Internasional

AS-Meksiko Berdamai, Perang Dagang Dengan China Berlanjut

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
29 August 2018 10:47
Meksiko merupakan mitra penting AS, dengan tercapainya kesepakatan dagang dengan Meksiko, AS akan semakin agresif terhadap China.
Foto: Ilustrasi perang dagang (Reuters/Jason Lee/File Photo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memperoleh kemenangan dalam bentuk kesepakatan dagang dengan Meksiko, para pakar menilai ketegangan yang tengah terjadi dengan China nampaknya akan terus berlanjut.

Meksiko adalah "mitra dagang penting" untuk AS dan kesepakatan itu memberi Trump "beberapa kemenangan dalam sudut pandang politik yang bisa digunakan pemerintah menjelang pemilu paruh waktu," kata John Woods selaku Direktur Investasi untuk Asia Pasifik di Credit Suisse.

Itu "tidak terlalu positif" untuk China, kata Woods kepada CNBC International hari Selasa (28/8/2018).

Dia menjelaskan bahwa berdasarkan diskusi dagang terbaru antara dua perekonomian terbesar di dunia itu, AS sekarang ingin China melakukan reformasi struktural ketimbang mengurangi ketidakseimbangan dagang antara keduanya. Itu membuat solusi tidak mudah dicapai, kata Woods.

"Saya menduga [Trump] akan menolak menegosiasikan penyelesaian dengan China untuk saat ini. Dugaan saya itu bahkan bisa berlangsung hingga melewati pemilu paruh waktu di bulan November," katanya.

Sentimen Woods juga diakui oleh para ekonom ING, bank asal Belanda. Pada hari Selasa mereka menulis catatan yang menyatakan "selama China dan Asia mengkhawatirkan, kesepakatan baru [dengan] Meksiko ini tidak menyelesaikan apapun".

Meskipun begitu, kesepakatan dagang "memperkuat posisi AS untuk agresif dengan China," tulis mereka.

"Tidak ada, untuk saat ini, minat yang nampak dari pemerintah AS dalam mengupayakan diskusi tentang perdagangan dengan China, dan kemungkinan itu tidak ada juga. Kecuali, China mengusulkan perubahan yang lebih jauh, misalnya perlindungan kekayaan intelektual dan pemaksaan transfer teknologi," tulis para ekonom dari ING.

Artinya, tarif impor tambahan terhadap produk China senilai US$200 miliar (Rp 2.932 triliun) kemungkinan akan diterapkan di bulan September, kata mereka. China juga kemungkinan akan melakukan pembalasan yang bisa meningkatkan ketegangan, lanjut mereka.

Namun, kesepakatan dengan Meksiko menunjukkan bahwa AS "mau mengakui" jika kesepakatannya benar, yang merupakan sebuah "sinyal baik" bagi negara-negara yang mencoba bernegosiasi dengan pemerintah Trump, kata Juan Carlos Hartasanchez selaku Direktur Senior Albright Stonebridge Group.

Negara-negara itu juga bisa belajar dari Meksiko untuk mengubah "negosiasi yang sangat rumit di mana tidak ada perkembangan yang dihasilkan" menjadi apa "yang nampaknya menjadi resolusi baik untuk kedua belah pihak," katanya kepada CNBC International hari Selasa.

(roy) Next Article NAFTA Baru Terbentuk, Dana Bailout Petani AS Bakal Berkurang?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular