Blok Rokan ke Pertamina, Jonan: Jangan Sebut Nasionalisasi
Wahyu Daniel & Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
01 August 2018 11:07

Jakarta, CNBC Indonesia- Blok minyak tersubur di RI, blok Rokan, mulai 2021 mendatang akan beralih tangan dari Chevron Pasific Indonesia ke PT Pertamina (Persero). Presiden Jokowi enggan menyebut perpindahan blok dari perusahaan asing ke BUMN ini sebagai nasionalisasi.
Hal ini ditekankan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan. "Presiden bilang jangan sampai kita dituduh nasionalisasi," ujar Jonan saat wawancara khusus CNBC Indonesia di kantornya, Selasa (31/7/2018).
Jonan menjelaskan, arahan Presiden Joko Widodo soal siapa yang pegang blok Rokan mulai 2021 sangat jelas yakni harus berdasar pertimbangan komersial. Jonan juga mengatakan sudah berkunjung ke Washington DC dan bertemu dengan CEO Chevron.
"Saya jelaskan di sana, diperpanjang atau tidak ini penilaiannya bisnis komersial. Jadi pertimbangan ekonomis saja siapa yang akan berikan kompensasi kepada pemerintah Indonesia lebih tinggi. Tidak ada nasionalisme atau pemilu apalah. Arahan presiden clear, harus dipertimbangkan komersial," jelasnya.
Sebelumnya, penantian siapa yang akan mengelola blok minyak tersubur di RI akhirnya tuntas juga. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar memutuskan Pertamina duduk sebagai operator di blok Rokan. Pertamina akan kelola blok ini setelah 2021, hingga 20 tahun mendatang.
"Pemerintah lewat Menteri ESDM menetapkan pengelolaan blok Rokan mulai tahun 2021 selama 20 tahun ke depan akan diberikan kepada Pertamina" ujar Arcandra di Kementerian ESDM, Selasa (31/7/2018).
Sebagaimana diketahui, blok Rokan adalah blok tersubur di Indonesia. Berdasarkan data dari Satuan Kerja Khusus Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sampai April 2018 tercatat produksi minyak di blok Rokan mencapai 210.280,60 BOPD, dan produksi gas-nya sebesar 24,26 MMSCFD.
Dengan potensi tersebut, syahdan, blok yang habis kontraknya pada 2021 mendatang, menjadi rebutan dua perusahaan migas besar, yakni Chevron Pasific Indonesia, yang saat ini merupakan kontraktor eksisting, dan PT Pertamina (Persero) yang akan mulai kelola 2021.
(gus) Next Article Geser Chevron, Pertamina Bongkar Pipa-pipa Tua Blok Rokan
Hal ini ditekankan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan. "Presiden bilang jangan sampai kita dituduh nasionalisasi," ujar Jonan saat wawancara khusus CNBC Indonesia di kantornya, Selasa (31/7/2018).
"Saya jelaskan di sana, diperpanjang atau tidak ini penilaiannya bisnis komersial. Jadi pertimbangan ekonomis saja siapa yang akan berikan kompensasi kepada pemerintah Indonesia lebih tinggi. Tidak ada nasionalisme atau pemilu apalah. Arahan presiden clear, harus dipertimbangkan komersial," jelasnya.
Sebelumnya, penantian siapa yang akan mengelola blok minyak tersubur di RI akhirnya tuntas juga. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar memutuskan Pertamina duduk sebagai operator di blok Rokan. Pertamina akan kelola blok ini setelah 2021, hingga 20 tahun mendatang.
"Pemerintah lewat Menteri ESDM menetapkan pengelolaan blok Rokan mulai tahun 2021 selama 20 tahun ke depan akan diberikan kepada Pertamina" ujar Arcandra di Kementerian ESDM, Selasa (31/7/2018).
Sebagaimana diketahui, blok Rokan adalah blok tersubur di Indonesia. Berdasarkan data dari Satuan Kerja Khusus Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sampai April 2018 tercatat produksi minyak di blok Rokan mencapai 210.280,60 BOPD, dan produksi gas-nya sebesar 24,26 MMSCFD.
Dengan potensi tersebut, syahdan, blok yang habis kontraknya pada 2021 mendatang, menjadi rebutan dua perusahaan migas besar, yakni Chevron Pasific Indonesia, yang saat ini merupakan kontraktor eksisting, dan PT Pertamina (Persero) yang akan mulai kelola 2021.
(gus) Next Article Geser Chevron, Pertamina Bongkar Pipa-pipa Tua Blok Rokan
Most Popular