
Atasi KPR Macet, Xi Jinping Guyur Sektor Properti Rp 2.200 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah China dilaporkan sedang mempersiapkan dana bantuan untuk membantu para pengembang properti yang menghadapi kredit macet. Tak tanggung-tanggung, nilai bantuan ini mencapai 1 triliun yuan atau sekitar Rp 2.200 triliun.
Bantuan ini sendiri akan disalurkan dalam beberapa tahap. Laporan dari Financial Times mengatakan dari jumlah ini People's Bank of China (PBOC) akan mengeluarkan sekitar 200 miliar yuan pinjaman berbunga rendah di awal dengan membebankan sekitar 1,75% bunga per tahun.
Seorang sumber mengatakan bahwa 200 miliar yuan akan menjadi fasilitas pinjaman total dari PBOC ke bank-bank milik negara. Nantinya, bank-bank tersebut dapat memanfaatkan dana itu untuk melakukan lebih banyak pembiayaan real estat.
"Rencana tersebut, yang baru-baru ini disetujui oleh Dewan Negara China, akan mengizinkan bank untuk menggunakan pinjaman PBOC bersama dengan dana mereka sendiri untuk membiayai kembali proyek-proyek real estat yang terhenti," ujar laporan itu dikutip Reuters, Kamis (28/7/2022)
Reuters juga melaporkan pekan ini bahwa Beijing juga berencana untuk meluncurkan kembali dana real estat untuk membantu sektor ini. Nantinya, dana tersebut ditargetkan dapat menampung hingga 300 miliar yuan.
"Sebagian dari dana tersebut akan digunakan untuk membiayai pembelian proyek rumah yang belum selesai dan menyelesaikan konstruksinya, dan kemudian menyewakannya sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan perumahan sewa," kata seorang pejabat bank di negara itu.
"Bank sentral akan mendukung dana awal 80 miliar yuan, dengan China Construction Bank milik negara menyumbang 50 miliar yuan dengan fasilitas pinjaman dari PBOC," Reuters melaporkan.
Sejak akhir Juni, penghitungan tidak resmi menunjukkan peningkatan pesat pembeli rumah China yang menolak membayar hipotek mereka di ratusan proyek. Penolakan ini diprediksi akan terjadi sampai pengembang menyelesaikan konstruksi.
Padahal, sebagian besar rumah di China dijual sebelum selesai, menghasilkan sumber arus kas yang penting bagi pengembang. Para pengembang sendiri saat ini berjuang untuk mendapatkan pembiayaan dalam dua tahun terakhir karena Beijing juga sedang menindak ketergantungan mereka yang tinggi pada utang untuk pertumbuhan.
Namun, pengembang dan analis properti mengatakan bahkan satu triliun yuan dalam pembiayaan baru tidak akan cukup untuk menyelesaikan semua kesengsaraan utang yang dihadapi sektor real estat. Mereka mengharapkan kebijakan yang lebih ketat diambil oleh Beijing dalam menyelesaikan persoalan ini.
"Kami memperkirakan pelonggaran kebijakan yang lebih kuat, tetapi ditargetkan, akan diluncurkan pada paruh kedua untuk mendukung konstruksi real estat dan pengeluaran infrastruktur," kata Oxford Economics dalam sebuah catatan kepada klien minggu ini.
"Meskipun ini akan memberikan dorongan jangka pendek untuk ekonomi, itu tidak ideal untuk pertumbuhan jangka panjang China karena pemerintah dan sektor keuangan dipaksa untuk membantu mempertahankan industri real estat yang tidak produktif (dan gagal)."
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Warga China Ramai-ramai Stop Cicil KPR, Ada Apa Xi Jinping?