B20 Sampai Bangkitkan TPPI, Upaya Jokowi Dorong Ekspor RI

Chandra Gian Asmara & Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
16 August 2018 18:28
Ini langkah pemerintahan Jokowi untuk perlambat laju impor dan selamatkan rupiah
Foto: CNBC Indonesia/Rivi Satrianegara
Jakarta, CNBC Indonesia- Pemerintahan Presiden Joko Widodo menyiapkan beberapa langkah mendorong ekspor dan memperlambat impor, demi menyelamatkan rupiah dan devisa negara.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, memaparkan dalam konferensi pers Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019, soal langkah-langkah untuk menjawab persoalan perang dagang.



B20
"Jangkarnya untuk mendorong ekspor dan mengurangi atau memperlambat impor yang pertama adalah B20," kata Darmin, Kamis (16/8/2018).

B20 rencananya diterapkan mulai 1 September mendatang. Menurut Darmin, penerapan B20 ini tidak bisa dianggap ringan karena memiliki dampak cukup besar jika diterapkan tahun ini. Sampai Desember, berdasar hitungan Kementerian ESDM bisa menghemat devisa negara hingga US$ 2 miliar atau Rp 27 triliun.

Batu Bara
Berikutnya adalah mendorong ekspor batu bara. Untuk ekspor batu bara ini, Kementerian ESDM mengatakan akan ada tambahan kuota sebanyak 25 juta ton pada tahun ini. Hingga total produksi batu bara tahun ini berdasar Rencana Kerja dan Anggaran Biaya jadi Rp 510 juta.
Asosiasi Pengusaha Batu Bara Indonesia (APBI) memperkirakan jika bisa efektif berlaku maka akan ada tambahan devisa bagi negara sebanyak US$ 1,9 miliar.

TPPI
"Kemudian kami juga sedang menyelesaikan dan menghidupkan kembali Tuban Petro Chemical Industri (TPPI" kata Darmin.

Kilang Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) yang bertahun-tahun mati suri, bakal dibenahi pemerintah hingga dijadikan andalan untuk ekspor petrokimia pada 2030 mendatang. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pemanfaatan kilang TPPI ini instruksi langsung dari Presiden Joko Widodo. Dengan mengoptimalkan kilang TPPI, produksi petrokimia bisa digenjot untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri hingga 80%. Saat ini produksi petrokimia dalam negeri RI hanya bisa memenuhi 40% kebutuhan.
(gus/wed) Next Article Gerindra Sindir Gali Lubang Tutup Lubang Utang Pemerintah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular