AC Milan Tergadai

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 July 2018 15:54
Penuh Liku dan Kecurigaan
Foto: Reuters
Masuknya Li menjadi orang nomor satu di Milan memang penuh liku dan kecurigaan.

Pada Agustus 2016, Fininvest (perusahaan induk Milan) menandatangani perjanjian awal pengambilalihan saham dengan Sino-Europe Sport Investment Management Changxing yang disinyalir pimpinan Li senilai 740 juta euro (Rp 12,48 triliun dengan kurs saat ini). Dari jumlah tersebut, 100 juta euro (Rp 1,69 triliun) dibayar di muka sementara sisanya dijanjikan lunas pada Desember 2016. 

Sino-Europe Sport gagal memenuhi komitmennya, dan perjanjian diperpanjang hingga Maret 2017. Namun Sino-Europe Sport membayar lagi uang panjar sebesar 100 juta euro sehingga total uang yang sudah disetor menjadi 200 juta euro. 

Sino-Europe Sport kembali gagal memenuhi janjinya untuk melunasi sisa pembayaran. Kemudian Li memperoleh pinjaman dari perusahaan private equity yang tidak lain adalah Elliott Elliott dikenal sebagai perusahaan keuangan yang menggugat pailit pemerintah Argentina. 

Mengutip Reuters, Elliott menyediakan pinjaman sebesar 300 juta euro (Rp 5,06 triliun). Akhirnya pada April 2017, Li resmi menjadi pemilik Milan dengan bendera Rossoneri Sport Investment Luxembourg.


Dengan limpahan uang tersebut, Milan pun agresif di bursa transfer musim panas 2017/2018. Rossoneri menghabiskan dana 230 juta euro (Rp 3,88 triliun) di bursa transfer, hanya kalah dari Paris St Germain dan Manchester City. 

Namun gelontoran dana itu tidak berbanding lurus dengan performa Milan di lapangan. Milan tampil angin-anginan dan jauh dari meyakinkan. Pada akhir musim 2017/2018, Milan finish di posisi enam.

Sejatinya Milan lolos ke babak kualifikasi Europa League. Namun Federasi Sepakbola Eropa (EUFA) menjatuhkan sanksi bagi Milan tidak boleh berkompetisi di tingkat benua karena pelanggaran Financial Fair Play (FFP). Ini adalah sanksi yang dijatuhkan kepada klub yang besar pasak daripada tiang, pengeluaran dan utang jauh lebih besar ketimbang pendapatannya.

UEFA juga melihat kejanggalan dalam keuangan Milan. “Ada ketidakpastian,” sebut laporan UEFA.

Padahal Milan sangat butuh pemasukan mengingat pinjaman dari Elliott syaratnya lumayan berat. Li harus mengembalikan utang 300 juta euro dengan bunga 11,5%. Bila bermain di kompetisi Eropa, Milan akan mendapatkan pemasukan lebih banyak dari hak siar, penjualan tiket, uang hadiah, dan sebagainya. Namun, kini semuanya menguap.

Kini Li sudah gagal bayar dan Milan jatuh ke penguasaan Elliott. Reuters memberitakan bahwa Elliott tidak akan lama memegang Milan. Elliott akan membuat Milan stabil terlebih dulu, mempercantiknya, untuk kemudian menawarkannya ke investor lain untuk mendapat keuntungan.

Milan bisa diibaratkan memulai kembali semuanya dari nol. Istana megah yang dibangun sejak era Dream Team akhir 1980an sampai awal 1990an kini sudah rubuh. Bukan tugas yang ringan untuk membangunnya kembali.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/prm)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular