
Rupiah Terpuruk, Bisnis Properti Kembali Lesu
Gita Rossiana, CNBC Indonesia
04 September 2018 13:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah yang melemah dan melampaui Rp 14.800/US$ bisa berdampak signifikan ke industri properti. Dampak negatif tersebut pada akhirnya bisa membuat pertumbuhan kredit properti melambat.
Wakil Ketua Bidang Riset & Luar Negeri DPD REI DKI Jakarta Chandra Rambey menjelaskan, pelemahan rupiah yang terjadi sekarang bisa menyebabkan suku bunga acuan meningkat dan pada akhirnya suku bunga KPR naik.
"Dulu orang ambil KPR bisa 7%, sekarang kena 8-9%," kata dia di Hotel Ambhara, Selasa (4/9/2018).
Apabila suku bunga KPR sudah naik seperti itu, maka pembelinya juga menurun dan pertumbuhan penjualan pengembang pasti stagnan.
"Siklusnya memang sekarang berat dan bisa mengurangi konsumen," terang dia.
Sedangkan harga rumah, menurut Chandra tidak akan naik signifikan setelah rupiah melemah."Kemampuan masyarakat dalam membeli yang patut dikhawatirkan karena suku bunga naik," kata dia.
(roy) Next Article Duh! Sektor Properti Masih Suram, Penjualan Rumah Merosot
Wakil Ketua Bidang Riset & Luar Negeri DPD REI DKI Jakarta Chandra Rambey menjelaskan, pelemahan rupiah yang terjadi sekarang bisa menyebabkan suku bunga acuan meningkat dan pada akhirnya suku bunga KPR naik.
"Siklusnya memang sekarang berat dan bisa mengurangi konsumen," terang dia.
Sedangkan harga rumah, menurut Chandra tidak akan naik signifikan setelah rupiah melemah."Kemampuan masyarakat dalam membeli yang patut dikhawatirkan karena suku bunga naik," kata dia.
(roy) Next Article Duh! Sektor Properti Masih Suram, Penjualan Rumah Merosot
Most Popular