
Rusia Merana, Rubel Sentuh Posisi Terendah dalam 2 Tahun
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
23 August 2018 20:54

Moscow, CNBC Indonesia - Rubel, mata uang Rusia, menyentuh level terendah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam dua tahun terakhir pada hari Kamis (23/8/2018). Depresiasi itu terjadi sehari setelah rangkaian sanksi terbaru dari AS mulai berlaku.
Sekitar pukul 13:00 GMT, nilai tukar rubel anjlok menjadi 69/US$ untuk pertama kalinya sejak April 2016. Saat itu rubel melemah karena hantaman dari sanksi barat karena tindakan Rusia terhadap Ukraina.
Sanksi AS diterapkan pada hari Rabu karena dugaan peran Moscow dalam meracuni agen ganda Rusia Sergei Skripal dan putrinya dengan senjata syaraf Novichok di Salisbury, Inggris.
Sanksi terbaru itu menargetkan ekspor AS ke Rusia yang nilainya bisa mencapai jutaan dolar.
Penurunan tajam rubel membuat bank sentral mengeluarkan pernyataan yang mengatakan pihaknya memutuskan untuk tidak membeli mata uang asing sejak hari Kamis sampai akhir bulan ini.
Operasi harian semacam itu dilakukan untuk menyeimbangkan dampak gejolak harga minyak, tetapi justru memiliki dampak negatif ke nilai tukar rubel.
"Keputusan ini diambil dengan tujuan untuk meningkatkan prediktabilitas tindakan otoritas moneter dan mengurangi gejolak pasar keuangan," tulis bank sentral Rusia dalam pernyataannya yang dikutip AFP.
Pernyataan tersebut menyebabkan rubel segera terperosok.
Beberapa pekan ini, mata uang Rusia itu mengalami tekanan dari depresiasi nilai tukar mata uang pasar berkembang yang disebabkan oleh krisis keuangan Turki.
Sanksi terbaru AS diumumkan di awal Agustus dan menyebabkan bursa saham Rusia anjlok secara dramatis.
Mereka mengkhawatirkan ekspor teknologi tertentu berpotensi digunakan Rusia untuk kepentingan militer. Namun, sanksi tersebut bisa diikuti tindakan yang jauh lebih menyakitkan dari Rusia.
Rangkaian sanksi terhadap kedua pejabat senior Kementerian Luar Negeri AS sebagai "draconian" atau kuat bisa benar-benar mengacaukan perdagangan dan mencegah Aeroflot, maskapai nasional Rusia, terbang ke AS. Meskipun begitu, sanksi masih bisa diringankan.
Serangkaian sanksi kedua akan diberlakukan kecuali Rusia mematuhi persyaratan terkait senjata kimia. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov pada hari Kamis mengatakan persyaratan itu sangat tidak mungkin dipenuhi.
"Persyaratan-persyaratan ini diformulasikan secara sadar dan terencana dengan berbagai cara sehingga tidak mungkin untuk memenuhinya. Dan semua orang sangat memahami ini," kata Ryabkov dalam komentar yang diberitakan oleh kantor berita Interfax.
Ryabkov mengatakan Rusia akan mencari cara untuk menghindari penggunaan dolar AS dalam pembayaran.
"Waktunya sudah tiba untuk mengubah perkataan menjadi perbuatan dan menghapuskan dolar sebagai alat pembayaran bersama dan mencari skema lainnya," kata Ryabkov.
"Syukurlah, ini terjadi dan kita akan meningkatkan pekerjaan seperti itu."
(hps/hps) Next Article Sanksi AS Bikin Rubel Rusia Kembali Melemah
Sekitar pukul 13:00 GMT, nilai tukar rubel anjlok menjadi 69/US$ untuk pertama kalinya sejak April 2016. Saat itu rubel melemah karena hantaman dari sanksi barat karena tindakan Rusia terhadap Ukraina.
Sanksi AS diterapkan pada hari Rabu karena dugaan peran Moscow dalam meracuni agen ganda Rusia Sergei Skripal dan putrinya dengan senjata syaraf Novichok di Salisbury, Inggris.
Penurunan tajam rubel membuat bank sentral mengeluarkan pernyataan yang mengatakan pihaknya memutuskan untuk tidak membeli mata uang asing sejak hari Kamis sampai akhir bulan ini.
Operasi harian semacam itu dilakukan untuk menyeimbangkan dampak gejolak harga minyak, tetapi justru memiliki dampak negatif ke nilai tukar rubel.
"Keputusan ini diambil dengan tujuan untuk meningkatkan prediktabilitas tindakan otoritas moneter dan mengurangi gejolak pasar keuangan," tulis bank sentral Rusia dalam pernyataannya yang dikutip AFP.
Pernyataan tersebut menyebabkan rubel segera terperosok.
Beberapa pekan ini, mata uang Rusia itu mengalami tekanan dari depresiasi nilai tukar mata uang pasar berkembang yang disebabkan oleh krisis keuangan Turki.
Sanksi terbaru AS diumumkan di awal Agustus dan menyebabkan bursa saham Rusia anjlok secara dramatis.
Mereka mengkhawatirkan ekspor teknologi tertentu berpotensi digunakan Rusia untuk kepentingan militer. Namun, sanksi tersebut bisa diikuti tindakan yang jauh lebih menyakitkan dari Rusia.
Rangkaian sanksi terhadap kedua pejabat senior Kementerian Luar Negeri AS sebagai "draconian" atau kuat bisa benar-benar mengacaukan perdagangan dan mencegah Aeroflot, maskapai nasional Rusia, terbang ke AS. Meskipun begitu, sanksi masih bisa diringankan.
Serangkaian sanksi kedua akan diberlakukan kecuali Rusia mematuhi persyaratan terkait senjata kimia. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov pada hari Kamis mengatakan persyaratan itu sangat tidak mungkin dipenuhi.
"Persyaratan-persyaratan ini diformulasikan secara sadar dan terencana dengan berbagai cara sehingga tidak mungkin untuk memenuhinya. Dan semua orang sangat memahami ini," kata Ryabkov dalam komentar yang diberitakan oleh kantor berita Interfax.
Ryabkov mengatakan Rusia akan mencari cara untuk menghindari penggunaan dolar AS dalam pembayaran.
"Waktunya sudah tiba untuk mengubah perkataan menjadi perbuatan dan menghapuskan dolar sebagai alat pembayaran bersama dan mencari skema lainnya," kata Ryabkov.
"Syukurlah, ini terjadi dan kita akan meningkatkan pekerjaan seperti itu."
(hps/hps) Next Article Sanksi AS Bikin Rubel Rusia Kembali Melemah
Most Popular