
Produksi Rokan Merosot, ESDM Panggil Chevron
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
30 August 2018 20:26

Jakarta, CNBC Indonesia- Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar menegaskan Chevron telah berkomitmen untuk membantu menjaga produksi di Blok Rokan hingga habis masa kontrak kelola mereka di 2021 mendatang, dan kemudian diserahkan kepada Pertamina.
"Tadi saya ketemu mereka (Chevron) dan sebagai perusahaan profesional mereka mengatakan akan tetap menjaga produksi di blok Rokan demi menjaga kredibilitas reputasi mereka. Sehingga, dalam peralihan transisi bisa semulus mungkin," ujar Arcandra kepada media saat dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (30/8/2018).
Lebih lanjut, ia mengatakan, Chevron juga sudah bersedia untuk menjaga produksi dan berbicara dengan Pertamina sebagai pengelola selanjutnya agar kedepannya Rokan tetap berproduksi dengan baik.
"Yang pasti mereka berkomitmen untuk membantu Pertamina," tambah Arcandra.
Dari Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi VII DPR, data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mencatat penurunan produksi cukup signifikan.
Dari asumsi bisa sumbang 220 ribu barel sehari, di akhir tahun blok ini malah diperkirakan tak sanggup produksi sampai 200 ribu barel sehari. Hanya 179 ribu barel per hari, maksimal.
Bicara Chevron juga tidak lepas dari proyek Indonesia Deepwater Development (IDD). Arcandra menyebutkan, pihaknya sudah berbicara dengan kontraktor migas asal Amerika Serikat tersebut, dan mengatakan Chevron akan memasukkan proposal yang sudah direvisi dengan tidak mengikutsertakan blok Makassar Strait.
"Tadi saya dapat info secepatnya, dengan SKK Migas juga. Mungkin beberapa minggu ke depan, di bulan depan. Mereka juga mau cepat kok, saat ini kan menunggu pembicaraan dengan rekannya di sekitar proyek IDD, yakni CINOPEC dan ENI. Mereka masih berkomitmen kok dengan IDD," pungkas Arcandra.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan, proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) akan beroperasi (onstream) terlambat tiga bulan dari jadwal yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Hal itu, lanjut Djoko, disebabkan penambahan waktu kajian yang diberikan pemerintah kepada kontraktor migas asal Amerika Serikat tersebut untuk kembali menelaah dan merevisi proposal pasca dikeluarkannya Wilayah Kerja (WK) Makassar Strait dari proyek IDD (adendum).
"Mereka kan diberi tambahan waktu tiga bulan untuk revisi lagi proposal adendumnya. Paling lambat Oktober ini harus sudah clear semua proposal IDD-nya," ujar Djoko kepada media saat dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (13/8/2018).
(gus) Next Article Penguasa Blok Minyak Raksasa RI Ditentukan Awal Agustus
"Tadi saya ketemu mereka (Chevron) dan sebagai perusahaan profesional mereka mengatakan akan tetap menjaga produksi di blok Rokan demi menjaga kredibilitas reputasi mereka. Sehingga, dalam peralihan transisi bisa semulus mungkin," ujar Arcandra kepada media saat dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (30/8/2018).
"Yang pasti mereka berkomitmen untuk membantu Pertamina," tambah Arcandra.
Dari Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi VII DPR, data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mencatat penurunan produksi cukup signifikan.
Dari asumsi bisa sumbang 220 ribu barel sehari, di akhir tahun blok ini malah diperkirakan tak sanggup produksi sampai 200 ribu barel sehari. Hanya 179 ribu barel per hari, maksimal.
Bicara Chevron juga tidak lepas dari proyek Indonesia Deepwater Development (IDD). Arcandra menyebutkan, pihaknya sudah berbicara dengan kontraktor migas asal Amerika Serikat tersebut, dan mengatakan Chevron akan memasukkan proposal yang sudah direvisi dengan tidak mengikutsertakan blok Makassar Strait.
"Tadi saya dapat info secepatnya, dengan SKK Migas juga. Mungkin beberapa minggu ke depan, di bulan depan. Mereka juga mau cepat kok, saat ini kan menunggu pembicaraan dengan rekannya di sekitar proyek IDD, yakni CINOPEC dan ENI. Mereka masih berkomitmen kok dengan IDD," pungkas Arcandra.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan, proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) akan beroperasi (onstream) terlambat tiga bulan dari jadwal yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Hal itu, lanjut Djoko, disebabkan penambahan waktu kajian yang diberikan pemerintah kepada kontraktor migas asal Amerika Serikat tersebut untuk kembali menelaah dan merevisi proposal pasca dikeluarkannya Wilayah Kerja (WK) Makassar Strait dari proyek IDD (adendum).
"Mereka kan diberi tambahan waktu tiga bulan untuk revisi lagi proposal adendumnya. Paling lambat Oktober ini harus sudah clear semua proposal IDD-nya," ujar Djoko kepada media saat dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (13/8/2018).
(gus) Next Article Penguasa Blok Minyak Raksasa RI Ditentukan Awal Agustus
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular