
Serba-Serbi Asian Games
Atlet Asian Games: Sewa Hotel Sendiri sampai Kalap Belanja
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
25 August 2018 18:56

Kisah lain muncul dari tim China, yang sejauh ini memimpin perolehan medali emas dan tak terkejar oleh tim negara-negara lainnya. Mereka telah mengumpulkan 55 medali emas, 40 medali perak, dan 21 medali perunggu jauh meninggalkan Jepang yang di posisi kedua dengan 25 emas, 28 perak, dan 33 perunggu.
Namun siapa kira, prestasi besar tersebut ternyata juga diikuti dengan tingginya belanja tim dari Negeri Panda tersebut. Sumber CNBC Indonesia yang lain mengisahkan tingginya minat berbelanja dari negara berpopulasi terpadat di dunia tersebut.
“Pada hari pertama mereka menginap di hotel di Jakarta, barang bawaan mereka diangkut dengan satu mobil boks. Namun ketika mereka pindah hotel, panitia harus menyediakan dua mobil boks tambahan untuk barang-barang belanjaan mereka,” ujarnya.
Sebagaimana awam diketahui, para atlet pada umumnya memakai masa jeda untuk rehat dengan berjalan-jalan sembari berbelanja. Mereka pada umumnya menyasar mall sebagai sasaran tempat nongkrong selama istirahat menjelang malam hari.
“Kalau ingin mencari ke mana timnas UEA di malam hari, gampang saja. Tinggal jalan ke mall terdekat dari hotel mereka, pasti juga ketemu,” tutur panitia tersebut.
Kebiasaan belanja ini tentunya bukan hanya tertuju pada barang saja, melainkan juga jasa mulai dari penukaran uang, jasa kesehatan, hingga esek-esek.
Anggota tim UEA, misalnya, pernah meminta panitia menukarkan uang dolarnya ke panitia. Awalnya, panitia mengaku bisa memenuhi kebutuhan penukaran itu. Namun, mereka kaget dan angkat tangan karena ternyata nilainya sangat tinggi, mencapai puluhan juta. Sejak saat itu, panitia selalu mengantar mereka ke money changer jika ada kebutuhan penukaran uang.
“Dan bisa dipastikan, money changer langsung kelabakan karena mereka harus mengeluarkan uang minimal Rp 20 juta untuk sekali penukaran,” ujar sang sumber sembari tergelak.
Lalu, kita tentu ingat dengan “tragedi” atlet basket Jepang yang tertangkap basah memakai jasa prostitusi. Timnas Jepang terpaksa memulangkan mereka karena tindakan yang dianggap memalukan itu terjadi ketika kaos timnas Jepang belum mereka tanggalkan.
Kalau kaos timnas ditanggalkan, mungkin kisahnya akan berbeda dan mereka masih akan membela timnya dan kemungkinan juga masih "spending" di Indonesia.
Artinya, disukai atau tidak, jasa formal hingga nonformal mendapat berkah Asian Games. Bukan tidak mungkin, target devisa pemerintah dari ajang ini yakni senilai Rp 3 triliun bisa terlampaui meski belum tentu tercatat di data BPS karena sebagian di antaranya masuk ke sektor-sektor nonformal.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/prm)
Namun siapa kira, prestasi besar tersebut ternyata juga diikuti dengan tingginya belanja tim dari Negeri Panda tersebut. Sumber CNBC Indonesia yang lain mengisahkan tingginya minat berbelanja dari negara berpopulasi terpadat di dunia tersebut.
“Pada hari pertama mereka menginap di hotel di Jakarta, barang bawaan mereka diangkut dengan satu mobil boks. Namun ketika mereka pindah hotel, panitia harus menyediakan dua mobil boks tambahan untuk barang-barang belanjaan mereka,” ujarnya.
“Kalau ingin mencari ke mana timnas UEA di malam hari, gampang saja. Tinggal jalan ke mall terdekat dari hotel mereka, pasti juga ketemu,” tutur panitia tersebut.
Kebiasaan belanja ini tentunya bukan hanya tertuju pada barang saja, melainkan juga jasa mulai dari penukaran uang, jasa kesehatan, hingga esek-esek.
Anggota tim UEA, misalnya, pernah meminta panitia menukarkan uang dolarnya ke panitia. Awalnya, panitia mengaku bisa memenuhi kebutuhan penukaran itu. Namun, mereka kaget dan angkat tangan karena ternyata nilainya sangat tinggi, mencapai puluhan juta. Sejak saat itu, panitia selalu mengantar mereka ke money changer jika ada kebutuhan penukaran uang.
“Dan bisa dipastikan, money changer langsung kelabakan karena mereka harus mengeluarkan uang minimal Rp 20 juta untuk sekali penukaran,” ujar sang sumber sembari tergelak.
Lalu, kita tentu ingat dengan “tragedi” atlet basket Jepang yang tertangkap basah memakai jasa prostitusi. Timnas Jepang terpaksa memulangkan mereka karena tindakan yang dianggap memalukan itu terjadi ketika kaos timnas Jepang belum mereka tanggalkan.
Kalau kaos timnas ditanggalkan, mungkin kisahnya akan berbeda dan mereka masih akan membela timnya dan kemungkinan juga masih "spending" di Indonesia.
Artinya, disukai atau tidak, jasa formal hingga nonformal mendapat berkah Asian Games. Bukan tidak mungkin, target devisa pemerintah dari ajang ini yakni senilai Rp 3 triliun bisa terlampaui meski belum tentu tercatat di data BPS karena sebagian di antaranya masuk ke sektor-sektor nonformal.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/prm)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular