KPR Diramal Naik, Pasar Rumah RI Tahun Depan Bakal Jeblok?

News - Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
30 September 2022 18:52
Bantuan pembiayaan perumahan. Foto: Ilustrasi perumahan. (Dok. Kementerian PUPR)

Jakarta, CNBC Indonesia - Permintaan properti terancam menurun imbas kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebesar 50 basis points (bps) atau 0,5% menjadi 4,25%. Yang berpengaruh pada naiknya harga cicilan rumah Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

"Memang kita masih bersyukur persentase kenaikan masih cukup bisa ditoleransi saat ini. Pasti ada pengaruh terhadap penjualan properti, karena kan pengaruhnya kepada suku bunga KPR," kata Direktur Ciputra Development Harun Hajadi kepada CNBC Indonesia, Jumat (30/9/2022).

Hanya saja besaran pengaruhnya terhadap pasar masih belum diketahui, yang mungkin dampaknya baru terasa pada tahun depan.

"Kita belum tahu pengaruhnya terhadap pasar seberapa banyak, tetapi perkiraan kita tahun depan lebih berpengaruh coattail effect-nya," kata Harun.

Akibat inflasi yang cukup tinggi, imbuh dia, BI harus menaikkan suku bunga untuk mengimbangi daya beli dan juga untuk mempertahankan nilai mata uang.

Sementara Pengamat Properti dari Indonesia Property Watch Ali Tranghanda menjelaskan, tingkat bunga saat ini tidak terlalu mengkhawatirkan dan tidak akan memicu lonjakan suku bunga KPR yang terlalu tinggi.

Di mana berdasarkan catatannya, suku bunga sebesar ini pernah terjadi pada September 2017 dan Juni 2020, tidak membuat pasar properti terlalu terpuruk.

Berdasarkan data Indonesia Property Watch penjualan perumahan mengalami penurunan 10% pada 2018 lalu, lali mengalami peningkatan 22,6% pada 2018.

Meski, dia menjelaskan, kenaikan suku bunga ini akan membuat kenaikan biaya cicilan, yang akan mempengaruhi pasar menengah ke bawah.

"Pasar menengah-bawah pastinya akan sangat terpengaruh dengan naiknya cicilan rumah mereka. Kenaikan cicilan dapat mencapai Rp 150-300 ribu per bulan akan menggerus daya beli mereka. Dengan kenaikan bunga acuan ini diperkirakan suku bunga KPR akan naik 1 sampai 2%, namun perkiraan saya masih 1 digit namun itu tetap akan berdampak," kata Ali.

Dia memperkirakan setiap kenaikan 1 persen akan menyebabkan penurunan permintaan pembelian melalui KPR 4 sampai 5 persen. Jadi kemungkinan pasar akan menurun sampai 10%.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Warga China Ramai-ramai Stop Cicil KPR, Ada Apa Xi Jinping?


(dce)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading