
ESDM Percepat Lelang 3 Blok Migas Eksplorasi
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
19 September 2018 19:42

Jakarta, CNBC Indonesia- Pemerintah berencana untuk mempercepat lelang tiga wilayah kerja (WK)/blok eksplorasi yang mulai dilelang pada 14 Agustus 2018, yakni WK Banyumas, WK Andika Bumi Kita, dan WK South East Mahakam.
"Tenggatnya kami percepat menjadi 12 Oktober 2018, semestinya kan sampai 10 Desember 2018. Hal ini bertujuan agar perusahaan migas yang berminat segera memasukkan dokumen partisipasi," ujar Dirjen Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto kepada media saat dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (19/9/2018).
Adapun, Djoko menuturkan, sampai saat ini sudah ada tiga perusahaan yang berminat untuk mengelola tiga blok eksplorasi tersebut, yakni dua perusahaan untuk WK Banyumas, dan satu perusahaan untuk WK Andika Bumi Kita. Sedangkan untuk WK South East Mahakam, masih sepi peminat.
"Saya punya rencana untuk menugaskan kepada Pertamina, blok yang ditutup dan yang tidak laku. WK yang produksi kami bagikan ke Pertamina, dia wajib kan. Nah, yang eksplorasi, dananya bisa pakai dari dana komitmen kerja pasti. Kalau dia butuh landasan hukum, ya nanti coba kami buatkan," ujar Djoko.
Sedangkan, untuk tiga WK produksi, Djoko mengungkapkan sudah ada 10 perusahaan yang mengakses dokumen lelang. Tiga perusahaan menaruh minat pada blok Makassar Strait, empat perusahaan jatuh hati pada blok South Jambi B, dan tiga perusahaan lagi sudah melirik blok Selat Panjang.
Sebelumnya, Pemerintah membuka kembali lelang reguler untuk enam blok migas atau wilayah kerja. Terdiri dari 3 blok eksplorasi dan tiga blok produksi.
Untuk tiga blok eksplorasi beserta potensinya adalah;
1. WK Banyumas: 45 juta barel ekuivalen
2. WK Andika Bumi Kita: 250 juta barel ekuivalen
3. South East Mahakam: 50 juta barel ekuivalen
Sedangkan untuk tiga WK produksi, yakni WK Makassar Strait, Selat Panjang, dan South Jambi B, profilnya adalah sebagai berikut:
1. Makassar Strait
Sampai saat ini masih produksi. Di dalam Makassar Strait ada lapangan West Seno dan Maha, Untuk di West Senototal produksi minyaknya sebesar 716 barel, dan gas 1,4 mmscfd. Adapun, cadangan terbuktinya per 1 Januari 2017 untuk minyak plus kondensat tercatat sebesar 1,8 juta barel. Sedangkan untuk cadangan terbukti gas tercatat sebesar 288 BSCF.
Produksi rata-rata di West Seno untuk 2018 sebesar itu 1.800 BOPD minyak, dan 2,8 MMSCFD gas. Adapun, untuk lapangan Maha, cadangan probable tercatat sebesar 209,7 juta barrel oil equivalent (BOE), ini sudah minyak, kondensat, dan gas.
2. Selat Panjang
Produksinya sempat terhenti sejak dua tahun lalu, namun sempat melakukan produksi terakhir di 21 Februari 2018, namun ditutup sebesar 1 barel perhari. Prospek minyaknya tercatat 1.800 juta barel atau sama dengan 1,8 milyar BOEPD.
"Sempat berproduksi 1.000 BPH, analisis kami, kalau WK ini dibuka lagi, kemudian dibor lagi 82 sumur-sumurnya, itu bisa capai di atas 4000 BPH, dan gasnya bisa kembali ke 20 MMSCFD," ujar Djoko kepada media saat dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (13/8/2018).
3. South Jambi B
Sempat produksi sekitar 1.500 barel per hari. Berhenti berproduksi sekitar 2 tahun yang lalu, karena harga minyak turun, sehingga Conoco Phillips (kontraktor saat itu) melihat tidak ekonomis untuk dioperasikan. Untuk cadangan minyak tinggal probable dan potesi, yakni total 0,6 juta STB, sedangkan untuk cadangan terbukti gas-nya sebesar 217.2 BSCF. Puncak produksi gas ada di 2004-2010, yakni 20 MMSCFD.
Adapun, untuk komitmen kerja pasti selama lima tahun yang akan didapat, estimasi untuk Makassar Strait sebesar US$ 50 juta, Selat Panjang sebesar US$ 70 juta, dan South Jambi B sebesar US$ 50 juta.
(gus) Next Article Belum Laku, 14 Blok Migas Dilelang Ulang Pemerintah
"Tenggatnya kami percepat menjadi 12 Oktober 2018, semestinya kan sampai 10 Desember 2018. Hal ini bertujuan agar perusahaan migas yang berminat segera memasukkan dokumen partisipasi," ujar Dirjen Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto kepada media saat dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (19/9/2018).
"Saya punya rencana untuk menugaskan kepada Pertamina, blok yang ditutup dan yang tidak laku. WK yang produksi kami bagikan ke Pertamina, dia wajib kan. Nah, yang eksplorasi, dananya bisa pakai dari dana komitmen kerja pasti. Kalau dia butuh landasan hukum, ya nanti coba kami buatkan," ujar Djoko.
Sedangkan, untuk tiga WK produksi, Djoko mengungkapkan sudah ada 10 perusahaan yang mengakses dokumen lelang. Tiga perusahaan menaruh minat pada blok Makassar Strait, empat perusahaan jatuh hati pada blok South Jambi B, dan tiga perusahaan lagi sudah melirik blok Selat Panjang.
Sebelumnya, Pemerintah membuka kembali lelang reguler untuk enam blok migas atau wilayah kerja. Terdiri dari 3 blok eksplorasi dan tiga blok produksi.
Untuk tiga blok eksplorasi beserta potensinya adalah;
1. WK Banyumas: 45 juta barel ekuivalen
2. WK Andika Bumi Kita: 250 juta barel ekuivalen
3. South East Mahakam: 50 juta barel ekuivalen
Sedangkan untuk tiga WK produksi, yakni WK Makassar Strait, Selat Panjang, dan South Jambi B, profilnya adalah sebagai berikut:
1. Makassar Strait
Sampai saat ini masih produksi. Di dalam Makassar Strait ada lapangan West Seno dan Maha, Untuk di West Senototal produksi minyaknya sebesar 716 barel, dan gas 1,4 mmscfd. Adapun, cadangan terbuktinya per 1 Januari 2017 untuk minyak plus kondensat tercatat sebesar 1,8 juta barel. Sedangkan untuk cadangan terbukti gas tercatat sebesar 288 BSCF.
Produksi rata-rata di West Seno untuk 2018 sebesar itu 1.800 BOPD minyak, dan 2,8 MMSCFD gas. Adapun, untuk lapangan Maha, cadangan probable tercatat sebesar 209,7 juta barrel oil equivalent (BOE), ini sudah minyak, kondensat, dan gas.
2. Selat Panjang
Produksinya sempat terhenti sejak dua tahun lalu, namun sempat melakukan produksi terakhir di 21 Februari 2018, namun ditutup sebesar 1 barel perhari. Prospek minyaknya tercatat 1.800 juta barel atau sama dengan 1,8 milyar BOEPD.
"Sempat berproduksi 1.000 BPH, analisis kami, kalau WK ini dibuka lagi, kemudian dibor lagi 82 sumur-sumurnya, itu bisa capai di atas 4000 BPH, dan gasnya bisa kembali ke 20 MMSCFD," ujar Djoko kepada media saat dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (13/8/2018).
3. South Jambi B
Sempat produksi sekitar 1.500 barel per hari. Berhenti berproduksi sekitar 2 tahun yang lalu, karena harga minyak turun, sehingga Conoco Phillips (kontraktor saat itu) melihat tidak ekonomis untuk dioperasikan. Untuk cadangan minyak tinggal probable dan potesi, yakni total 0,6 juta STB, sedangkan untuk cadangan terbukti gas-nya sebesar 217.2 BSCF. Puncak produksi gas ada di 2004-2010, yakni 20 MMSCFD.
Adapun, untuk komitmen kerja pasti selama lima tahun yang akan didapat, estimasi untuk Makassar Strait sebesar US$ 50 juta, Selat Panjang sebesar US$ 70 juta, dan South Jambi B sebesar US$ 50 juta.
(gus) Next Article Belum Laku, 14 Blok Migas Dilelang Ulang Pemerintah
Most Popular