunjukkan tanda-tanda ingin berkompromi.

Pejabat AS pada hari Jumat (21/9/2018) mengatakan belum ada tanggal pasti kapan pembicaraan selanjutnya dilakukan. The Wall Street Journal memberitakan China, yang telah menuntut AS karena tidak jujur dalam negosiasi dagang, telah memutuskan untuk tidak mengirim Wakil Perdana Menteri Liu He ke Washington pekan ini.

Beberapa ekonom telah mengingatkan bahwa perselisihan yang berlarut-larut tidak hanya akan menekan perteumbuhan ekonomi AS dan China, tetapi juga semua negara di seluruh dunia.

Perselisihan dagang juga telah memperburuk hubungan antara Beijing dan Washington, di mana kedua negara saling melempar sejumlah isu.

China telah memanggil duta AS di Beijing dan menunda pembicaraan militer gabungan sebagai bentuk protes terhadap keputusan AS untuk menjatuhkan sanksi kepada satu agen militer China dan direkturnya karena membeli jet tempur dan sistem rudal dari Rusia.



Sementara itu, dilansir dari Reuters, pembicaraan dagang di Washington pekan lalu tidak membuahkan kemajuan apapun.

Rob Carell, kepala ekonom Asia di ING, mengatakan dalam sebuah catatan ke kliennya bahwa karena tidak ada dorongan apapun maka Beijing sepertinya akan menunda negosiasi selanjutnya untuk saat ini.

"Akan terlihat lemah baik bagi AS maupun China," katanya, menambahkan bahwa ada "cukup stimulus" untuk membatasi kerugian dari tarif terbaru di pertumbuhan ekonomi China.

"Tidak ada kejelasan dari akhir perang dagang AS-China."

China mungkin juga sedang menunggu momen pemilihan tengah semester AS yang akan dilaksanakan awal bulan depan untuk melihat perubahan dalam sikap kebijakan Washington, tambah Carnell.

"Dengan banyaknya suara mendukung Demokrat, mereka mungkin merasa lingkungan perdagangan akan lebih tenang setelah 6 November."

Pemerintah AS mulai memungut tarif 10% pada US$200 miliar produk China hari Senin, di mana tarif akan meningkat menjadi 25% pada akhir 2018.

Beijing telah menerapkan pungutannya pada US$60 miliar barang-barang AS sebesar 5%-10% dan mengancam akan membalas setiap kenaikan tarif impor dari AS di barang-barang China sama besarnya.

Presiden AS Donald Trump pada hari Sabtu mengeluarkan ancaman untuk menerapkan tarif tambahan di barang-barang China jika Beijing membalas, sejalan dengan komentarnya sebelumnya yang mengisyaratkan Washington mungkin benar-benar akan menerapkan tarif pada semua impor China jika pemerintah gagal mencapai keinginannya.

Perang Dagang, China Tuduh AS Lakukan Bully PerdaganganFoto: Aristya Rahadian Krisabella
Impor China jauh lebih sedikit dibandingkan AS, sehingga tidak mungkin bagi Beijing membalas menerapkan tarif dengan jumlah yang sama.

Oleh karena itu, China telah mengancam dengan tindakan yang 'kualitatif' sebagai balasannya.

Meski Beijing belum mengumumkan langkah apa yang akan ditempuhnya, namun beberapa eksekutif bisnis dan analis mengatakan China dapat membatasi ekspor produk tertentu ke AS atau membuat persyaratan yang lebih sulit bagi perusahaan AS untuk berbisnis di negaranya.

Beberapa analis bahkan mengatakan ada juga risiko bahwa China mungkin akan membiarkan mata uangnya, yuan, menjadi lebih terdepresiasi sehingga akan memberikan pukulan kepada eksportirnya.
(prm) Next Article Koper sampai Lampu, Ini 9 Produk China Korban Perang Dagang

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular