
Internasional
Kasus Peracunan Mata-Mata, Inggris Dakwa 2 Warga Rusia
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
06 September 2018 12:15

London, CNBC Indonesia - Inggris mendakwa secara in absentia (tanpa kehadiran terdakwa) dua warga negara Rusia hari Rabu (5/9/2018) dengan tuduhan percobaan pembunuhan terhadap seorang mantan mata-mata Rusia dan putrinya. Kedua terdakwa adalah intel militer dan hampir pasti bergerak atas perintah yang lebih tinggi dari pemerintah Rusia, Reuters melaporkan.
Kepolisian Inggris mengidentifikasi dua laki-laki yang mereka sebut terbang ke negara itu di satu akhir pekan di bulan Maret untuk membunuh mantan mata-mata Rusia Sergei Skripal menggunakan racun saraf kelas militer, Novichok.
Putri Skripal, Yulia, dan seorang petugas kepolisian yang berada di lokasi kejadian ikut tak sadarkan diri. Insiden itu memantik perseteruan diplomatik terbesar antara Barat dan Timur sejak Perang Dingin.
Kasus itu membuat Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi kepada Rusia di bulan Agustus. Sanksi itu akan mencegah Rusia memperoleh berbagai teknologi dari AS yang memiliki implikasi keamanan nasional.
Di masa lalu, Rusia, seperti negara lain, akan memerlukan lisensi dari Departemen Luar Negeri AS untuk mengimpor teknologi yang memiliki aplikasi militer.
Setelah sanksi itu diumumkan, mata uang Negeri Beruang Merah, rubel, anjlok 1,5% ke level terendah sejak 2016 terhadap dolar AS.
Skripal, mantan kolonel intelijen militer Rusia yang mengkhianati puluhan agen untuk layanan mata-mata asing MI6 Inggris, dan putrinya Yulia, ditemukan tidak sadarkan diri di bangku umum di bagian selatan kota Salisbury, pada 4 Maret.
Inggris telah menuduh Rusia melakukan tindakan peracunan dan mengidentifikasi racun itu sebagai Novichok, sekelompok agen saraf mematikan yang dikembangkan oleh militer Soviet pada 1970-an dan 1980-an. Rusia telah berulang kali membantah keterlibatan dalam serangan itu.
Para jaksa penuntut Inggris menyebut kedua tersangka itu sebagai Alexander Petrov dan Ruslan Boshirov, yang menurut polisi tiba di Inggris dari Moskow pada 2 Maret di Bandara Gatwick, London, dengan penerbangan Aeroflot dan berangkat pada 4 Maret. Polisi merilis foto kedua orang itu.
Kepala Polisi Penanggulangan Terorisme Inggris Neil Basu mengatakan kedua tersangka itu bepergian dengan nama samaran tetapi diketahui berusia sekitar 40 tahun dan memiliki paspor Rusia asli.
"Kami ingin mendengar dari siapa pun yang mengenal mereka," kata Basu. Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan nama-nama yang diberikan oleh Inggris tidak berarti apa-apa bagi mereka.
Basu mengatakan Novichok disemprotkan di pintu depan rumah Skripal di Salisbury, tempat kedua orang itu terlihat di dekat kamera CCTV. Basu mengatakan jejak kontaminasi Novichok ditemukan di kamar hotel London tempat kedua lelaki itu tinggal.
"Tes dilakukan di kamar hotel tempat para tersangka menginap. Dua penyeka menunjukkan kontaminasi Novichok tingkat rendah yang akan menimbulkan kekhawatiran bagi kesehatan masyarakat," kata Basu.
"Kami tidak akan mengajukan permohonan ke Rusia untuk ekstradisi orang-orang ini karena konstitusi Rusia tidak mengizinkan ekstradisi warga negaranya sendiri," kata Sue Hemming, direktur Layanan Hukum di Crown Prosecution Service.
Seorang wanita Inggris, Dawn Sturgess, meninggal pada bulan Juli setelah menemukan botol kecil berisi Novichok dekat Salisbury di mana Skripal diracun. Pasangannya, Charlie Rowley, juga terkena.
Polisi mengatakan Rowley dan Sturgess telah menemukan botol parfum Nina Ricci Premier Jour palsu, yang dari hasil tes terbukti mengandung Novichok.
Basu mengatakan pihak kepolisian tidak ragu lagi bahwa kedua kasus itu saling terkait. Mereka sedang mendiskusikan kasus Sturgess dan Rowley dengan jaksa penuntut umum.
(prm) Next Article Buntut Kasus Peracunan Mata-mata, AS Akan Hukum Lagi Rusia
Kepolisian Inggris mengidentifikasi dua laki-laki yang mereka sebut terbang ke negara itu di satu akhir pekan di bulan Maret untuk membunuh mantan mata-mata Rusia Sergei Skripal menggunakan racun saraf kelas militer, Novichok.
Putri Skripal, Yulia, dan seorang petugas kepolisian yang berada di lokasi kejadian ikut tak sadarkan diri. Insiden itu memantik perseteruan diplomatik terbesar antara Barat dan Timur sejak Perang Dingin.
Di masa lalu, Rusia, seperti negara lain, akan memerlukan lisensi dari Departemen Luar Negeri AS untuk mengimpor teknologi yang memiliki aplikasi militer.
Setelah sanksi itu diumumkan, mata uang Negeri Beruang Merah, rubel, anjlok 1,5% ke level terendah sejak 2016 terhadap dolar AS.
Skripal, mantan kolonel intelijen militer Rusia yang mengkhianati puluhan agen untuk layanan mata-mata asing MI6 Inggris, dan putrinya Yulia, ditemukan tidak sadarkan diri di bangku umum di bagian selatan kota Salisbury, pada 4 Maret.
Inggris telah menuduh Rusia melakukan tindakan peracunan dan mengidentifikasi racun itu sebagai Novichok, sekelompok agen saraf mematikan yang dikembangkan oleh militer Soviet pada 1970-an dan 1980-an. Rusia telah berulang kali membantah keterlibatan dalam serangan itu.
Para jaksa penuntut Inggris menyebut kedua tersangka itu sebagai Alexander Petrov dan Ruslan Boshirov, yang menurut polisi tiba di Inggris dari Moskow pada 2 Maret di Bandara Gatwick, London, dengan penerbangan Aeroflot dan berangkat pada 4 Maret. Polisi merilis foto kedua orang itu.
Kepala Polisi Penanggulangan Terorisme Inggris Neil Basu mengatakan kedua tersangka itu bepergian dengan nama samaran tetapi diketahui berusia sekitar 40 tahun dan memiliki paspor Rusia asli.
"Kami ingin mendengar dari siapa pun yang mengenal mereka," kata Basu. Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan nama-nama yang diberikan oleh Inggris tidak berarti apa-apa bagi mereka.
Basu mengatakan Novichok disemprotkan di pintu depan rumah Skripal di Salisbury, tempat kedua orang itu terlihat di dekat kamera CCTV. Basu mengatakan jejak kontaminasi Novichok ditemukan di kamar hotel London tempat kedua lelaki itu tinggal.
"Tes dilakukan di kamar hotel tempat para tersangka menginap. Dua penyeka menunjukkan kontaminasi Novichok tingkat rendah yang akan menimbulkan kekhawatiran bagi kesehatan masyarakat," kata Basu.
"Kami tidak akan mengajukan permohonan ke Rusia untuk ekstradisi orang-orang ini karena konstitusi Rusia tidak mengizinkan ekstradisi warga negaranya sendiri," kata Sue Hemming, direktur Layanan Hukum di Crown Prosecution Service.
Seorang wanita Inggris, Dawn Sturgess, meninggal pada bulan Juli setelah menemukan botol kecil berisi Novichok dekat Salisbury di mana Skripal diracun. Pasangannya, Charlie Rowley, juga terkena.
Polisi mengatakan Rowley dan Sturgess telah menemukan botol parfum Nina Ricci Premier Jour palsu, yang dari hasil tes terbukti mengandung Novichok.
Basu mengatakan pihak kepolisian tidak ragu lagi bahwa kedua kasus itu saling terkait. Mereka sedang mendiskusikan kasus Sturgess dan Rowley dengan jaksa penuntut umum.
(prm) Next Article Buntut Kasus Peracunan Mata-mata, AS Akan Hukum Lagi Rusia
Most Popular